Namanya Tegar, pemuda dengan pembawaan ceria tapi hatinya penuh dengan dendam.
Di depan kedua matanya, Tegar kecil harus menyaksikan kedua orang tua meregang nyawa dan kakaknya digilir di rumahnya sendiri, oleh sekelompok orang.
Yang lebih menyakitkan, para penegak hukum justru tunduk pada orang-orang tersebut, membuat dendam itu semakin dalam dan melebar.
Beruntung, Tegar mendapat keajaiban. Sebuah sistem dengan misi layaknya pesugihan, Tegar menemukan jalan yang bisa dia gunakan untuk melampiaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Gunawan
"Lolita! Lolita!" Teriakan Gunawan melengking memenuhi sepanjang ruangan yang dilalui pria itu. Raut wajahnya merah padam menandakan amarah besar ingin segera dia ledakan.
"Lolita!" Gunawan sampai membentak karena sang anak perempuan belum menampakan batang hidungnya.
"Nona Loli belum pulang, Tuan," seorang asisten rumah tangga, memberi laporan sebelum semua yang ada di rumah tersebut turut menjadi pelampiasan kemurkaan Tuan besarnya.
"Belum pulang?" Gunawan nampak kaget mendengarnya. "Dia pergi dari kemarin malam belum pulang?" Sang asisten mengiyakan. "Anak kurang ajar!"
Sang asisten rumah tangga segera pergi, setelah matanya menangkap sosok nyonya besar di lantai atas.
"Ada apa sih, Pi?" Istri Gunawan melempar pertanyaan. Wanita itu agak heran dengan sikap suaminya yang pulang dalam keadaan marah besar.
"Mana anakmu, Mi? Mana?" Bentak Gunawan pada wanita yang baru saja menuruni anak tangga.
"Loh, bukankah Papi tahu, kalau Loli pergi dan menginap di hotel?" Istri Gunawan semakin heran. "Kan semalam dia sudah pamit sama Papi?" Wanita itu duduk di sofa lalu tangannya meraih teh hangat yang sudah disediakan di atas meja, di hadapannya.
Di saat bersamaan, perempuan yang sedang dicari Gunawan, muncul dari arah pintu utama. Tanpa mengetahui situasi yang sedang terjadi, anak itu dengan santainya menghampiri orang tuanya.
"Tuh, anaknya datang," tunjuk sang istri.
"Hallo Papi, Mami," sapa anak gadis Gunawan. Anak itu baru saja mendekat, tapi malah dapat kejutan.
Plak!
Begitu sang anak menghampiri, Gunawan langsung menampar pipi anaknya. Dua wanita yang ada di sana seketika syok dengan perbuatan pria yang paling ditakuti di rumah itu.
"Papi? Kenapa Papi nampar aku?" tanya Loli kebingungan sambil meringis, mengusap pipinya.
"Papi kenapa nampar Loli, Pi!" Istri Gunawan tidak terima. "Orang anak baru pulang, malah main tampar aja! Ada apa dengan Papi!"
"Darimana kamu, hah! Darimana?" Gunawan mengabaikan pertanyaan istrinya.
"Papi, apa yang terjadi?" selain bingung, Loli juga ketakutan melihat sikap ayahnya. Loli segera mendekati sang ibu, mencari perlindungan di sana.
"Papi tanya, dari mana kamu!" Gunawan mengulang pertanyaan dengan nada yang lebih tinggi.
"Semalam kan Loli sudah bilang, hari ini dia pulang telat untuk merayakan pesta temannya. Masa Papi lupa?" Sang istri langsung membela anaknya.
"Pesta apa, hah! Pesta apa?" bentak Gunawan.
"Pesta ulang tahun, Pi," jawab Loli. "Semalam kan aku sudah ngasih tahu," wanita muda itu semakin heran dan ketakutan.
"Kamu pikir kamu bisa membodohi Papi!"
Istri dan anak Gunawan saling tatap sejenak.
"Maksud Papi apa sih?" Sang istri kembali bertanya, karena sikap Gunawan benar-benar membingungkan. "Tiba-tiba pulang langsung marah-marah, pakai nampar Loli segala. Maksud Papi apa? Jelaskan! Apa yang telah Loli lakukan sampai membuat Papi marah begini?"
Dengan geram, Gunawan merogoh ponsel di dalam saku yang ada di balik jas yang dia kenakan. "Lihat ini kelakuan anakmu! Lihat!"
Awalnya Ibu dan anak menatap layar ponsel Gunawan dengan kening berkerut. Namun, setelah memperhatikan baik-baik apa yang ditunjukan Gunawan, mereka kembali dibuat syok secara bersamaan.
"Ini-ini nggak mungkin." Loli sampai tergagap. "Ini bukan aku, Pi."
