Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Tiga bulan setelahnya, karena terus memperjuangkan kalau dia tidak bersalah di pengadilan dan tidak mendengar kan saran dari Robert, akhirnya “tok...tok...tok,” hakim membacakan keputusan akhir nya.
“Saudara Reinaldo Tirta, di nyatakan bersalah dengan dakwaan menggelapkan uang perusahaan sebesar 6 miliar di sertai bukti bukti pendukung. Terdakwa akan di jatuhi hukuman penjara selama 5 tahun dan denda sebesar 200 juta,”
“Tok...tok...tok,” Rei yang mendengar keputusan hakim menunduk, kedua tangannya mengepal, dia menoleh melihat ke arah penonton dan tidak melihat mantan istrinya hadir di sana, karena hatinya sangat ingin melihat putri nya. Polisi langsung menggelandang Rei yang lemas namun masih mengepalkan tangannya keluar dari ruang sidang.
“Cuma lima tahun, sabar Rei, lima tahun itu sebentar, tunggu papa ya Laila, papa pasti pulang,” ujar Rei dalam hati untuk meyakinkan dirinya dan menghapus kesedihan nya.
******
Waktu terus berjalan, sebulan sudah berlalu sejak keputusan di bacakan, Rei meringkuk di selnya sambil menundukkan kepalanya.
Tiba tiba “teet,” terdengar suara pintu ke areal sel di buka, tak lama kemudian, “cklik,” “kreek,” “klek,” pintu selnya di buka, seorang sipir penjara membawa seorang pemuda masuk ke dalam sel Rei.
Pemuda itu menatap Rei yang duduk di sudut dekat pintu dengan tajam. “Jegleg,” “cklik,” “kreek,” sipir menutup kembali pintunya. Rei melihat pemuda yang bertelanjang dada dengan tubuh kurus namun di penuhi tato biru milik residivis dan tahu kalau pemuda itu sudah bolak balik keluar masuk penjara.
Pemuda itu duduk di sebelah Rei dan dia menoleh menawarkan rokok kepada Rei,
“Maaf, saya tidak merokok,” ujar Rei.
“Ok ok,” balas sang pemuda.
“Kenapa di tangkap ?” tanya Rei.
“Biasa saja, bunuh orang hehe, nama gue Zacky, lo siapa ?” tanya Zacky.
“Reinaldo,” jawab Rei singkat.
“Hoo jadi elo orangnya, berapa lama di hukum ?” tanya Zacky.
“5 tahun, maksud lo apa jadi elo orang nya ?” tanya Rei sedikit heran.
“Kaga, sebelum masuk gue terima kerjaan, biasa buat tambahan beli rokok ama nyimeng,” ujar Zacky.
“Kerjaan ? kerjaan apa ?” tanya Rei bingung.
“Ini,”
“Jleb,” tiba tiba sebuah pisau menancap di pinggang Rei, “aaah,” Rei yang merasa kesakitan langsung roboh kesamping sambil memegang pinggangnya yang di tusuk dan berdarah.
“Ke..kenapa lo nusuk gue ?” tanya Rei.
“Kan gue bilang gue punya kerjaan alias job, gue di suruh menghabisi orang bernama Reinaldo yang ciri ciri nya mirip ama lo, jadi sori ya, gue sih ga punya masalah ama lo, paling kalau ketahuan sipir gue nambah setahun dua tahun di sini, gue sih santai,” jawab Zacky berdiri di depan Rei sambil memegang pisau kecil penuh darah.
“Tolong....tolong...ada pembunuh di sini,” teriak Rei.
“Aduh lo mau teriak kayak apapun percuma, sipir di sini budek semua, mending lo diem,” ujar Zakcy sambil jongkok kemudian menutup mulut Rei.
“Ugh...uguh....guh,” Rei yang mulutnya di tutup berusaha bicara.
“Oh lo nanya, siapa yang nyuruh gue, ok gue kasih tau, dia senior gue, namanya Herman, kenal ?” tanya Zacky.
Wajah Rei langsung berubah menjadi merah, seluruh urat di kepalanya keluar, matanya membulat menatap Zacky di depannya dengan tajam ketika Zacky menyebutkan nama Herman.
