Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan rumah tangga si anak Emas
Seluruh kehidupan mereka kami menanggungnya. Ya di antara semua suamikulah yang memiliki pekerjaan dan penghasilan yang baik. Sedangkan saudara kembarnya bekerja serabutan untuk menyambung hidup sedangkan si anak emas tak bekerja hanya ibu rumah tangga biasa.
Suaminya memang terkenal royal kepada orang lain tapi perhitungan kepada istrinya, segala sesuatu dalam rumahnya dialah yang menghendel bahkan hanya sekedar membeli pembalut pun dialah yang melakukannya.
Dia hanya memberi uang jika istrinya pergi atau ingin itupun alakadarnya. Itulah mungkin kenapa mertuaku selallu memberikan uang kepada anaknya itu ya karena suaminya seperti itu menurut cerita dari mertua dan iparku sendiri.
Beliau juga mendapat bulanan untuk sekedar beli apa yang dia inginkan walau hanya sedikit karena segala kebutuhan harian dirumah sudah terpenuhi. Aku sebisa mungkin berbakti kepadanya karena baktiku untuk mendapatkan surgaku melalui suamiku.
Bukankah kami ingin ke syurga bersama dengan kerjasama tentunya. Dan jalannya adalah dengan berbakti dengannya dan ibunya selama dalam hal wajar.
Si anak emas selalu memanggilnya ke rumahnya apalagi ketika dia dan anaknya sakit pastilah beliau naik kesana. Begitupun dengan hadijah, aku sendiri yang mengantar beliau dan menitipkan anak-anak kepada abinya.
"Jangan kita terlalu kerja disana mama kita bukan pembantu, aku saja dirumah tak pernah mengizinkan mama mengerjakan pekerjaan rumah. Biarkan saja dia yang melakukan nya. Walau sakit jangan manja!!". Ucapku memperingatkan
"Dia sendiri yang mau banyak, anak kasih tau suaminya jangan hanya tau bikin anak tapi tak mau membantu menjaga!!".. Itulah ucapan yang selalu kuucapkan ketika aku mengantarkan mama dan Khadijah kerumah iparku itu.
Dia selalu seperti itu, aku bisa memakluminya karena dia memiliki banyak anak hanya saja itu memang tanggungjawab nya sebagai orangtua bukan mama mertuaku.
Aku kadang kasian pada beliau karena setiap kali kembali dari rumah iparku itu beliau selalu mengeluh capek dan badanya sakit semua beliau juga mengeluhkan tidak bisanya beribadah dengan khusyuk karena pasukannya itu sangat berisik ditambah harus dijaga pula.
Selama beliau disana hampir semua pekerjaan rumah beliau kerjakan. Inilah yang selalu menjadi alasan membuatku marah karena melakukan orangtua seperti itu.
Iparku memang tidak menyuruh orangtuanya hanya saja berpikirlah bagaimna mungkin orang-tua tinggal diam melihat anaknya kerepotan apalagi sedang sakit, seharusnya walau sakit dan masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah tidak perlu lah memanggil mama mertuaku kerumahnya kerena pasti beliau akan dengan suka rela membantu semua pekerjaan rumah apalagi dia tau dia adalah anak kesayangan orangtuanya.
Seperti hari ini beliau habis pulang dari rumah anaknya dan memintaku menjemput nya kebetulan abinya anak-anak dirumah. Aku menjemputnya seperti biasa, sesampainya aku disana pemandangan yang sama kudapatkan jika aku menjemput mama kesana ya beliau sedang mengerjakan pekerjaan rumah.
"Sudahmi mama??? Ayomi pulang mau kerja abinya umar!!". Ucapku dengan jengah dan malas.
"Iya kak tunggu bentar ya!!, kah mau mi selesai". Aku masuk melihat adik iparku sedang tiduran menjaga anaknya yang kecil dan sedang sakit..
Aku hanya menggeleng kan kepalaku melihatnya. Mau menegur juga malas seolah teguran itu hanya angin lalu dan aku malas berdebat. Aku masuk melihat kondisi pasukan nya.
"Khola"... Teriak anak-anak itu menyambut ku
Aku tersenyum memeluk mereka ya tidak lupa tentengan jajanan untuk mereka.
"Yes ummi khola bawah cemilan!!".. Teriak anak-anak dengan girang..
"Datang maki kak.?? tanyanya dengan wajah sedikit pucat.
"Bagaimana mi keadaanmu dan anak-anak??? Tanyaku dengan sedikit khawatir karena wajahnya pucat.
"Alhamdulillah kak, agak mendingan mi ini".
"Alhamdulillah itu dek". ucapku bersyukur.
"Nda mauki KB itu dek ?? kasian kita kalau terlalu banyak anak begitu baru jarak dekat begini!!". Tanyaku dengan pelan
"Iye kak itumi na rempong sekalika kodong". ucapnya dengan sendu.
"Iye dek KB maki saja, kah kita tidak tau jaga jarak anak bela". jawabku.
"Sunnahnya itu 2 tahun dek, kakak tau kalau anak itu rejeki dari Allah, tapi disitu ada usaha manusia, minimal jaga jarak, kasian kita kalau begitu'. Ucapku khwatir.
semarah dan sejengkel apapun aku tetap saja aku juga seorang ibu. Kasihan juga aku kepadanya.
"Iye kak, rencananya memang bulan depan mauka KB, sedang kumpulka uang!!".
"Kenapa bisa kumpulkan uang dek memang sampai sekarang kamu tidak pernah diberi uang??". Tanyaku dengan geram
"Diberikan ji kak, hanya ya begitu lah!!". Ucapnya menunduk
Huft..aku mendengus dengan kasar. jengkel sekali rasanya kepada adik ipar lelaki itu.