"Loli, jelaskan sama Mami, apa maksud kamu bikin video kaya gitu!" sekarang Mami ikutan Murka pada anaknya.
"Itu bukan Loli, Mi, sumpah, itu bukan Loli," Loli sudah pasti akan menyangkalnya. "Sumpah Mi, Pi, Loli nggak mungkin bikin video kaya gitu."
Plak!
"Mi!" Loli langsung mengusap pipinya yang baru ditampar.
"Kamu pikir Mamu bodoh apa bagaimana? Apa kamu pikir Mami buta, sampai tidak mengenali wajah kamu!"
"Sumpah, Mi, itu bukan aku," Loli malah frustasi. Loli serius Mi, Pi, aku nggak mungkin bikin video kaya gitu."
"Kalau bukan kamu, lalu siapa!" bentak Gunawan. "Bahkan video ini diambil di tempat hotel kamu menginap! Kamu masih mau mengelak."
Lolo terbungkam penuh kebingungan.
"Mami! Papi! Di saat bersamaan, anak laki-laki Gunawan datang dengan teriakan yang cukup memekakan telinga. "Loh, ada Kak Loli juga?"
"Ada apa, Vin?" tanya Mami.
"Gawat, Mi, ada video viral yang diduga pelakunya adalah Kak Loli," balas Vino.
"Apa!" Ketiga orang di hadapan Vino, seketika terkejut bersamaan.
Vino segera menunjukan beritanya dan ternyata benar, video dewasa yang diperankan Loli bersama tiga laki-laki terpampang di ponsel milik Vino.
"Ya ampun..." wajah Mami langsung memucat.
#####
Di tempat lain, tiga anak muda yang tadi sempat bermain dengan Loli palsu, juga sedang dirundung kepanikan. Mereka tidak menyangka kalau videonya bisa viral secepat ini.
"Loli bodoh apa gimana sih, Josh? Bisa-bisanya dia yang merekam sendiri, eh malah disebarkan kaya gini?" ujar Moko.
"Nah, iya, udah gila apa itu cewek?" Dito pun sama herannya. "Nggak mungkin kan kalau ponselnya dihack?"
"Dihack juga nggak mungkin secepat ini viralnya," balas Moko. "Orang bikin videonya tadi siang, tapi viralnya sekarang, enam jam kemudian."
"Tapi untungnya kita pakai masker dan topi. Kalau nggak, Papi pasti murka, jika dia tahu aku main rame-rame kaya gini," ujar Josh.
"Yah, semoga Loli nggak mengaku, kalau dia main rame-rame sama kita," ucap Moko penuh harap dan kedua temannya juga berharap demikian.
####
Di lain tempat, sosok anak muda yang membuat heboh dunia maya, tersenyum sangat puas. Meskipun terlalu kejam karena harus memfitnah seorang Loli, tapi anak muda itu tak peduli, yang penting jalan dendamnya sudah mulai terbuka.
Sebelum menjalankan rencananya, Tegar terlebih dahulu memantau kegiatan Loli melalui semua akun media sosialnya. Loli yang hobby pamer akan semua yang dia lakukan, memudahkan Tegar mendapatkan informasi yang bisa digunakan untuk menjalankan rencananya.
Maka itu, tidak heran, kenapa Tegar memilih hotel Abcd untuk menjalankan rencananya. Dari akun sosial media, Loli membari tahu kalau dia ada di hotel tersebut untuk dua malam.
Tegar juga membeli lagi satu ponsel, yang digunakan Fiza, untuk merekam aksinya. Berkat bantuan Fiza juga, kedatangan dirinya bersama Fiza di hotel tersebut, tidak terekam kamera pengawas hotel.
####
Di saat yang sama, dua orang pria bertubuh kekar melangkah, menghampiri sebuah warung. Di depan warung terpampang banner yang menunjukan warung tersebut menjual aneka jajanan pasar.
"Permisi," sapa salah satu pria bertubuh kekar. Permisi."
"Ya. ," seorang wanita menyahuti dari dalam rumah dan wanita itu tergopoh-gopoh menghampiri tamunya. "Mau beli apa ya, Pak?"
"Nggak Bu, saya cuma mau tanya, di sini ada anak laki-laki yang jualan jajanan kaya gini nggak, Bu?" tanya pria tersebut.
"Anak laki-laki?" Kening wanita sontak berkerut.
"Anak laki-laki sekitar umur 20an. Katanya suka ambil barang dagangan di sini untuk dijual keliling di pusat kota."
"Oh, itu, iya, memang ada, tapi hari ini, anaknya lagi libur. Apa anda ada perlu sama anak itu?"
Pria tersebut tidak langsung menjawab, tapi dia tersenyum sembari melempar tatapan penuh arti pada rekannya.
lanjut thor