WA 089520229628
Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.
Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Pernikahan Bima dan Mira
Pak Kendra tiba di Bandung tepat jam 15.00 Wib. Ia langsung menuju apartemen milik Bima. Di sana kehadirannya disambut suka cita oleh Mira. Maklum sudah beberapa tahun Mira tidak bertemu papanya.
"Papa, tumben banget Papa sangat rapi dan tampan. Jangan katakan Papa sedang jatuh cinta dan sudah mendapat pengganti mama," rajuk Mira seraya menatap lekat wajah sang papa yang terasa beda.
Wajah papanya terlihat lebih bersih dan selalu menyunggingkan senyum. Benar-benar atmosfernya berbeda. Wajahnya terpancar kebahagiaan dan rasa optimis. Ada apa dengan papanya Mira?
Setahu Mira, sang papa tidak pernah lagi jatuh cinta setelah mamanya meninggal beberapa tahun yang lalu. Sudah banyak wanita yang berusaha mencuri perhatian sang papa, akan tetapi Pak Kendra tidak tergoyahkan, cintanya terhadap almarhumah istrinya, sudah terpatri di dalam hati. Wajahnya selalu murung dan termenung sejak belahan jiwa meninggalkan untuk selamanya, menyusul kakak laki-laki Mira setelah empat tahun berlalu.
Namun kini, setelah 20 tahun berlalu, gelagat sang papa sangat berbeda dari biasanya, terakhir bertemu sang papa tiga tahun lalu, Mira masih mendapati sang papa murung dan tidak bergairah.
Hati Mira bertanya-tanya, siapa gerangan yang membuat sang papa berubah drastis seperti ini? Sang papa nampak lebih muda sepuluh tahun, pakaiannya rapi dan terlihat modis gaya cool anak muda. Rambut juga kini klimis dan wangi, parfum yang dikenakannya juga sampai tercium radius 30 meter.
Hal itu semakin menambah kecurigaan Mira. Mira tidak rela kalau sang papa menikah lagi. Dia tidak mau posisi sang mama diganti oleh wanita lain.
"Katakan kalau Papa tidak sedang jatuh cinta dan memiliki wanita idaman lain selain mama?" selidik Mira menatap ke dalam mata sang papa, mencari sebuah kejujuran sekaligus kebohongan.
"Kamu ini, jangan desak papa seperti itu. Papa bukan penjahat," sahut Pak Kendra menghindari pertanyaan Mira. Mira kesal sebab sang papa bukan menjawab pertanyaannya.
"Pokoknya aku tidak mau harta Papa nanti jatuh pada wanita lain, pokoknya aku tidak mau. Kalau Papa nikah lagi, maka aku minta harta bagianku sekarang."
Pak Kendra geleng-geleng kepala melihat tingkah sang anak yang sudah meminta harta warisan, sementara dirinya masih hidup.
"Ya ampun, Mira. Apakah kamu tidak lihat kalau papa masih hidup? Perasaan papa setiap bulan selalu memberimu uang, apakah itu tidak cukup? Masalah warisan yang kamu minta, kamu tenang saja, bagianmu tidak akan sampai hilang ke mana-mana, semua ada dan aman," tukas Pak Kendra merasa jengah dengan desakan Mira yang menuduhnya tidak mendasar.
"Ayolah, kamu harus beristirahat untuk acara resepsi besok. Mana suami kamu, apakah dia masih sibuk?" Pak Kendra menggulirkan matanya ke berbagai arah mencari Bima suami Mira.
"Mas Bima masih di kantor, dia sebentar lagi kembali," sahut Mira seraya memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa keram. Pak Kendra mengalihkan fokusnya pada tangan Mira yang meraba perutnya lalu diusap-usap.
"Kenapa dengan perutmu, apakah merasakan sakit?" tanya Pak Kendra khawatir.
"Tidak. Perutku hanya keram saja," alasannya seraya meninggalkan sang papa untuk ke dapur, kemudian membawa air minum.
Pak Kendra menatap seluruh ruangan apartemen milik Bima yang tidak terlalu mewah. Setahunya selera anaknya tidak seperti ini, Mira selalu ingin terlihat mewah karena Mira memang mempunyai gengsi tinggi. Akan tetapi setelah melihat kesederhanaan apartemen ini, Pak Kendra menilai kalau Mira setelah menikah sudah berubah. Ini positif bagi Pak Kendra, menurutnya Mira ada kemajuan.
"Papa, ini minumnya." Mira memberikan minuman itu pada sang papa. Pak Kendra segera meraih cangkir dari tangan Mira, kemudian meneguk kopi panas itu dengan nikmat.
