Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Bisma Bingung
Bisma sudah berada di dalam ruangannya, pikirannya masih berada di rumah. Permintaan sang mama kemarin yang terpaksa ia setujui, semata hanya untuk kebaikan sang mama yang tiba-tiba sesak nafas.
Hiruk pikuk di lapangan dan yel-yel dari para prajurit organik yang akan dikirim ke wilayah perbatasan Indonesia sudah terdengar bersemangat. Bisma masih ingat ketika dirinya dikirim juga ke sana 10 bulan yang lalu.
Saat itu Bisma sangat bahagia, sebab Jelita yang merupakan seorang dokter, kebetulan mendapat tugas yang sama, diperbantukan di wilayah Papua sebagai dokter umum. Tidak ada hari-hari yang melelahkan, karena setiap hari mereka bisa bertemu.
"Setelah tugas kita selesai, aku siapa dipinang kamu Mas," ujar Jelita kala itu. Bisma sangat bahagia saat mendengar Jelita siap dipinang setelah tugas mereka selesai dari Papua.
Namun, tiba-tiba saja Jelita memutuskan hubungan pertunangan, sebulan sebelum Bisma akan mengadakan lamaran. Hancur hati Bisma. Dia sama sekali tidak pernah main-main menjalin hubungan dengan Jelita. Bahkan selama ini dia setia dan menjaga hubungan yang sudah dijalani kurang lebih lima tahun. Tidak jarang teman satu kesatuan Bisma yang menyukainya, ia tolak, karena Bisma selalu menjaga hubungannya dengan Jelita.
Tapi semuanya sia-sia, justru Jelita sendiri yang mengkhianati ketulusan cintanya. Jelita berkhianat dengan seorang Danki di kantornya. Danki yang sama-sama pernah ditugaskan di wilayah Papua.
"Danton, selamat pagi," sapa beberapa anggota yang kebetulan melewatinya, tapi Bisma hanya menunduk sedih pikirannya benar-benar sedang tidak berada di kantor ini.
"Bro, apa kabar? Sejak di dalam ruangan, aku lihat kamu melamun saja, tidak ada gairah." Diman tiba-tiba datang lalu duduk di depan Bisma.
"Pikiranku sedang mumet Man," ucap Bisma terdengar putus asa.
"Mumet kenapa, Bro? Masih kepikiran Danki dan mantan tunangan kamu itu? Cari yang lain, di sini banyak KOWAD dan PNS yang mau sama kamu. Pilih salah satu yang menarik hatimu," saran Diman.
Bisma menggeleng. Bukan tidak tertarik dengan KOWAD-KOWAD di sini, tapi mereka rata-rata KOWAD baru yang belum boleh diajak nikah tahun ini.
Ingin rasanya Bisma bercerita pada Diman bahwa saat ini dirinya sedang ditodong menikah oleh kedua orang tuanya dengan gadis pilihan mereka. Tapi Bisma masih ragu, mampukah ia mencintai Haura dengan tulus, sedangkan latar belakang Haura saat ini adalah anak angkat dari kedua orang tuanya.
"Danton Bisma Dwipangga, kita diseru menuju lapangan oleh Komandan, untuk acara pelepasan prajurit organik yang akan dikirim ke Papua dan wilayah perbatasan Indoneia lainnya." Rudy teman terdekat Bisma memberitahukan perintah Komandan.
Padahal tadi sudah terdengar pengumuman di speaker, saking asik melamun, Bisma sama sekali tidak mendengar seruan Komandan.
Bisma bangkit dari kursinya, setengah berlari mereka sama-sama menuju lapangan dan berbaris di sana. Lagi-lagi dengan terpaksa, Bisma harus berinteraksi dengan Danki Erwan, yang saat ini selalu ingin Bisma hindari. Demi apapun, Bisma berharap tidak lagi dipertemukan dengan Danki satu itu, tapi mau bagaimana lagi, pertemuan mereka baik sengaja atau tidak sengaja pastinya tidak akan terelakan.
***
Jam kantor usai, Bisma tidak segera kembali ke rumah. Ia sengaja menjalankan mobilnya ke kota gudeg. Rencananya Bisma ingin menemui sang kakak, Birawa. Birawa merupakan kakak Bisma. Mereka tiga bersaudara, antara lain Birawa, Bisma dan Arani. Kedua saudara Bisma sudah menikah, dan Bisma dilangkahi Arani adik semata wayangnya. Tapi Bisma tidak masalah, toh jodoh bukan harus berurutan sesuai tahun kelahiran.
Bisma sengaja menjumpai sang kakak untuk sekedar sharing. Tidak terasa mobil Bisma sudah berada di depan sebuah rumah mewah. Rumah yang berada dalam ruang lingkup perumahan menengah ke atas.
