Elise, Luca dan Rein. Mereka tumbuh besar disebuah panti asuhan. Kehidupan serba terbatas dan tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya bertahan hidup. Tapi mereka memiliki cita-cita dan juga mimpi yang besar tidak mau hanya pasrah dan hidup saja. Apalah arti hidup tanpa sebuah kebebasan dan kenyamanan? Dengan segala keterbatasannya apakah mereka mampu mewujudkannya? Masa depan yang mereka impikan? Bagaimana mereka bisa melepaskan belenggu itu? Uang adalah jawabannya.
Inilah kisah mereka. Semoga kalian mau mendengarkannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeffa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Panen Besar
Sudah dua hari berlalu sejak Elise, Rein dan Luca melakukan perjalanan ke tempat pembuangan tempo hari. Selama itu pula mereka menghabiskan waktu dengan berladang kemudian lanjut membaca tumpukan buku yang menggunung. Akhirnya berita baik itu datang dengan sendirinya. Tanaman kentang yang dirawat Luca setiap hari pun berbunga menandakan siap untuk dipanen, karena penasaran Luca pun mencabut salah satu pohon yang ada didekatnya.
Luca mengangkat tinggi pohon kentang yang terlihat penuh oleh kentang dibagian akarnya. Sebenarnya Luca tidak berharap lebih dari hasil kentangnya tapi ternyata saat ini Luca benar-benar panen besar. Bayangkan saja dalam satu pohon terdapat lima belas buah kentang berukuran sebesar bola kasti. Karena pertanian itu cukup luas maka sebagian besar anak panti turut membantu memanen kentang dengan riang gembira. Umur anak-anak panti ada diantara 2-12 tahun. Jadilah Luca senang sekali saat yang lain menawarkan bantuan itu. Dia pun menerima bantuan dengan senang hati.
Ada lebih dari sepuluh orang yang memanen kentang hari ini dan mereka berhasil memanen banyak kentang. Lumbung Makanan yang tadinya terisi penuh oleh tumpukan daging dan apel serta beberapa beri liar yang tempo hari di petiknya . Namun persediaan yang dimiliki cepat terkuras habis menyisakan seperempat nya saja, karena jadwal makan anak-anak yang tiga kali sehari dan Carla pun sudah berhemat dengan bahan makanan yang dimiliki.
Karena anak panti tidak pernah hanya memakan sup encer yang biasanya disajikan mulai mendapatkan banyak varian baru beberapa akhir ini. Menyebabkan nafsu makan anak-anak meningkat sehingga Carla dan Bu Violet sedikit kewalahan dengan kegiatan memasak tiga kali porsi makan dari biasanya untuk jadwal satu kali makan. Tapi berkat hasil panen kentang kali ini baik Carla ataupun Bu Violet tidak perlu khawatir tentang persediaan bahan makanan selama seminggu kedepan.
Suara anak-anak bersorak gembira terdengar diladang sejak pagi. Bahkan mereka bersenandung kecil memikirkan apalagi yang akan disajikan Carla kali ini dengan bahan kentang yang dipanen. Suara riang anak-anak terdengar hingga ke panti membuat Violet dan Carla menghampiri.
"Astaga!! Apa-apaan ini semua?" tanya Bu Violet terkejut melihat tumpukan kentang yang menggunung.
"Ini hasil panen kita Bu." teriak salah satu anak.
"Hasil panen?" tanya Carla bingung. "Bukankah kalian selama ini hanya bermain tanah saja." .
Selama ini Carla hanya tahu jika ketiga anak itu sering bermain-main seharian dilahan kosong milik panti. Kadang beberapa anak-anak yang lain pun ikut bermain bersama. Mereka akan kembali dengan pakaian penuh tanah dan lumpur. Membuat Carla kesusahan mencuci pakaian itu. Tapi Carla tidak punya waktu untuk memikirkan dan memeriksanya karena pekerjaan yang embannya sudah terlalu banyak. Dirinya harus memasak, bebersih, lalu memasak lagi dan hal lainnya.
Walaupun dibantu dengan anak-anak panti lainnya tapi sebagian besar pekerjaan dilakukannya berdua bersama Isabella temannya. Bahkan untuk waktu dirinya sendiri pun rasanya Carla tidak punya. Jika memang ada kesempatan untuk bersantai maka Carla lebih memilih duduk sebentar menikmati teh tanpa gula di beranda depan panti. Atau membacakan sebuah buku untuk anak-anak yang sering merengek meminta dibacakan sebuah dongeng.
"Ehmmm Begini Carla sebenernya aku mengambil beberapa kentang digudang untuk ditanam." jawab Luca dengan wajah menunduk takut sekali dimarahi Carla.
"Pantas saja sekantung kentang hilang entah kemana. Ku fikir ada babi liar masuk pekarangan kita." Carla bertolak pinggang kesal.
"Lagipula kentang itu sudah bertunas, dan kita membawakan banyak bahan pengganti jadinya kukira tidak masalah." Luca berbohong sedikit karena Luca mencuri terlebih dulu barulah mereka memberikan bahan penggantinya. Tapi toh Carla tidak akan tahu, fikirnya.
