Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 08
Kastel megah namum terasa suram itu semakin suram ketika tuan mereka masih belum kunjung sadar juga. Padahal sihir penyembuhan serta pengobatan dari dokter sudah dilakukan. Namun sang tuan masih belum segera bangun.
" Bukannya tidak ada racun ya? Tapi kenapa Yang Mulia belum juga sadar?"
" Entahlah, aku juga tidak tahu. Luka itu memang dalam namun tidak yang sampai mengancam nyawa."
Pembicaraan antara kepala pelayan dan dokter kediaman itu membuat mereka semakin resah. Memang benar tidal ada racun di dalam tubuh sang tuan, maka dari itu mereka heran mengapa tuan mereka belum juga bangun. Padahal ini sudah lewat semalam. Seharusnya pagi ini sudah bangun.
" Ya Tuhan bagaimana dengan Tuanku ini Ben. Masa beliau belum bangun juga, setahu ku Tuan tidak selemah ini. Pulang dari medan perang dnegan penuh luka pun beliau masih bisa bekerja," ucap Linda dengan penuh kekhawatiran.
Linda merupakan kepala dayang sekaligus pengasuh itu memiliki usia sudah setengah abad. Dia adalah seorang countess namum mengabdikan dirinya menjadi kepala dayang dan pengasuh Duke Theodore Adentine. Theo sudah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya semenjak masih berusia 5 tahun. Linda yang merupakan sahabat sang ibu menjadi pengasuhnya dan kini menjadi kepala dayang di Kastel Adentine.
Linda sudah seperti ibu bagai Theodore sendiri. Duke yang dikenal dingin hingga dijuluki monster oleh para bangsawan lain, bagi Linda dan seisi kastel tidak demikian.
" Yang Mulia Duke, bangun lah. Saya sudah menyiapkan makanan yang enak untuk Anda," ucap Linda lagi.
" Linda, sudahlah. Nanti pasti beliau juga bangun," sahut Ben. Ben, butler keluarga Adentine juga sudah berada di usia yang tidak muda. Pada intinya Ben dan Linda merupakan tetua di kediaman itu. Meskipun posisi mereka dibawah Theodore namum semua warga Kastel tahu kalau Theodore begitu menghormati dua orang tersebut. Hanya saja sifat Theodore yang dingin dan datar tidak pernah menunjukkan kasih sayang yang dimiliknya.
" Eughhh, kenapa kamarku berasa pasar. Kenapa kalian brisik sekali sih, aku masih ingin tidur. Tapi kalian malah membuat keributan seperti ini,"
" Yang Mulia, aaah akhirnya syukurlah Anda sudah sadar."
Theodore bangkit dari tidurnya, ia lalu duduk dan bersandar pada tempat tidur. Theo menatap satu persatu dari orang yang ada di dalam kamarnya. Ia lalu menghembuskan nafasnya kasar. Rasanya ia ingin sekali berteriak dan meminta mereka semua keluar dari kamarnya, namun wajah-wajah penuh kekhawatiran itu membuatnya urung.
" Haaah, aku tidak akan mati. Aku hanya sangat mengantuk karena beberapa hari terjaga. Ya walaupun dulu saat di medan perang aku sering terjaga namun beberapa hari ini memang aku juga tidak tidur karena suatu hal. Luka yang ku dapat itu memang tidak dalam. Namun orang yang menyerang ku waktu itu menggunakan darah naga di pedangnya sehingga mampu melukaiku."
" Lalu apa ini adalah senjata yang digunakan orang itu Yang Mulia, dan apakah Anda ingat wajah orang yang menyerang Anda?"
Oliver menyerahkan sebuah senjata. Itu berbentuk sebuah belati, dengan ukiran yang indah. Meksipun tidak ada permata ataupun jenis perhiasan lainnya, Theo bisa tahu bahwa itu adalah milik seorang wanita bangsawan.
Seorang pembunuh bayaran atau rakyat biasa tidak mungkin memiliki benda semacam ini. Theo jadi mengingat sesuatu, samar-samar dia mendengar suara malam itu. Suara seorang wanita.
