"Bagaimana mungkin Yudha, kau memilih Tari daripada aku istri yang sudah bersamamu lebih dulu, kau bilang kau mencintaiku" Riana menatap Yudha dengan mata yang telah bergelinang air mata.
"Jangan membuatku tertawa Riana, Kalau aku bisa, aku ingin mencabut semua ingatan tentangmu di hidupku" Yudha berbalik dan meninggalkan Riana yang terdiam di tempatnya menatap punggung pria itu yang mulai menghilang dari pandangan nya.
Apa yang telah terjadi hingga cinta yang di miliki Yudha untuk Riana menguap tidak berbekas?
Dan, sebenarnya apa yang sudah di perbuat oleh Riana?
Dan apa yang membuat persahabatan Tari dan Riana hancur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Strong Punch
Matanya membelalak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Tari. Napasnya tercekat, saat ini ia masih berusaha mencerna semua yang baru saja terjadi.
Tari berdiri tegak di hadapannya, menatap nya sendu. “Aku tidak akan memaksamu, bagaimanapun kalian berdua sudah menghabiskan banyak waktu bersama, tentunya dia sangat berarti bagimu.”
Yudha mengepalkan tangannya. “Tari… aku bingung apa yang harus kukatakan padamu sekarang.”
Tari tersenyum tipis. “Kalau begitu aku akan membantumu memutuskan.” Ia melangkah lebih dekat, membuat jarak di antara mereka semakin sempit. “Jika kau memilih Riana… aku akan menganggap bahwa apapun yang terjadi di antara kita sudah selesai.”
Yudha terdiam, wajahnya menegang. “Jangan bicara sembarangan, hanya karna kau sedang emosi ka—”
“Aku serius.” Tari menyela cepat. “Aku sudah terlalu banyak kehilangan, Yudha. Tapi yang pasti aku tidak mau kehilangan anak ini, dan aku tak masalah jika sekalipun aku harus kehilanganmu. Dari awal aku memang tak pernah berharap lebih akan hubungan kita.”
Yudha memejamkan matanya sejenak, kepalanya tertunduk. Hatinya mencelos mendengar kata-kata tajam yang baru di dengar nya.
Selang beberapa detik, akhirnya Yudha menarik napas dalam dan mengangkat wajahnya. “Tolong berikan aku waktu, aku harus berbicara dulu dengan Riana. Maukah kau menungguku Tari?.”
Tari terdiam mendengarnya, tatapan sendu Yudha seolah ikut menjelaskan bahwa pria itu bingung dengan apa yang harus ia lakukan saat ini.
“Aku akan menunggumu," Balas Tari tersenyum simpul, ia meraih tangan Yudha dan mencium punggung tangan itu dengan lembut.
Yudha tersenyum kecil lalu ikut meraih tangan Tari, mencium kedua punggung tangan istrinya itu dengan kecupan-kecupan lembut.
“Aku harus pergi sekarang, tak apa-apa kan?.”
Tari mengangguk pelan, melepaskan genggaman tangannya dari tangan Yudha. “Pergilah, Tapi jangan buat aku menunggu terlalu Yudha.”
Yudha menatapnya dalam. Bibirnya terlihat terbuka ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya ia hanya mengangguk. Ia berbalik dan berjalan menuju pintu apartemen.
Saat Yudha membuka pintu dan melangkah keluar, Tari tetap berdiri di tempatnya, menatap punggung pria itu yang semakin menjauh. Hatinya terasa sangat sakit, melihat ekspresi pria itu tadi. Yudha terlihat bimbang, antara apa akan memilih dirinya atau Riana. Walaupun dia sudah mendengar apa yang dilakukan oleh Riana, Yudha tetap ingin mendengarkan wanita itu.
Bagaimana mungkin Riana bisa mengira Yudha akan meninggalkan nya, apa Riana tidak bisa melihat betapa besar cinta yang dimiliki Yudha untuknya.
Begitu pintu tertutup, Tari menghela napas dalam-dalam. Tangannya perlahan turun ke perutnya, mengusapnya dengan lembut. “Maafkan aku…” gumamnya pelan.
Di luar pintu, sebelum Yudha sempat masuk ke dalam lift, langkahnya sontak terhenti. Tepat di depan pintu apartemen, Ade sudah berdiri disana seolah sengaja menunggu nya dengan ekspresi serius.
“Kita perlu bicara sebentar Yudha. Ini tentang Riana,” ucap Ade dengan tatapan datarnya.
Yudha menatapnya dengan tatapan curiga, ia ragu tapi bagaimanapun ini soal istrinya. Tanpa berkata apapun, ia mengikuti Ade yang sudah membuka pintu apartemennya dan memberi isyarat agar ia masuk.
.
.
.
.
Yudha menyetir mobilnya dengan pikiran kalut. Di dalam kepalanya terngiang semua fakta yang baru di ketahui nya tentang Riana. Punggung tangan nya terlihat memar, dan terlihat banyak luka kecil di sana. Ia menghajar Ade saat tak bisa lagi menahan emosi nya, saat pria itu menunjukkan sebuah video padanya. Saat melihatnya, saat itu juga rasa jijik dan kemarahan menjadi satu. Seolah menghapuskan rasa cintanya pada Riana.
Riana adalah pasangan yang ia pilih sendiri untuk menghabiskan hidup bersama hingga akhir hayatnya. Tapi semua kebohongan dan kejahatan wanita itu sama sekali tidak bisa di beri maaf lagi.
Setibanya di rumah, Yudha memarkirkan mobilnya. Ia duduk diam selama beberapa saat, menghembuskan napas beberapa kali untuk menetralkan emosinya.