“Oi jangan melototin gue napa, santai aja kale, tapi ya, ngeliat reaksi lo berarti gue ga salah orang, dah ya, jangan dendem ama gue dan kalo jadi hantu jangan nyamperin gue ya, gue cuman kerja doang, ga ada perasaan apa apa, sumpah, dadah,”
Zacky langsung menyayat leher Rei dan membuat Rei merasakan sakit yang luar biasa, darah segar keluar seperti sapi yang sedang di sembelih membasahi lantai sel, mata Rei mulai mendelik ke atas dan kesadarannya perlahan lahan hilang,
“Jadi ini akhirnya, gue di bunuh di penjara, kak Herman dendem ama gue gara gara nyakitin Laura hahaha....gue ga akan bisa ketemu Laila....gue mau liat Laila tumbuh dewasa.....Laila....Laila....papa kangen,” teriak Rei di kepalanya sebelum kesadarannya menghilang.
Tapi tiba tiba, Rei tidak merasakan sakit di leher dan pinggangnya, dia membuka matanya dan melihat Zacky yang sudah berdiri sambil mengelap tangannya, diam mematung tidak bergerak, dia menoleh melihat sekeliling, warna seakan akan menghilang dari pandangannya sehingga semuanya nampak hitam putih, termasuk Zacky yang berdiri di hadapannya.
“Apa ini ?” tanya Rei.
Dia langsung berdiri dan menoleh melihat ke bawah, dia langsung melompat karena dia melihat dirinya sendiri masih tergeletak di atas genangan darah dan berwarna hitam putih. Dia melihat kedua tangannya,
“Gue udah mati ?” tanya Rei.
“Halo halo...tenang, kamu belum mati....tapi kamu pasti mati, jadi pertanyaannya adalah apa kamu mau membalas dendam ?” tanya seseorang di belakang Rei.
Rei langsung berbalik, di belakangnya ada seorang pria yang terlihat sangat kurus, memakai tuxedo, membawa tongkat dan memakai topi panjang ke atas. Wajahnya terlihat mengerikan dengan hidung panjang bengkuk dan mata besar membulat di tambah senyum yang lebar.
“Si..siapa lo ?” tanya Rei ketakutan.
“Hmm sebelum bertanya, tolong jawab dulu pertanyaan ku sebelumnya, apa kamu mau membalas dendam ?” tanya pria itu.
“Balas dendam kepada siapa ? Alex ?” tanya Rei.
“Hmm hampir tepat, kamu sepertinya tidak tahu apa yang terjadi ya, seperti darimana asal hutang itu, kenapa istrimu menceraikan mu hanya karena masalah itu, kenapa sekertaris mu berkhianat pada mu dan kenapa kakak istri mu mengutus manusia itu untuk membunuh mu ?” tanya sang pria sambil menjulurkan wajahnya yang mengerikan ke wajah Rei.
“A..apa maksud mu ? kalau Alex iya, dia memfitnah ku dan bekerjasama dengan sekertaris ku, hanya itu kan ?” tanya Rei.
“Kamu sama sekali tidak curiga pada istri mu ?” tanya sang pria.
“Hah...dia juga korban, dia menceraikan gue karena ga tahan banyak debt collector datang,” jawab Rei.
“Ck...ck...ck...begini nih kalau buta dan tidak melihat karena cinta, memang sih aku mengakui istri mu cantik, baiklah, biar cepat, aku tayangkan saja,” ujar sang pria.
“Ctak,” pria itu menjentikkan jarinya, “bwuuung,” sebuah layar hologram berwarna merah keluar di hadapan wajah Rei, mata Rei langsung membulat karena melihat Laura istrinya sedang makan bersama Alex di sebuah restoran mewah.
“Hei apa ini ?” tanya Rei.
“Oh ini live, actual, saat ini sedang terjadi, tonton aja dulu dan pakai headphone ini untuk suaranya,”
“Ctak,” dua buah headphone langsung muncul di kedua telinga Rei sehingga Rei bisa mendengarkan percakapan di layar.
“Bersulang,” terlihat Laura dan Alex mengadu gelas wine di tengah.
“Sekarang sih harusnya dia sudah mati di dalam sel, benar kan,” ujar Alex sambil melihat jam tangan nya.
“Iya, kakak ku menyuruh temannya untuk masuk ke sana menghabisi dia,” balas Laura.
“Kamu gila juga ya mengkhianati suami mu sampai seperti itu,” ujar Alex sambil menenggak minumannya.
“Semua kan demi kamu sayang,” ujar Laura tersenyum mesra kepada Alex.
“Hahaha rencana dari lima tahun yang lalu akhirnya terlaksana, mulai dari kelahiran Laila, menyuruh keluarga mu memakai koresponden nya untuk berhutang dan menjebak nya melakukan penggelapan uang di kantor, sekarang posisi dia menjadi milik ku dan semua itu berkat kamu sayang,” ujar Alex.
