Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB EMPAT
Ketika ibu bersiap menelepon, tak lama terdengar dering ponsel miliknya berbunyi saat dilihat tertera nama 'sekar' lalu ia mengangkatnya.
"Assalamualaikum, Bu"
"Waalaikum salam, Sekar."
"Bagaimana kabar dirumah, Bu?"
"Baik, semuanya baik."
"Kalau bapak, gimana keadaannya?"
"Bapak. Alhamdulillah keadaannya cukup baik, apalagi sekarang lagi sibuk mengurus persiapan kakakmu nikah."
"Nikah,kok mendadak, Bu."
"Iya, apalagi yang ditunggu kalau dah ketemu jodohnya ya harus di segerakan."
"Bener sih Bu, takutnya terjadi sesuatu."
"Ibu percaya, kakakmu perempuan baik baik gak mungkin seperti itu."
"Iya deh, aku percaya juga kakak orang baik."
"Mana ada perempuan baik pergi ke pesta ke klub malam, sering gonta ganti pasangan, apalagi pertemanannya cewek seksi pakaian kurang bahan semua, kayak gak punya baju alasannya trend, hmm dasar Rara si seribu alasan." gerutunya dalam hati.
"Kamu datangkan? kakakmu nikah."
"Gak lah, Bu. Aku kan kerja, beda negara bukan kota jadi gak bisa pulang sesukanya."
"Padahal bapak pingin, pas acara anaknya kumpul loh." bujuk ibu.
"Masa bapak bilang gitu sih, Bu?"
Bapak yang juga sedang ikut mendengarkan percakapan karena pengeras suara diaktifkan langsung disikut ibu, agar meyakinkan Sekar untuk menyetujui untuk pulang.
"Pa, Bapak ingin Sekar pulang," tanya Sekar.
"Iya nak, bapak ingin kumpul dengan anak anak bapak. Sudah cukup berjauhan sudah saatnya kamu pulang."
"Tapi pak, Sekar."
"Bapak pasti sedih loh kamu gak nurutin keinginannya, masa kamu mau jadi anak durhaka gak nurut orang tua," potong ibu.
"Terus gimana kerjaan Sekar disini? udah betah loh masa harus pulang."
"Kan kontrak kerjamu udah mau abis seminggu lagi, ya udah jangan diperpanjang lagi pula ngapain lama lama disana. Disini kan ibu udah ada toko terus ada sawah juga sudah cukup kamu tinggal pulang. Lagian siapa orang jepang yang naksir kamu gak ada wong disini juga cuman kakak mu yang jadi rebutan," remeh nya.
Tak tau saja ibu, Sekar disana jadi bahan rebutan karena manis dan penyayang dari yang sesama orang indo begitupun orang jepang asli mengincarnya jadi istri. Sayang dia menolak karena ingin membahagiakan keluarga juga ia masih muda untuk berumah tangga. Sedangkan kakaknya jadi rebutan karena pakaian yang menantang seperti permen tampa plastik, banyak dikerubungi semut karena terlihat isinya. Apalah daya Sekar meskipun tak tertutup sepenuhnya namun iya menjaga pakaiannya agar terlihat sopan.
"Iya, nanti Sekar pulang demi bapak."
Terdengar suara orang yang bersorak bahagia, saat ia memutuskan pulang.
"Iya nak, cepat pulang ya kalau gitu ibu tutup telponnya." Tak lama sambungan telepon terputus.
Flashback off
"Ternyata begini, akhirnya saya jadi nikah sama mas Bara."
"Kok, kamu kuat hidup sama mereka?"
"Ya gimana namanya keluarga masa gak sayang, lagi pula saya selama 5 tahun terakhir hidup di Jepang sekarang saja baru balik lagi ke sini."
"Oh gitu."
Saat malam tiba, semua sudah selesai membersihkan pekarangan rumah bekas hajatan waktunya sekeluarga makan malam bersama.
"Kamu, kapan pindah?"
"Bu, Sekar kan baru pulang,"tegur bapak.
"Ya kan, kalau menikah harus belajar mandiri masa apa apa orang tua."
Sekar yang tadi menikmati kegiatan makan langsung tak berselera,"ibu lupa aku ikut andil renovasi rumah."
"Kamu ya! sama orang tua kok perhitungan itu kan kewajiban anak harus membahagiakan orang tua."