" Senjata ini bukan milik si penyerang. Orang yang menyerang ku menggunakan pedang dan dia mengenakan topeng. Dia memiliki kemampuan yang bagus, karena dia menggunakan sihir juga yang bisa melumpuhkan ku. Ah iya, bagaimana kondisiku saat kalian menemukanku?"
Oliver menceritakan semuanya. Ia menceritakan bagaimana Theo ditemukan. Hal tersebut membuat Theo yakin bahwa yang menolongnya semalam memang benar seorang wanita. Dan belati itu milik wanita itu. Kalau dia tidak salah ingat, dirinya terluka di sekitaran wilayah County Gordo. Sungguh lucu, padahal dia terluka di wilayah kekuasaannya yakni Adentine.
Mungkin orang yang berhasil melukainya berpikir bahwa Theo sudah mati dan membuangnya ke tempat yang jauh. Namun sekarang bukan saatnya untuk itu. Theo harus mencari tahu bagaimana orang itu tahu kelemahannya.
Keturunan Adentine disebut-sebut sebagai keturunan Naga, akan tetapi mereka malah bisa dilukai dengan darah dari Naga lain. Dari cerita yang beredar, meninggalnya Duchess terdahulu itu karena tubuhnya melemah pasca melahirkan Theo. Mengandung anak yang memiliki darah naga akan membuat si ibu melemah dan pada akhirnya akan meninggal setelah beberapa waktu.
Maka dari itu Theo di juluki monster karena disebut telah memakan ibunya sendiri. Namun Duke terdahulu tidak begitu. Dia menyayangi Theo dengan tulus. Hanya saja Duke terdahulu juga akhirnya meninggal karena kesedihan yang luar biasa akibat ditinggal oleh sang istri.
Jadilah Theo semakin di cap buruk. Pada usinya yang ke 12 tahun sebagai Duke muda dia harus turun ke medan perang. Kekuatannya yang luar biasa itu semakin menambah rumor dirinya sebagai monster adalah benar.
Dalam beberapa generasi keturunan darah Naga memang akan mengalir pada anak-anak Adentine. Namun para tetua tidak menyangka bahwa Theo lah yang akan mendapatkannya. Padahal mereka pikir itu tidak akan pernah lagi terjadi karena terkahir darah Naga mengalir pada keturunan Adentine itu sudah 100 tahun yang lalu.
" Jadi apakah Anda sudah baik-baik saja Tuan."
" Oh ayolah Linda, aku ini tidak apa-apa aku hanya mengantuk. Kalian tidak perlu khawatir. Nah sekarang semuanya bubar."
" Baik Yang Mulia. Selamat beristirahat."
Semua orang pamit undur diri dan hanya menyisakan Regulus serta Oliver. Mereka berdua adalah tangan kanan Theodore. Ada satu lagi, dia adalah Rhine yang merupakan ajudan dari Theo.
Rhine sekarang tidak ada di tempat karena harus mengerjakan pekerjaan dari Theo yang lumayan tertunda karena kondisi Theo.
" Apa yang Anda perintahkan Yang Mulia?"
" Kau tahu saja Oliver kalau aku mau memerintahkan mu. Cari pemilik dari belati ini, aku harus mengembalikannya dan mengucapkan terima kasih. Dia lah yang menolongku menghentikan pendarahan pada luka. Kalian melihatnya bukan saat kalian menemukanku? Dan seingat ku dia adalah seorang wanita."
" Baik Yang Mulia. Tapi tumben sekali Anda meminta saya mencari wanita?"
" Tck, Oliver!"
Oliver langsung pamit undur diri. Perkataan Theo yang hanya satu kata dan hanya menyebutkan namanya itu cukup membuat Oliver tahu maksudnya.
" Nah Regulus, coba kau cari jejak sihir dari penggunanya. Aku yakin kau pasti sudah mencium sesuatu."
" Baik yang Mulia akan saya lakukan."
Theo terdiam, matanya menatap lurus ke depan. Ia tengah mencari-cari siapa agaknya orang yang ingin membunuhnya. Meskipun ia tahu bahwa banyak sekali orang yang menginginkan kematiannya, namum mereka tidak akan nekat begini mengingat tahu siapa dirinya.
" Pasti dia memiliki kedudukan. Tapi siapa diantara orang-orang itu?"
TBC