Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-8
Ingatan Evan sangat kuat, tak salah lagi apa yang dia lihat tadi, lalu kemudian Evan berlari ke tempat yang aman.
"Tuan saya sudah memanggil ambulan" ucap wanita yang dari awal meminta bantuan.
"Okey, terimakasih" jawab Evan.
Saat penerangan di sana lebih baik, evan meletakkan Wanita itu di pangkuannya, sambil duduk setelah berlarian mencari tempat aman, lalu perlahan tangan evan menyibak rambut yang menutupi wajahnya.
"My God, Dry?!"
Terkejut, Saat Evan akan memeriksa keadaannya, Ambulan tela datang, lalu kemudian segera membawa Dryana ke dalam Ambulan untuk segera mendapat bantuan.
Seorang dokter mengatakan jika keadaannya baik-baik saja, mungkin masih shock karena keadaan dan rasa sakit di kakinya yang terlihat membengkak.
"Saya akan ikut di belakang ambulan" ucap Evan yang terus terang juga bingung harus menghubungi siapa, karena tak menemukan kartu identitas Dry saat ini.
Berada di Rumah sakit, Dry sudah mendapatkan perawatan yang di butuhkan, kakinya kini di balut karena ada retakan sedikit dan tidak bisa untuk bergerak untuk sementara waktu.
"Kau lagi yang menolongku?" Tanya Dry saat melihat Evan mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan VVIP tempatnya di rawat.
"Ketiga kalinya kita bertemu, Jangan-jangan kita jodoh" jawaban dari Evan yang tak diharapkan.
"Ck, singkirkan pikiran konyol mu!" Sahut Dryana.
Seperti biasanya, Evan tertawa melihat wajah Dry yang sebal padanya.
"Bagaimana keadaan mu Sweety?, apa sudah lebih baik?"
"Berapa kali aku bilang, jangan memanggilku seperti itu, aku geli mendengarnya, dan keadaanku sangat mengenaskan saat ini, berjalan saja aku tidak bisa" jawaban sengit dari Dryana.
"Jangan pesimis Dry, harusnya kau bersyukur tidak ikut terbakar bersama mobilmu"
"What!!, mobilku terbakar!" Teriak Dry histeris seketika.
"Brengsek kau Sandiago, aku akan membunuhmu!!" Teriaknya lagi.
Mendengar sebuah nama disebut, membuat Evan lebih penasaran lagi.
"Sandiago?, siapa dia?, kekasihmu?" Tanya Evan.
Dry mengangguk perlahan, lalu kemudian terlihat wajah murung disana, Evan yang melihat hal itu tak berani melanjutkan pertanyaannya.
"Baiklah, berikan alamat keluargamu biar aku memberitahukan keadaan mu, atau kau sendiri yang menghubunginya, berikan nomer yang bisa di hubungi, pakai saja ponselku"
Harapan Evan seperti manusia normal pada umumnya, Dry akan senang dan segera memberitahukan keluarganya, setidaknya dia tidak sendirian di Rumah Sakit, tapi ada reaksi yang mengejutkan terjadi.
"Tidak perlu, aku bisa mengurus diriku sendiri, ada perawat yang bisa membantuku nanti, kau pergilah" jawaban yang tak di sangka oleh Evan.
Evan terdiam, tak lagi berbicara dan hanya memperhatikan Dry yang berusaha memejamkan matanya diatas tempat tidur itu.
Ada sesuatu yang menggerakkan hati Evan, rasanya tak tega meninggalkan wanita itu sendirian di Rumah Sakit ini, hingga akhirnya memutuskan mengambil kursi dan menyeretnya dekat dengan posisi kepala Dry berada.
"Apa kau sudah bisa tidur Dry?"
Suara Evan mengejutkan, tangan dry yang menutupi matanya segera di buka, dan tertegun melihat Evan sudah berada begitu dekat dengannya.
"Kenapa kau masih disini?, pergilah" ucap Dryana.
"Aku takut kau berteriak lagi dalam tidurmu, siapa yang akan membangunkan mu, hem?" Ucap Evan, lalu menyandarkan kepalanya di kursi.
Diam, tak ada jawaban, untuk beberapa saat ruangan itu terasa sangat sepi, hingga Dry merasa tak enak hati.
"Tidurlah dengan baik Ev, pergilah ke Sofa itu, nanti tubuh mu sakit jika tidur seperti itu"
"Hem, kau tidak ingin berbagi empat tidurmu itu dengan ku?"