"Baiklah, aku akan membiarkan masalah ini karena hasilnya bagus. Tapi jangan diulangi. Paham Luca!!" Terlihat sekali jika Carla mencoba menahan rasa kesalnya. Karena dirinya hampir dimarahi Bu Violet terkait hal ini.
"Baik Carla." jawab Luca pelan.
"Kamu bisa menanam semua kentang bertunas sebagai gantinya." Luca menatap Carla dengan tatapan bahagia mendengar kalimat itu. Sementara di sebelahnya Bu Violet menangis terharu melihat kerja keras yang selama ini mereka kerjakan bertiga berbuah manis terbukti dengan hasil panen yang terlihat menggunung di sudut ladang.
"Carla, kita akan makan kentang malam ini?" tanya Loren penasaran. Menu apa yang akan dimasaknya. Carla terlihat berfikir sejenak.
"Belum tahu. Bagaimana jika kalian mengambil beberapa dan kita rebus terlebih dahulu untuk cemilan." Carla memberikan ide.
"Okee!! Ayo teman-teman. Kita bawa ke dapur." ucap Loren membawa beberapa keranjang berisikan kentang untuk direbus. Beberapa anak mengekor dibelakang Carla dan Bu Violet yang pergi ke dapur panti. Termasuk Loren yang terlihat paling bersemangat.
Elise tersenyum senang begitupun dengan Rein dan Luca. Setidaknya usaha mereka tidak sia-sia. Melihat senyum anak panti sudah membayar seluruh jerih payah yang selama ini mereka kerjakan.
"Baiklah. Kalau begitu ayo, kita juga kembali bekerja." Luca memberikan arahan kepada anak lainnya yang tersisa. Luca pun membagikan tugas untuk menanami kentang dan dahan apel yang tempo hari lupa ditanamnya.
Luca membajak tanah dan yang lain bertugas untuk menanam dan menyiraminya. Beberapa anak ditugaskan untuk mencabut rumput dan juga membawakan air minum dan beberapa kentang rebus yang sudah matang. Untuk menunda lapar. Karena perkerjaan ini ternyata tidak mudah terutama bagi anak kecil seperti mereka. Untuk pekerjaan seperti ini memakan waktu dua hari. Hingga ketiganya mengurungkan niatnya untuk pergi ke hutan Murbo karena fokus dengan pekerjaan diladang. Luca terlihat mengelap keringat yang membasahi wajahnya.
"Ternyata melelahkan tapi juga menyenangkan." Ucap Luca seraya meneguk air yang ada ditangannya yang langsung habis dalam sekali teguk.
"Semoga hasil panen kita bellimpah lagi." Doa Elise penuh harap saat melihat hamparan tanah yang sudah ditanami kentang dan dahan pohon apel.
"Iya. Aku ragu pohon apel itu akan hidup. Karena aku tidak tahu caranya menanam pohon apel dari dahannya." Elise mengerutkan dahi menatap Luca saat itu juga.
"Heh! Jadi kamu tidak tahu?" Elise setengah kesal melihat tingkah Luca seraya menepuk jidat.
"Tidak." Ucap Luca dengan senyuman lebar di bibirnya membuat Elise ingin sekali menimpuknya tapi ditahan oleh Rein dengan cepat.
"Sudah lebih baik kita berdoa saja. Toh Luca sudah bersusah payah menanamnya dan memberinya asupan mana yang cukup." Ucap Rein menengahi membuat Elise hanya terdiam kesal. Bagaimana jika nanti tanaman itu tidak tumbuh dan malah mati. Susah payah mereka membawanya kesini bukan. Rugi besar namanya.
"Tentu saja aku ikut membantu melakukannya. Daripada seseorang yang hanya mengeluh saja." Cibir Rein melihat tingkah laku Elise barusan.
Memang sejak kemarin Elise terlihat membantu pekerjaan mereka saat menanam dan menyirami lahan tetapi saat mulai memberikan suntikan mana pada tanaman Elise tidak membantu sama sekali. Lagipula apa pula yang bisa dilakukan dirinya dengan mana yang hanya lima itu. Jadilah Elise hanya bermain-main dengan slime peliharaannya. Melihatnya bergoyang-goyang menyenangkan kemudian menatap Luca dan Rein yang sibuk menyuntikkan Mana ke dalam tanah. Dengan skill Recovery.
"Hei aku membantu doa. Kau tahu doaku sangat ampuh dibandingkan doa anak-anak lainnya." Elise tak mau mengaku jika memang dia hanya bermain-main.
"Sudah. Sudah. Ayo kita pulang dan bersih-bersih. Aku lelah." Ucap Luca menengahi kemudian berjalan lebih dulu ke arah sumur. Rein tampaknya tidak berniat melanjutkan perbincangan ini dan mengikuti Luca begitupun dengan Elise yang sudah berjalan mengikuti mereka dari belakang dengan bibir yang dimajukan.