NovelToon NovelToon
Alastar

Alastar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bita_Azzhr17

Alastar adalah sosok yang terperangkap dalam kisah kelam keluarga yang retak, di mana setiap harinya ia berjuang dengan perasaan hampa dan kecemasan yang datang tanpa bisa dihindari. Kehidupan rumah tangga yang penuh gejolak membuatnya merindukan kedamaian yang jarang datang. Namun, pertemuannya dengan Kayana, seorang gadis yang juga terjerat dalam kebisuan keluarganya yang penuh konflik, mengubah segalanya. Bersama-sama, mereka saling menguatkan, belajar untuk mengatasi luka batin dan trauma yang mengikat mereka, serta mencari cara untuk merangkai kembali harapan dalam hidup yang penuh ketidakpastian. Mereka menyadari bahwa meski keluarga mereka runtuh, mereka berdua masih bisa menciptakan kebahagiaan meski dalam sepi yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bita_Azzhr17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Dua Hati, Satu Luka

Setelah kejadian tadi, suasana menjadi canggung bagi semua orang. Frasha merasa bersalah meskipun ia tahu bahwa ia tidak pernah bermaksud membuat semuanya menjadi serumit ini. Alarick, di sisi lain, merasa terjebak dalam situasi yang tak ia inginkan. Namun, yang paling terpukul adalah Alastar. Ia tak hanya kehilangan kepercayaan pada sahabatnya, tetapi juga menghadapi kenyataan bahwa orang yang ia sukai terlihat begitu akrab dengan sahabatnya sendiri.

Saat bel pulang berbunyi, Alarick memutuskan untuk menyelesaikan semuanya. Ia tidak bisa membiarkan permasalahan ini menggantung terlalu lama. Maka, ia mengajak Barram, Falleo, dan Faldo untuk ikut bersamanya mendatangi apartemen Alastar.

“Gue nggak yakin ini waktu yang tepat, Rick,” ujar Faldo, merasa enggan. “Star masih panas. Kalau lo datengin sekarang, bisa makin runyam.”

“Tapi gue nggak bisa diem aja,” balas Alarick dengan nada tegas. “Gue harus jelasin semuanya sebelum ini makin salah paham.”

Barram, yang tahu kondisi Alastar lebih dari yang lain, akhirnya setuju. “Baiklah, tapi lo harus sabar. Jangan tambah keruh keadaan.”

****

Ketika mereka sampai di apartemen Alastar, suasana terasa hening. Barram mengetuk pintu, dan tak lama kemudian pintu terbuka, memperlihatkan Kayana yang berdiri di sana. Keberadaan Kayana membuat Alarick, Falleo, dan Faldo terkejut.

“Kayana?” tanya Falleo, bingung. “Lo ngapain di sini?”

Kayana hanya menatap mereka dengan pandangan datar. Ia tidak menjawab, melainkan membuka pintu lebih lebar untuk membiarkan mereka masuk. “Masuk aja,” katanya singkat, lalu berbalik ke dalam apartemen.

Barram melirik Alarick dan yang lainnya, lalu mengikuti Kayana masuk. Di ruang tengah, mereka menemukan Alastar sedang duduk di sofa, memegang cangkir kopi yang hampir kosong. Wajahnya terlihat lelah, namun pandangannya tetap tajam ketika melihat Alarick.

“Lo mau apa ke sini?” tanya Alastar dingin, tanpa basa-basi.

Di dalam apartemen Alastar, keheningan menyelimuti ruangan. Mereka semua memandang Alastar yang duduk di sofa, memandangi jendela dengan ekspresi kosong. Di sebelahnya, Kayana berdiri bersandar pada dinding, menatap mereka dengan wajah tanpa ekspresi.

Kayana tahu apa yang terjadi, tetapi memilih tidak banyak bicara. Ia tahu ini bukan urusannya, meskipun kehadirannya di apartemen Alastar membuat suasana menjadi lebih tegang.

“Apa lo di sini buat ngomongin Frasha lagi?” tanya Alastar tanpa menoleh. Nada suaranya rendah, namun jelas ada emosi yang tertahan di sana.

Alarick berdiri di tengah ruangan, menatap punggung Alastar. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya.

“Star, gue tahu lo marah. Gue tahu lo kecewa. Tapi lo harus dengerin gue,” kata Alarick, suaranya bergetar sedikit.

Alastar akhirnya berbalik, menatap Alarick dengan mata tajam. “Dengerin apa lagi, Rick? Lo mau bilang apa? Kalau hubungan lo sama Frasha itu cuma teman? Kalau semua yang gue lihat itu nggak nyata?”

