"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu.
"Aku mau, Bang," putus gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Mendengar penjelasan Manda dan Digo, seperti yang lainnya. Keira dan Aldo sangat terkejut, mereka tidak setuju jika Kiara putri kesayangan mereka harus menjadi istri kedua, apalagi Kiara menikah pria yang dicintainya karena belas kasihan dari Manda. Keira takut rencananya Manda dan Digo bukanya membuat Kiara bahagia malah membuat Kiara hancur.
Telfon Aldo berbunyi, ternyata dari Naina yang mengabarinya bahwa keadaan Kiara mendadak ngedrop. Aldo dan Keira buru-buru kembali ke rumah sakit yang ada di Bandung, yang lainnya ikut ke Bandung untuk menjenguk Kiara.
Tak butuh waktu lama, mereka semua sampai di rumah sakit. Naina memberitahu mereka keadaan Kiara sudah mulai stabil kembali.
"Alhamdulilah kalau Kiara sudah stabil kondisinya," kata Aldo.
"Oh iya Pak Aldo, tadi dokter cari Bapak sama Bu Keira. Tapi kalian sedang tidak ada, jadi dokter memberitahu saya jika Kaira sudah mendapatkan izin untuk pindah ke rumah sakit singapura, Kaira mendengar hal itu. Kiara menolak pergi ke mana-mana, katanya ia hanya ingin meninggal di Indonesia tanah kelahirannya Indonesia. Tidak mau di bawa ke mana-mana." Naina menceritakan semua yang terjadi saat Aldo dan Keira tidak ada di rumah sakit.
Mereka kaget mendengar cerita Naina, ternyata ucapan Manda benar. Kiara sama sekali tidak memiliki semangat hidup lagi, sudah pasrah dengan keadaannya. Tidak mau dirawat di rumah sakit singapura, padahal perawatan di sana pasti lebih bagus dari rumah sakit yang ada Indonesia.
Keira ingin masuk ke ruang rawat Kiara, untuk melihat keadaan putrinya. Namun, tiba-tiba Manda memanggilnya.
"Aunty Kei," panggil Manda lembut.
"Iya, kenapa?" jawab Keira agak jutek, ia masih kesal dengan rencana Manda dan Digo. Manda mengerti, pasti tidak gampang Auntynya menerima rencananya.
"Boleh Manda ikut masuk? Manda mau jenguk Kak Ara," ijin Manda. Keira tidak punya alasan tidak mengizinkan Manda, akhirnya ia mengangguk.
"Digo juga mau ikut masuk boleh." Keira mengangguk lagi, jadi yang masuk ke ruangan Kiara ada tiga orang. Keira, Manda dan juga Digo. Keira masuk duluan, ia tak tega melihat keadaan putrinya.
"Bunda!" panggil Kiara pada sang Bunda, Keira mendekati putrinya. " Iya, kenapa sayang? Kamu perlu sesuatu?"
"Kapan Ara pulang Bun? Ara bosan di rumah sakit terus, Ara mau cepet pulang ke rumah kita yang di Jakarta," rengek Kiara manja.
"Kok pulang sih sayang? Kan Ara masih sakit sayang, nanti kalau kamu sudah sembuh, nanti baru kita pulang ke rumah kita ya."
"Kapan Bun? Ara mau pulang aja, percuma Ara di rumah sakit, Ara udah enggak akan bisa sembuh lagi. Ara enggak mau kalau di rumah sakit, bakalan jadi beban Bunda sama Ayah. Paling sebentar lagi juga Ara meninggal, Ara pengen meninggalnya di rumah aja." Kiara menangis mengucapkan hal itu, Keira yang mendengarnya juga menangis. Ia hanya diam, tidak tahu harus bicara apa lagi pada putrinya.
"Kak Ara jangan ngomong gitu, Kak Ara harus semangat buat sembuh. Kalau udah sembuh Kak Ara pasti bisa pulang ke rumah Kakak, nanti Manda nginep buat nemenin Kakak di rumah. Kakak bukan beban, semua sayang sama Kakak enggak ada yang anggap Kakak beban. Kami ingin Kakak cepat sembuh," kata Manda yang tiba-tiba muncul. Manda juga menangis di balik pintu, mendengar pembicaraan Kiara dan Keira.
"Keadaan Kakak udah parah, Manda. Percuma, enggak akan bisa sembuh lagi. Kamu enggak usah khawatir, Kakak sudah ikhlas kok. Jika harus diambil nyawa Kakak, sekalipun hari ini."