"Bisma, kamu datang?" Baru saja Bisma akan menekan bel, seorang laki-laki sekitar 33 tahun muncul dan menyambut Bisma dengan bahagia.
"Iya, Mas. Apa kabar?"
"Alhamdulillah, aku baik. Kamu bagaimana? Lalu rencana pernikahan itu bagaimana, kenapa belum ada kabar? Kamu diam-diam saja, bukankah rencana kalian setelah tugas dari Papua lalu akan mengajukan menikah?" cecar Birawa yang masih berprofesi sama seperti Bisma. Birawa saat ini sudah berpangkat Kapten dan menjabat sebagai Danramil di Koramil setempat.
"Eh ngomong-ngomong, di mana Mbak Desy dan Silvi, kok sepi, Mas?" Bisma belum menjawab pertanyaan Birawa, ia justru mengalihkan pertanyaan lain pada sang kakak.
"Desy, belum pulang. Sepertinya dia sedang melakukan penyuluhan pada masyarakat terutama ibu-ibu hamil di lingkungan Puskesmas setempat," ujar Birawa. Istrinya Birawa seorang Bidan di sebuah Puskesmas.
"Kalau Silvi, barusan dibawa sepupunya main ke rumah neneknya," lanjut Birawa.
"Masuklah, di luar panas. Biar aku bikinkan kamu minum." Bisma mengikuti Birawa masuk ke dalam rumah sang kakak yang adem dan dingin. Seorang ART paruh baya tidak lama dari itu datang sembari membawa dua gelas sirop dingin.
"Gimana, pengajuan nikah kamu?" singgung Birawa lagi melanjutkan pertanyaannya tadi.
"Gagal, Mas. Jelita memutuskan hubungan secara tiba-tiba saat aku akan melakukan persiapan lamaran. Dia berkhianat dengan orang kantor, dia Danki berpangkat Mayor," cerita Bisma mengalir begitu saja tanpa tersendat.
"Apa? Dr. Jelita berkhianat dengan Danki di kantor mu?" Birawa terkejut dan rasanya tidak percaya dengan pengakuan Bisma sang adik.
"Ya, begitulah. Sudahlah, Mas. Aku muak jika harus mengingat dua nama itu lagi. Kedatanganku kemari untuk sharing, aku sedang bingung nih." Bisma menarik nafas dalam seakan memberi isyarat pada sang kakak bahwa masalahnya kali ini sama beratnya saat pertama kali diputuskan Jelita.
"Ceritalah, siapa tahu mas bisa memberi pencerahan."
"Mama dan papa menjodohkan aku dengan Haura. Mas kenal Haura, kan? Semalam aku terpaksa menerima permintaan mama dan papa, karena mama tiba-tiba sesak nafas saat aku menolak permintaan mereka."
"Haura? Haura saudara angkat kita?" Birawa meyakinkan. Bisma mengangguk.
"Aku bingung Mas, apakah permintaan mama dan papa itu aku jalankan saja lalu aku mengajukan nikah pada Komandan?"
"Kenapa kamu bingung, kalau kamu merasa ragu dan perasaanmu pada Haura tidak ada rasa cinta, jangan kamu paksakan pernikahan itu. Tapi jika kamu memikirkan kesehatan mama dan kamu ingin berbakti pada mereka, tidak ada salahnya kamu terima Haura. Toh Haura tidak buruk-buruk banget, setahuku dia gadis yang baik dan penurut sama mama papa. Dia juga mandiri. Hanya ...."
Birawa tidak melanjutkan kalimatnya. Tentu saja diapun tahu Haura saat ini masih memiliki ayah yang sedang sakit.
"Aku sudah tahu ayah Haura masih dirawat di sebuah yayasan orang sakit." Bisma melanjutkan ucapan Birawa.
"Aku rasa itu tidak masalah, yang jadi masalah adalah Haura masih sangat muda. Apakah kamu akan tulus mencintainya kelak. Aku tidak mau kamu menyia-nyiakannya. Kasihan dia, dia gadis yang sudah menderita sejak usia remaja. Aku tidak mau kamu sebagai aparat negara justru menyakiti seorang gadis baik seperti Haura."
Nasihat Birawa yang panjang lebar, sedikit banyak membuat Bisma tersentuh. Di sini dia begitu bimbang dan semakin dilanda bingung harus memutuskan apa.
"Kamu tenang saja, jika kamu ingin menjalankan permintaan mama dan papa, jalankan saja, lagipula kamu memang harusnya memiliki istri yang seperti Haura. Dia gadis baik yang sabar serta mandiri, tapi aku yakin dia bukanlah gadis manja yang egois," tutur Birawa lagi justru memberi dukungan pada Bisma untuk menjalankan permintaan kedua orang tuanya.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...