Ia melihat tak ada pencahayaan di rumahnya kecuali satu ruangan yang menyala, ruang tamu. Dengan memantapkan hati, ia akhirnya keluar dari mobil dan membuka pintu rumah.
Di dalam, Riana sudah menunggunya. Wanita itu duduk di sofa dengan kepala tertunduk, kedua tangannya saling menggenggam.
Saat mendengar suara pintu terbuka, Riana langsung menoleh. Wajahnya terlihat pucat, matanya sembab, jelas ia telah menangis cukup lama.
“Yudha…” suaranya bergetar.
Yudha tidak langsung menjawab. Ia hanya berdiri di sana, menatap Riana dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Ia takut akan apa yang akan didengarnya.
Riana bangkit dari sofa, berjalan mendekat dengan langkah ragu. “Aku tahu kau marah dan kecewa padaku. Tapi kumohon, dengarkan aku dulu…”
Yudha menarik napas dalam dan mengangkat satu tangan, memberi isyarat agar Riana berhenti mendekat. “Jangan mendekat lagi Riana, katakan lah apa yang ingin kau katakan,”
Riana terdiam sejenak, lalu menatap Yudha dengan mata yang nanar. “Aku melakukan semua itu karena aku mencintaimu, Yudha… Aku takut kehilanganmu.”
Yudha mengernyit, sorot matanya berubah tajam. “Dengan membunuh anakku?”
Riana menggeleng panik. “Aku… aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku tidak tau setan apa yang merasukiku, yang jelas aku ketakutan sayang. Saat aku melihatmu bersama Tari, melihat betapa bahagianya kalian… aku merasa hancur. Aku tidak bisa membiarkan dia mengambilmu dariku.”
Yudha mengepalkan tangannya, menahan emosi yang membuncah dalam dirinya. “Aku tidak mengenalmu lagi Riana, semua hal yang kau lakukan pada Tari dulu nya pun. Bagaimana kau akan menjelaskan nya, kita bahkan belum bertemu saat itu.”
Riana terisak, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Aku… aku menyesal, Yudha. Aku benar-benar minta maaf…”
Yudha memejamkan matanya sejenak, lalu menghembuskan napasnya. “Kau seharusnya meminta maaf pada Tari. Tapi kau malah bersikap sombong padanya.”
Riana menatap Yudha dengan air mata yang semakin deras. “Aku tahu… aku tahu sayang. Tapi kumohon, jangan tinggalkan aku… Aku akan berubah, aku bersumpah padamu.”
Yudha terdiam lalu menarik napas panjang, “Lalu selain perbuatan jahat mu pada Tari, apa lagi yang sudah kau lakukan di belakang ku Riana?,"
Riana terkejut mendengar ucapan Yudha. Wajahnya seketika memucat. “Apa maksudnya itu sayang? Memangnya apa yang kulakukan selain ini?”
Yudha menatapnya tajam, lalu berjalan mendekat beberapa langkah. “Jangan lagi berbohong padaku Riana.... Aku tadi sedikit berbincang dengan Ade. Dia menceritakan secara detail semua yang sudah kau lakukan bersamanya.”
Riana menelan ludah, tubuhnya menegang. “Ade? Apa… apa yang dia katakan padamu? Jangan dengarkan dia sayang, dia itu membenciku, dia pasti bicara yang tidak-tidak tentangku padamu kan?,"
Sorot mata Yudha mendingin. “Apa kau ingin aku mengatakannya dengan mulutku apa yang kau lakukan Riana?” Ia menghela napas panjang, lalu menatap wanita itu dengan penuh kekecewaan. “Ade memberitahuku semuanya, Riana. Tentang sejauh mana hubungan intim mu dengannya berkembang.”
Riana menggeleng panik. “Itu tidak benar! Dia pasti berbohong padamu, Yudha! Aku tidak pernah—”
“Berhenti berbohong Riana!” suara Yudha meninggi, membuat Riana terkejut dan mundur selangkah. “Aku melihat semuanya dengan mataku sendiri dalam video menjijikan yang dia rekam.”
Riana terisak, air matanya kembali mengalir deras. Mulutnya terkatup tanpa bisa mengeluarkan bantahan lagi. “Aku minta maaf Yudha.”
Yudha menatap wanita itu dengan penuh kekecewaan. “Aku tidak percaya aku pernah mencintai wanita sejahat dirimu.”
Riana menggeleng, mendekat dengan langkah cepat dan mencengkeram lengan Yudha dengan erat. “Jangan bicara seperti itu Yudha, aku masih sama seperti dulu, seperti Riana yang kau cintai,”
Yudha menatap tangannya yang dicengkeram Riana, lalu dengan perlahan ia melepaskan genggaman itu. “Kita akan bercerai.”
Riana terisak semakin keras dan terduduk di lantai, tangan nya mengepal erat lalu memukul kuat ubin lantai. “Yudha… tolong… aku nggak mau bercerai... huuu... huuu”
"Bagaimana mungkin Yudha, kau memilih dia daripada aku istri yang sudah bersamamu lebih dulu, kau bilang kau mencintaiku" Riana mendongak menatap Yudha dengan mata yang bergelinangan air mata.
"Jangan membuatku tertawa Riana, Kalau aku bisa, aku ingin mencabut semua ingatan tentangmu di hidupku" Yudha berbalik dan meninggalkan Riana yang terdiam di tempatnya menatap punggung pria itu yang mulai menghilang dari pandangan nya.
Setelah itu, Yudha melangkah keluar dan menutup pintu dengan cepat. Ia terdiam di balik pintu, air mata mulai jatuh membasahi pipinya tanpa bisa di tahan lagi.
Suara isakan histeris terdengar dari dalam, suara itu pilu dan terdengar sangat memohon.