"Udah ah, enggak usah bahas gitu lagi. Manda enggak suka, Kakak harus mikirin yang senang-senang aja, oh iya Kak. Manda ada kejutan buat Kakak."
"Apa?" Kiara penasaran dengan kejutan yang Manda bilang, munculah Digo di hadapan Kiara sontak membuat Kiara tersenyum senang. Manda dan Keira melihat hal itu.
"Ini kejutannya, Bang Digo udah pulang dari luar negri, bahkan sekarang ada di rumah sakit. Di depan Kakak, Bang Digo datang buat jenguk Kakak. Bang Digo mau Kakak cepat sembuh." Manda menjelaskan panjang lebar, Kiara sendiri tidak berkedip menatap Digo. Setelah melihat keadaan Kiara, Digo merasa sangat kasihan. Kiara sangat kurus, awalnya tidak memiliki semangat hidup. Hanya bisa pasrah dengan penyakitnya, saat Digo datang Kiara tersenyum.
"Makasih ya, udah jenguk aku," ujar Kiara tulus.
"Sama-sama, kamu cepat sembuh ya. Kami semua ingin kamu cepat sembuh," balas Digo.
"Iya, aku akan berusaha cepat sembuh." Keira dan Manda melihat efek kedatangan Digo sangat mempengaruhi Kiara. Digo, Manda dan Kiara mengobrol banyak bahkan bercanda. Keira dapat melihat kebahagiaan terpancar dari wajah Kiara.
Dokter masuk untuk memeriksa keadaan Kiara lagi, Keira, Manda dan Digo keluar dari ruang rawat Kiara.
"Saya menyetujui rencana Manda dan Digo yang tadi mereka jelaskan," kata Keira tiba-tiba, Manda sangat senang Keira menyetujui rencananya, sedangkan awalnya berharap keluarga Keira menolak saja, tetapi dia tetap bisa menikah dengan Manda.
"Kamu yakin sayang?" tanya Aldo memastikan.
"Iya, Mas."
"Kamu rela putri kita jadi istri kedua? Putri kita bisa mendapatkan pria lain yang lebih layak dari Digo, pastinya akan menjadikan putri kita istri satu-satunya." Aldo tidak habis pikir, kenapa istrinya dengan mudah setuju. Apa tidak memikirkan dulu matang-matang semuanya?
Keira sebenarnya tidak rela, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Ia juga tidak bisa egois, meminta Digo hanya menikahi putrinya. Sedangkan ia juga tahu, Manda dan Digo sejak dulu saling mencintai.
"Kamu enggak lihat Mas, Ara bahagia saat melihat Digo. Mengatakan pada Digo ingin cepat sembuh, padahal sebelum itu Ara sudah pasrah. Aku yakin, Ara pasti sangat bahagia bisa menikah dengan Digo. Pria yang ia cintainya sejak dulu, mungkin ini terbaik. Aku enggak sanggup jika harus kehilangan putri kita satu-satunya Mas," jelas Keira sambil menangis, Aldo membawa istrinya ke pelukkannya.
"Kalau memang itu yang terbaik, saya juga setuju." Mereka semua senang mendengar Keira dan Aldo sudah setuju.
"Digo Aunty minta kamu segera menikah dengan Ara, agar kamu bisa meyakinkan Ara untuk berobat ke singapure," pinta Keira. Digo mengangguk, memang ada pilihan lain selain mengangguk.
***
Trissya dan Lea sedang merias Manda lagi, karena hari ini juga Manda dan Digo akan melakukan akad nikah. Keputusan ini memang sangat mendadak, akhirnya Digo dan Manda menikah siri terlebih dahulu. Setelah itu mereka akan merencanakan nikah resmi dan resepsi, karena kalau menunggu nanti itu akan terlalu lama. Sedangkan Kiara harus segera ke singapura, Keira dan Aldo meminta Digo menemani Kiara sebagai suami Kiara.
"Sayang kamu cantik banget, iya kan Kak Trissya?" puji Lea dan meminta persetujuan Trissya, yang sebentar lagi statusnya bukan hanya ipar Lea tetapi juga besan Lea.
"Iya, kamu memang cantik. Seperti bidadari, pantas saja Digo sejak dulu sampai sekarang cinta banget sama kamu. Enggak ada keinginan melihat perempuan lagi," ujar Trissya membuat calon menantunya merona.