"Begini saja nanti aku antar mama kesini awal bulan untuk menemanimu kerumah sakit untuk KB. Nanti biar kakak yang bayar".
"Aku kasian padamu dan kasian mama juga, bukan karena mau kah salahkan ki, tapi kalau kita kenapa-kenapa, mama yang kerepotan, belum lagi pekerjaan yang bukan tanggungjawab nya dia juga yang mengerjakan". ucapku dengan frustasi.
"Iye kak, maaf". Ucapnya menunduk melihatku marah.
"Ya sudah pulangma die, mau masuk kerja Abinya Umar, jadi kubawahmi pulang dulu. Ini sedikit pegangan untukmu. Maaf tidak banyak", ucapku sambil memberinya uang 150rb.
"Dee kak jangan maki!!".. Kita sudah bawah kan anakku makanan setiap datang masa dikasihka uang juga". Tolaknya dengan pelan
"Sudahlah Terima saja anggap pemberian dari kakak ke adiknya!!".
"Terima kasih kak. Maaf selalu merepotkan kakak".
"Sudah mi mama nak, ayomi kalau mauki pulang!!". ucap mama melirik uang yang dipegang adik iparku.
"Kamu kasih uang adeku nak???". Tanya mama penasaran.
"Iye sekedar pegangan saja, sapatau dia keluar kedepan dan mau beli sesuatu, nda enak rasanya kalau mau beli na tidak pegang uang, jika memang uang suaminya tidak ada itu tidak masalah, yang salah itu jika adaji uangnya na tidak bisa kita juga pegang, walau hanya untuk beli jajan". Ucapku sambil menggelengkan kepalaku.
"Ya sudah ayomi mak, dek kakak pulang ya, Anak-anak Khola pulang dulu nah, nanti khola kesini lagi. Ada yang mau ikut?? Tanyaku lagi
"Mau". Seru mereka bertiga.
Aku melirik adik iparku itu. Dia menggelengkan kepalanya tidak mengizinkan mereka ikut..
"Maaf ya sayang , ummi dan abita tidak mengizinkan, nanti ya kalau diizinkan lagi nanti khola ajak kalian ok!!". Ucapku membujuk mereka
"Yaa"... Ucap mereka serempak dengan sedih..
"Jangan sedih, Kan khola sudah bawah kan jajan nanti, khola bawah lagi. Ok'". ucapku agar mereka tak bersedih.
"Yeyey.. Benar ya khola". Ucap mereka dengan girang
"Iya anak-anak".. Kalau begitu khola pulang ya".
"Iya khola mereka berebutan menyalimi ku dan nenek mereka
"Kami pulang dek na"..ucapku memandang adik ipar yang keluar dari kamarnya.
"Iye kak, mama". Sambil menyalimi tangan kami berdua
Kami pun keluar bersama-sama untuk menuju parkiran.
"Mama mau jaki temani Umminya Sufyan KB nanti??".
Mauji na tapi ka tidak ada uangnya kodong kutau sendiri suaminya bagaimana??. Apalagi suaminya melarang dia KB"...
"Biar aku yang bayar nanti mama aku kasian kepadanya kalau seperti itu. Apalagi mama juga ikut kerepotan mengurusnya"..
"Iya nak nanti mama antar awal bulan".
Kami pun pulang kerumah.. Dan tante datang untuk membicarakan tentang rumah kayu mama yang akan dirombak menjadi rumah baru.
Mereka berdiskusi bersama bahkan dengan abi umar juga, aku tak ikut campur karena banyak pekerjaan rumah menanti to aku pasti akan kebagian biaya dan bagian makanannya untuk memasak..
Hari itupun datang rumah kenakan kecil suamiku akhirnya dibongkar.. Aku dan mertuaku sejak ibu sudah memasak makanan untuk orang yang ikut membantu membongkar rumah.. Rumah kayu saksi hidup keluarga suamiku ini akhirnya roboh mengisahkan puing-puingnya.
Setelah merapikan semua kayu secara bergotong royong kami pulang kerumah dalam keadaan lelah.. Aku menitipkan anakku kesebelah rumah sepupu suamiku..
Keesokan harinya rumah baru itupun dibangun dan dalam beberapa hari telah jadi rumah mungil dengan satu kamar itu sangat manis terlihat... Kami bergotong royong membantu memasukkan barang dan mengaturnya.. Bahkan aku sampai menginap di sana untuk membantu..
Mama mertua serta Khadijah tinggal disini. Sekarang inilah yang jadi permasalahan beliau sendiri dan pasti membutuhkan dana untuk hidup, uang bulanan yang biasa hanya sekedarnya menjadi 2 kali lipat.
Aku memberikan beliau uang bulanan sebesar 500rb..hanya untuk beli bahan makanan saja karena bahan dapur seperti minyak dan perbumbuhan aku sudah membelinya dan aku rasa sangat cukup jika sebulan karena dia tinggal sendiri.
Aku sudah memperingatkan mertuaku untuk tak memberikan uang untuk saudara iparku karena aku tak akan lagi memberikan uang sebab kami juga sudah mengirit sebisa mungkin demi untuk memberi orangtua sedangkan untuk jajan sekolah hadijah aku memberinya setiap hari karena dia memakai motorku untuk kesekolah otomatis dia setiap hari kerumah.
Inilah kehidupan baru mertuaku. Maafkan kami mama bukan kami tak ingin banyak memberi, hanya saja kami juga sudah meminimalisir biaya kami sebisa mungkin.. Agar mama tidak kekurangan nantinya...