“Iya, sungguh lama, aku harus terus melayani dia bahkan sampai malam, benar benar cape, tapi untungnya sampai akhir dia tidak menyadari kalau Laila itu anak mu dan bukan anak dia,” ujar Laura.
“Bagus begitu kan, kalau dia menyadari, kita bisa ketahuan sebelum waktunya dan dia bisa tahu kalau kita sudah berhubungan sejak dua tahun sebelum Laila lahir,” ujar Alex.
“Tenang aja sayang, dia bego kok, dia bahkan tidak sadar kalau dia mandul,” ujar Laura.
“Yah sekarang tinggal tunggu kabar dari kakak mu, semakin cepat dia tidak ada di dunia ini semakin bagus,” balas Alex.
“Lalu gimana dengan sekertarisnya ? kamu masih sama dia ga ?” tanya Laura bersungut sungut.
“Aduh kamu jangan cemburu, sudah ku bilang kan, aku hanya memakainya untuk mendapatkan berkas berkas itu, aku tidak menyangka saja dia meminta sekertarisnya untuk melapor polisi, hampir saja, untung aku cepat bertindak dengan menyandera ibunya yang sedang sakit di rumah sakit kenalan ku dan mengancamnya,” jawab Alex.
“Trus gimana dia ? kamu tidak jatuh hati pada nya kan ?” tanya Laura.
“Tentu saja tidak, aku hanya memakai tubuhnya saja untuk mengancam dia, tujuan ku ya supaya dia tidak macam macam dan membocorkan rencana kita, bukan karena aku naksir dia atau karena dia seksi dan lain sebagainya, semua demi rencana kita,” jawab Alex.
“Syukurlah, kalau begitu kapan kita menikah ?” tanya Laura.
“Secepatnya sayang, begitu mendapat kabar orang itu sudah tidak ada di dunia ini, kita langsung menikah, aku juga mau bersama anak ku dong,” jawab Alex.
“Hehe aku cinta kamu sayang,” balas Laura.
“Sama, aku juga mencintai mu,” balas Alex.
Keduanya kembali bersulan dan kembali meneruskan makan makanan di depan mereka, setelah itu,
“Oh ya, kamu sudah mendaftar ke dokter ?” tanya Alex.
“Sudah, besok bisa temani aku memeriksa kandungan ku ?” tanya Laura.
“Tentu saja bisa sayang, aku akan menemani mu ke dokter, demi anak kedua kita hahaha,” jawab Alex.
“Plop,” layar hologram di depan Rei meletus bagai balon, sang pria menatap Rei yang mematung tidak bergerak dengan air mata bercucuran, mulut menganga namun wajah seperti tomat yang sangat merah.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaah,” teriak Rei dengan kencang dan sekuat tenaga.
“Wuiih aku suka semangat mu, jadi kamu sudah bisa menjawab pertanyaan ku sekarang kan, apa kamu mau membalas dendam ?” tanya sang pria.
Rei terdiam, dia jatuh berlutut dan kedua tangannya memegang kepalanya, kenangan dirinya bersama putrinya yang merupakan harta satu satunya bagi dirinya, pecah berantakan seperti cermin yang pecah dan berserakan. Dengan tatapan kosong, Rei menoleh melihat pria yang menjulurkan wajahnya sambil tersenyum di sebelahnya dan sedang menatap dirinya.
“Aku mau balas dendam....aku mau membunuh mereka satu persatu,” ujar Rei.
“Sip, jawaban mu ku terima, lalu pertanyaan selanjutnya, apa kamu mau bertindak sendiri atau instan dengan kata lain aku yang bertindak, kalau kamu pilih instan aku akan bertindak sekarang juga dan balas dendam akan langsung terlaksana, bagaimana ?” tanya sang pria.
“Sekarang juga ?” tanya Rei.
“Yap, sekarang juga, aku sarankan kamu mengambil instan karena kamu tidak mungkin keluar dari sini dengan cepat kan,” jawab sang pria membujuk Rei.
Rei terdiam, giginya gemeretak, amarahnya meluap luap, dia ingin sekali secepatnya membalas perbuatan Laura, Alex dan semua yang menyakitinya. Dia menoleh melihat ke arah sang pria.
“Lakukan sekarang dan perlihatkan padaku,” ujar Rei.
“Hohoho baiklah, dengan senang hati,” “ctak,” pria itu kembali menjentikkan jarinya dan “bwuung,” layar hologram kembali tampil di depan wajah Rei bersama dengan headphone di kedua telinganya.
mampir juga ya kak di cerita akuu