"Oh, come on, jangan bercanda ev"
"Aku serius"
"Aku menyesal sudah menawari mu"
Evan tertawa, lalu berdiri dan menuju ke sebuah Sofa yang lebih nyaman dari kursi sebelumnya untuk beristirahat.
Dry memperhatikan, hatinya merasa tenang, lalu memberikan senyuman yang tentunya tak terlihat oleh Evan.
"Kau selalu membantuku Ev, Thanks" ucapnya lirih, sebelum akhirnya ikut memejamkan mata.
Di pagi hari, Dry terbangun dan terkejut saat tak melihat Evan lagi di ruangan itu, dan detik kemudian meringis merasakan kakinya berdenyut nyeri.
"Apa kau baik-baik saja?"
"My God!" Dry tersentak kaget.
Evan tiba-tiba saja keluar dari pintu kamar mandi, dengan wajah yang nampak segar dan rambut panjangnya yang nampak sedikit basah sudah tertata rapi terikat ke belakang.
"Apa aku nampak seperti hantu Dry?"
"Ck, kau mengejutkan ku Ev, aku kira sudah pergi"
"Sebentar lagi aku akan pergi, mungkin ada yang ingin kau beritahu padaku?"
"Jangan coba mencari tau tentang keluarga ku, aku sedang tidak baik-baik dengan mereka, bahkan laki-laki yang membuatku kecelakaan semalam adalah tunangan yang di paksakan"
"Tunangan yang di paksakan?" Tanya Evan lalu duduk disebelah Dry kembali.
"Aku bertengkar dan memukul wajahnya semalam, lalu dia berusaha mengejar ku dan aku tak membiarkan dia bisa mendapatkan ku semudah itu, dasar laki-laki brengsek!"
"Kenapa kau memukulnya?"
"Dia memaksaku untuk bercinta di hotel itu, tentu saja aku langsung menghajarnya, enak saja"
Evan tertawa, memang wanita di hadapannya ini sungguh aneh, tidak ada sama sekali kelembutan terlihat, bahkan terkesan semaunya sendiri dan bahkan suka dengan kekerasan.
"Tapi dia tunangan mu, jangan terlalu kasar, dia akan lari meninggalkan mu"
"Itu yang aku mau, mereka selalu memaksaku untuk menikah dengan laki-laki brengsek itu, padahal jelas dia laki-laki yang doyan lubang perempuan di mana-mana"
"Omonganmu kasar sekali Dry"
"Perbuatanya lebih kasar!" Sahut Dry tak terima.
"Okey, lalu apa yang selanjutnya akan kamu lakukan, pihak kepolisian menyelidiki mobilmu yang terbakar habis semalam".
"Aku akan menghentikan, percuma, dia sangat berkuasa, tak mungkin aku bisa mencekalnya begitu saja, apalagi dia pasti mendapat dukungan penuh dari keluargaku, yang ada, semua akan berbalik padaku"
"Hem, kau takut?"
"Aku bertahan sendirian Ev, pasti akan kerepotan"
Evan hanya menatap Dry sambil menganggukkan kepala, lalu kemudian melangkah lebih dekat dan melihat dengan jelas mata indah yang penuh dengan misteri bagi Evan.
"Kau menakutkan Ev, jangan menatapku seperti itu" Dry berusaha mengalihkan tatapannya dengan bergerak membenarkan posisinya diatas kasur.
"Bagaimana jika laki-laki itu datang kemari?"
"Aku akan memberinya pelajaran, dan satu lagi, dia harus mengganti mobil sport kesayanganku dengan yang baru"
"Berduel dengannya dengan keadaan seperti ini?" Tanya Evan.
Dry tertawa cukup keras, tak ada kecemasan sama sekali di wajahnya, justru pertanyaan Evan di anggapnya lucu.
"Aku pernah bertarung dengan seseorang yang hampir saja membunuhku dengan keadaan yang lebih parah dari ini Ev, tenanglah"
Deg!
Evan terkejut, semakin lama Evan di buat makin penasaran akan sosok Dryana yang sebenarnya, dia terlalu kompleks dan tidak bisa di tebak sama sekali, jika wanita yang hidupnya penuh penderitaan, kenapa dia lebih sering terlihat bersenang-senang dengan hidupnya.
Bahkan semua yang menempel padanya adalah barang berkelas, Evan bisa melihat itu dengan jelas.
Jangan lupa, KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.