Keesokan harinya, acara resepsi pernikahan Mira dan Bima digelar. Pak Kendra segera menghampiri kedua mempelai. Saat menghampiri pengantin, Pak Kendra memeluk sang putri dengan perasaan haru. Melihat putri semata wayangnya sudah menikah, hati Pak Kendra lega. Untuk itu tugasnya selesai dan kini ia akan menyerahkan Mira pada Bima.
"Bima, titip anakku. Jaga dan cintai dia. Jangan pernah kamu sia-siakan dia," pesan Pak Kendra lalu memeluk Bima penuh harap. Bima mengangguk tanda menyetujui pesan sang papa mertua.
Setelah menghadiri acara resepsi pernikahan anak semata wayangnya, Pak Kendra segera angkat kaki dari gedung itu. Agendanya hari ini masih banyak, ia akan menemui salah satu mitra di perusahaannya untuk menjalin sebuah kerja sama.
Di sinilah kini Pak Kendra, di sebuah perusahaan Kavilen Group. Pemilik perusahaan yang ternyata papanya Bima, menyambut kedatangan calon relasinya. Mereka masuk ke dalam ruangan Pak Kavi untuk membicarakan lebih lanjut mengenai kerja sama perusahaan mereka.
Pembicaraan itu berjalan santai, akan tetapi tidak keluar dari tujuannya. Mereka akhirnya mendapat kata sepakat, bahwa perusahaan Kavilen Group deal dan menjalin kerja sama dengan perusahaan Kendra Corp.
"Terimakasih Pak Kendra atas kedatangannya. Kerja sama kita hari ini telah disepakati dan ditandatangani. Semoga perusahaan kita semakin solid dan lancar ke depannya." Pak Kavi menggenggam erat tangan Pak Kendra, kemudian pose mereka diabadikan dalam sebuah foto sebagai dokumentasi.
"Kebetulan sekali Anda datang ke Bandung. Kalau boleh tahu, dalam rangka apa Anda ke Bandung, biasanya Anda sangat sukar dihubungi?" Pak Kavi merasa penasaran dengan keberadaan Pak Kendra yang kali ini bisa hadir di perusahaannya untuk membicarakan kerja sama kedua perusahaan.
"Iya saya sangat bersyukur untuk hari ini, yang kebetulan bertepatan dengan hari resepsi pernikahan anak saya. Acaranya sudah selesai, dan saya langsung menuju perusahaan Kavilen Group," ujar Pak Kendra diiringi senyum bahagia. Bahwasanya dia seakan sedang mendayung, kedua pulaunya bisa ia lampaui.
Tanpa mereka sadari, sesungguhnya kedua orang yang hampir sebaya itu, kini merupakan besan. Akan tetapi baik Pak Kendra maupun Pak Kavi, tidak mengetahui kalau anak-anak merekalah yang sedang melangsungkan resepsi pernikahan. Lagipula pernikahan Bima sama sekali tidak dihadiri satupun dari keluarganya.
"Baiklah, kalau begitu saya harus pamit dulu. Saya masih ada agenda di tempat lain. Sampai jumpa, semoga kerjasama kita berjalan lancar dan sukses." Pak Kavi dan Pak Kendra bersalaman sebelum mereka akhirnya berpisah.
Sebelum melanjutkan pertemuannya dengan klien dan beberapa teman sejawatnya, Pak Kendra mampir sejenak ke sebuah mall, dia membelikan sesuatu untuk Sauza. Dengan senyum di balik bibirnya, Pak Kendra tidak hentinya bergumam bahwa ia pasti akan memiliki Sauza.
Beberapa hari kemudian, Pak Kendra telah kembali ke Jakarta. Semua urusannya sudah selesai di kota Bandung.
Sementara itu, Sauza kini sedang berada di sebuah toko. Kemarin ia kehabisan sabun cuci dan odol. Setelah selesai belanja, tiba-tiba sebuah notif di intastory nya muncul. Seketika Sauza terhenyak, saat menyaksikan resepsi pernikahan Bima dan Mira yang begitu meriah.
Di dalam foto itu tersemat sebuah kata cinta. "Cintaku yang pernah hilang kini kembali ke dalam pelukan."
"Jadi, selama pernikahan kami, Mira selalu menantikan Mas Bima dan berusaha ingin memiliki Mas Bima. Kenapa merebut saja bangga?" Hati Sauza seakan teriris oleh perlakuan Mira yang menusuk dari belakang, dan Bima yang tidak setia.
"Jika aku bisa membalas, pasti akan aku balas," gumam Sauza menggebu.
kenapa bisa seperti itu???
lebih baik berobat pak Kendra...
🤣🤣🤣🤣
Mira kau tak berkaca siapa dirimu, berapa lama jadi simpanan Bima, sebelum hamil kau dengan siapa?
Ukur baju orang lain jangan dengan ukuran tubuhmu, ya! Kau ingin memanasi Sauza, kan. Kutunggu, dengan setia.