Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Perasaan Yang Mulai Aneh.
Nasya yang berlatih sambil melamun yang tidak menyadari bahwa ujung Walker tersebut berada di tepi lantai yang sedikit tinggi dan hal itu bahkan membuat Walker tersebut jatuh yang membuat Nasya melotot dengan posisi tubuhnya yang sudah dipastikan akan tersungkur dan untung saja yang tiba-tiba tangannya tertarik dan tubuh kecil Nasya langsung menabrak dada bidang yang siapa lagi jika bukan Nathan dengan posisi tangan Natan yang memeluk pinggangnya agar Nasya tidak jatuh.
Wajah mereka berdua sangat berdekatan hingga tidak ada jarak dengan hembusan nafas yang saling menerpa dan tatapan mata yang begitu dalam yang tampak berkeliling satu sama lain. Nathan beberapa kali terlihat kesulitan menelan salivanya.
Dia benar-benar menatap begitu berbeda dengan bola matanya yang berkeliling seakan melihat lebih dalam lagi bagaimana sosok istrinya itu. Susana di tempat itu yang juga begitu hening seakan sangat pas dengan suasana mereka berdua.
Mereka berdua masih tetap saling melihat dengan tatapan yang semakin dalam yang sudah dapat dipastikan jantung keduanya berdebar begitu kencang.
Sampai akhirnya Nasya tersadar dan langsung melepaskan diri dari Nathan. Nasya yang tampak gugup dengan melihat kesana kemari yang tidak berani menatap pria di depannya itu.
Wajah Nasya yang terlihat memerah dengan mengusap-usap lengannya seolah mengalihkan suasana hatinya yang sedang salah tingkah dan bahkan terlihat beberapa kali membuang nafas perlahan. Entah apa yang dia rasakan yang tiba-tiba saja begitu gugup dan tidak tahu kenapa mendadak salah tingkah.
"Nasya!" ucap Nathan yang membuat Nasya menoleh arah Nathan. Nasya heran melihat Nathan begitu memperhatikan dirinya dengan sangat aneh. Bagaimana Nasya tidak semakin salah tingkah ditatap seperti itu.
"Kamu tidak sadar dengan diri kamu?" tanya Nathan. Nasya bingung.
"Lihatlah! Kamu bisa berdiri tegak tanpa memegang apapun," ucap Nathan.
Nasya juga baru menyadari jika sejak tadi dia tidak memegang apapun dan Nasya melihat ke arah bawah melihat kakinya yang benar-benar tegak di atas lantai dan bahkan Nasya menggerakkan telapak kaki itu.
Mulutnya yang terbuka lebar dan langsung ditutup yang tidak percaya bahwa sekarang dia benar-benar sudah bisa berdiri seperti semula. Kaki selama ini hanya ditegakkan di pijakan kursi roda dan sekarang sudah bisa berdiri tegak di lantai tanpa memegang apapun seperti apa yang dikatakan Nathan.
"Kamu bisa berdiri," ucap Nathan yang terlihat begitu bahagia sekali dan terlihat masih tidak percaya.
Nasya mengangguk-anggukkan kepala dan sangking kegirangannya dia bahkan melompat kecil dan mencoba untuk berjalan dan ternyata memang benar kakinya sudah sembuh. Tawa yang begitu lebar terlihat di wajah cantiknya yang tidak percaya jika dirinya sudah tidak lumpuh lagi.
"Aku bisa berjalan. Ya. Allah ini bener-bener keajaiban. Aku bisa berjalan, aku sudah tidak cacat lagi," batinnya yang sangat terharu.
Terlalu bersemangat sampai Nasya tidak sadari bahwa dia berlari pada Nathan dan memeluk Nathan.
Nathan kaget dengan tindakan spontan Nasya, sampai membuat Nathan diam kaku yang tidak membalas pelukan itu. Nasya yang merasa nyaman diperlukan itu dengan wajah yang masih saja tersenyum dan tiba-tiba saja datar yang menyadari bahwa dia telah melakukan sesuatu dan dengan cepat melepaskan pelukan itu dari Nathan.
Nasya yang kembali salah tingkah, dia benar-benar tidak menyadari apa yang sudah dia lakukan. Tidak ingin salah tingkah di depan Nathan yang membuat Nasya berlari memasuki rumah dan mungkin sekalian juga ingin mencoba kakinya.
Melihat tingkah Nasya yang seperti itu membuat Nathan menyergah nafas dan tiba-tiba saja dia malah geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Nasya yang ada-ada saja.