"Terus kak Rara gimana? dia udah bisa bahagiain ibu belum bantu ibu saat susah enggak."
"Kamu mau jadi anak durhaka jawab aja terus bisanya, kalau bukan jasa ibu yang daftarin agen TKW kamu gak mungkin jadi gini, mentang-mentang sudah menghasilkan duit jadi ngelunjak sama orang tua."
Astaga baru sebentar bara disini rasanya ia sudah mulai jengah,"Bu, kita akan pindah hari ini," putusnya.
"Mas!" protes Sekar.
"Kamu siapkan kebutuhanmu dalam koper, kita pergi ke kontrakan hari ini juga," putusnya, sambil berlalu pergi ke kamar untuk bersiap-siap.
Sampai dikamar, Sekar langsung menyusul Bara meminta penjelasan.
"Mas, aku masih mau disini."
"Apalagi sih, kamu mau ditindas terus sama ibu kamu?"
"Aku berat ninggalin bapak lagi, mas."
"Kamu bisa kesini sesuai keinginan kamu, rumah kita gak jauh dari sini kalau kamu mau tau."
"Tapi mas, beda kalau gak serumah."
"Kita udah nikah Sekar, kamu harus nurut sama kepala keluarga."
"Gimana? kalau kita ajak bapa saja mas."
"Kamu kan tau, saya ini masih dalam masa hukuman opa sedangkan kontrakan saya kecil gak bakal cukup."
"Aku masih ada uang kok mas, kita sewa rumah yang lebih besar biar bisa ajak bapak."
"Memang ibu kamu bakal ijinkan kamu bawa bapak mu?"
Ah, Sekar melupakan ibunya yang keras kepala ingin merawat bapa karena supaya sekar bisa berada dalam kendalinya, setiap minta uang selalu bapak yang jadi alasan padahal dipakai untuk keperluan anaknya Rara tersayang, apalagi sekarang Sekar sudah tak bekerja di jepang entah gimana lagi memenuhi keinginan putrinya itu?!.
"Aku coba bicara dulu sama ibu, mas. Supaya bisa bawa bapak ikut sama aku."
"Coba aja dulu, kamu itu terlalu keras kepala paling nanti dilarang sama dia."
"Yang penting, aku udah nyoba mas soal keputusan terserah nanti aja."
Ketika Sekar akan keluar terlihat ibu yang berjalan ke arah dapur.
"Bu"
"Apa!!" bentaknya
"Sekar, nanti bawa bapa ya, Bu."
"Ngapain, kamu bawa bapak kamu."
"Tinggal sama Sekar."
"Ibu juga masih mampu ngurus bapak gak cuma kamu, udah kalau mau pergi tinggal pergi aja kenapa pake pengen bawa bapak gak akan cukup dikontrakkan kecil si Bara nanti."
Jam menunjukkan angka 20.03 wib, Bara dan Sekar sudah siap untuk pulang ke rumah kontrakan. Dikarenakan dia sudah tak tahan tinggal bersama mertua julid nya.
Terlihat wajah sedih bapa terasa berat melepaskan anaknya hidup bersama pasangannya.
"Pa, aku pergi dulu ya nanti aku bakal sering kunjungi bapak."
"Iya nak, yang patuh sama suami harus rukun ya kalau ada masalah langsung diselesaikan. Bapak percaya kalau kalian bakal hidup bahagia."
"Bapak juga harus sehat terus ya, panjang umur supaya nanti bisa lihat anak anakku cucu bapak."
"Semoga bapak secepatnya punya cucu dari kamu"
"Kalau begitu kami pergi dulu, pak," ucap Bara berpamitan.
"Assalamualaikum, pak."
"Waalaikum salam."
"Udahlah, pak. Gak perlu sedih, nanti juga dia main lagi kesini wong rumahnya deket cuman dikampung sebelah."
"Tetap aja, Bu. Sekar itu anak kita baru pulang rantau sekarang sudah pergi lagi.Padahal dia maunya disini ibu malah suruh pergi."
"Aku gak mau ya nambah beban nanti kalau si bara ikut juga tinggal disini, berapa sih gajih buruh pabrik kecil gak cukup pak buat dapur juga. Lagian nemu dimana si Rara bisa kenal si bara kere ambles betul seleranya untung gak jadi nikah juga."
paksa hancurkan pernikahan anaknya..