Nasya benar-benar tidak percaya jika dirinya sudah bisa berjalan, dia bahkan berdiri di depan cermin untuk memastikan sendiri dan melompat-lompat kegirangan di dalam kamar. Ingin merayakan atas kesembuhan kakinya. Nasya bahkan mencoba untuk berbicara dan ternyata belum bisa.
"Apa ini mimpi?"
"Tidak Nasya, kamu sedang tidak bermimpi dan ini adalah kenyataan. Kaki kamu benar-benar sudah sembuh,"
"Tidak apa-apa Nasya. Pelan-pelan saja. Aku yakin kamu bisa mengatasi semua ini. Aku yakin kamu mampu," batin Nasya yang memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
Jika kedua kakinya bisa sembuh dan sangat yakin dia juga akan secepatnya bisa berbicara kembali. Nasya tidak akan pernah menyerah dan akan selalu berusaha agar benar-benar bisa kembali normal. Karena dia sudah sangat lelah dengan kondisinya yang sudah hampir 1 bulan lebih seperti itu.
***
Nasya keluar dari kamarnya dan dan melihat ke arah luar. Nasya melihat Nathan yang terlihat sedang menelpon. Nathan juga tampak begitu serius sekali yang berbicara dengan seseorang yang tidak tahu siapa yang dihubungi Nathan. Dari ekspresi wajahnya tampak memerah dan begitu tegas sekali. Bahkan terlihat seperti orang yang sedang marah.
"Dia sedang menelpon siapa?" tanya Nasya penasaran.
"Nona Nasya!" tegur Bibi yang membuat Nasya terkejut.
"Bibi sudah menyiapkan makan malam!" ucap Bibi. Nasya menganggukkan kepala.
Bibi tersenyum dan langsung berlalu dari hadapan Nasya dan Nasya kembali melihat ke arah suaminya yang menelpon dan ternyata sudah tidak ada Nathan di sana. Kepala Nasya langsung mencari-cari.
"Kemana dia?"
Nasya yang memastikan yang menghampiri teras rumah. Nasya melihat mobil yang melaju dengan Nathan yang pergi.
"Kenapa dia terlihat begitu buru-buru sekali. Apa-apa jangan-jangan orang yang ada di telepon itu adalah kekasihnya," Nasya menduga-duga sendiri di dalam hati.
Wajahnya terus saja terlihat begitu penasaran. Tetapi Nasya tidak mungkin juga mengejar dan hanya menghela nafas yang berusaha untuk tidak peduli dan padahal dia sangat penasaran.
Karena Nathan yang pergi entah kemana. Jadi Nasya makan sendiri. Ini pertama kali Nasya berada di meja makan sendiri dan biasanya Nathan selalu menemaninya karena mereka memang apa-apa mereka selalu melakukan hal berdua. Walau tidak akur, tetapi Nathan tidak pernah meninggalkannya.
"Kenapa aku jadi kepikiran tentang dia?" Nasya tiba-tiba saja tidak selera makan.
"Mungkin karena aku sudah bisa berjalan dan pelan-pelan dia mulai acuh. Lalu apa aku sudah benar-benar sembuh maka semuanya akan berakhir?" Nasya terus saja membatin.
Nasya menjadi tidak selera makan dan bahkan menghentikan makannya.
Jarum jam yang terus berputar dan Nathan yang belum kembali juga. Nasya yang berada di ruang tamu yang berada di sofa. Nasya terus melihat ke arah pintu yang seperti menunggu seseorang. Wajahnya yang tampak begitu murung sekali dan penuh dengan kegelisahan.
Tidak bisa bohong jika sebenarnya dia menunggu kepulangan Nathan. Nasya mengambil ponselnya dan melihat kontak di ponselnya yang mengscroll sampai bawah.
"Aku bahkan tidak menyimpan nomornya. Bagaimana mungkin aku bisa menghubungi nya," batinnya.
"Menghubunginya. Jadi kamu punya rencana ingin menghubungi Nathan?" Nasya terus saja bertanya-tanya sendiri.
"Tidak Nasya. Ada apa dengan dirimu. Tidak mungkin hanya karena memperlakukanmu benar-benar baik yang merawatmu benar-benar dengan tanggung jawab. Lalu kamu akan luluh," Nasya yang berusaha untuk menyadarkan dirinya.
Nasya yang mematikan ponsel tersebut dan terlihat wallpaper ponsel itu yang mana dirinya masih bersama dengan Radit. Nasya memang keterlaluan yang sudah menikah tetapi tetap saja memasang foto kekasihnya.
Bersambung......