“Gue nggak pernah bilang gue cuma teman sama Frasha,” balas Alarick dengan nada yang sama dinginnya. “Tapi lo juga nggak pernah tanya, Star. Lo nggak pernah peduli apa yang gue rasain. Lo cuma mikirin apa yang lo mau.”

Kata-kata itu membuat Alastar terdiam sejenak. Kayana mengalihkan pandangannya ke arah jendela, merasa tidak nyaman menjadi saksi konflik ini.

“Lo tahu gue suka Frasha,” ujar Alastar akhirnya, suaranya melemah. “Tapi lo nggak pernah ngomong kalau lo udah pacaran sama dia selama ini. Lo tahu betapa bodohnya gue kelihatan? Gue terus berharap sesuatu yang nggak pernah jadi milik gue.”

“Dan lo pikir gue nggak ngerasa bersalah?” balas Alarick. “Lo pikir gue nggak pernah pengen bilang? Tapi lo tahu apa yang bikin gue nggak pernah ngomong? Karena lo. Gue tahu betapa berharganya persahabatan kita, Star. Gue takut kehilangan itu kalau gue bilang yang sebenarnya.”

Keheningan melingkupi ruangan. Barram, Falleo, dan Faldo hanya bisa saling pandang, tidak tahu bagaimana cara menengahi situasi ini.

“Jadi lo memilih buat nyembunyiin semuanya? Buat pura-pura nggak ada apa-apa?” tanya Alastar, suaranya dipenuhi kekecewaan.

“Gue salah, Star,” jawab Alarick dengan jujur. “Gue tahu gue salah. Gue nggak pernah mau ini jadi kayak gini. Tapi lo juga salah. Lo nggak pernah nanya, nggak pernah mencoba ngerti. Lo cuma marah, dan gue ngerti kenapa. Tapi gue nggak bisa terus-terusan disalahin.”

Alastar mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosi yang hampir meledak. Ia tahu Alarick benar. Mereka berdua sama-sama salah, tetapi rasa sakit yang ia rasakan masih terlalu besar untuk diabaikan.

Kayana akhirnya angkat bicara, suaranya tenang namun tegas. “Kalian berdua salah. Tapi kalau kalian terus-terusan nyalahin satu sama lain, nggak ada yang bakal selesai. Star, lo harus terima kenyataan. Frasha bukan milik lo, dan Alarick nggak pernah ngambil dia dari lo. Dan lo, Rick, lo harus lebih jujur. Lo nggak bisa terus sembunyi di balik alasan takut kehilangan.”

Semua mata tertuju pada Kayana. Kata-katanya menohok, tetapi tidak ada yang bisa membantah.

“Gue cuma nggak mau lihat kalian saling menghancurkan,” tambahnya pelan. “Persahabatan itu lebih dari sekadar siapa yang benar dan siapa yang salah.”

Alarick menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. “Gue nggak mau kehilangan lo, Star. Gue tahu hubungan kita nggak akan sama lagi, tapi gue nggak mau kita terus begini. Gue cuma minta lo kasih gue kesempatan buat ngejelasin semuanya, buat nyelesain ini.”

Alastar menunduk, terdiam dalam pikirannya sendiri. Setelah beberapa saat, ia akhirnya mengangguk. “Oke. Tapi gue butuh waktu, Rick. Gue nggak bisa langsung nerima semuanya kayak nggak ada apa-apa.”

“Gue ngerti,” jawab Alarick.

Mereka berdua saling menatap, ada rasa sakit yang masih tersisa, tetapi juga ada harapan untuk memperbaiki hubungan mereka.

Barram, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Ayo, kita kasih waktu buat Star. Lo juga perlu waktu buat mikir, Rick.”

Mereka semua meninggalkan apartemen, menyisakan Alastar dan Kayana. Setelah pintu tertutup, Kayana duduk di sebelah Alastar, mencoba memberikan ketenangan.

“Lo tahu, kan, gue ada di sini buat lo?” kata Kayana pelan.

Alastar hanya mengangguk, meskipun rasa sakitnya belum sepenuhnya hilang. Ia tahu perjalanan untuk memperbaiki semuanya akan panjang, tetapi ia siap menghadapinya.

Di luar, Alarick menatap langit yang mulai gelap. Ia tahu bahwa semuanya tidak akan mudah, tetapi ia juga tahu bahwa ia harus menghadapi kenyataan ini, tidak peduli seberapa sulitnya.

1
lgtfav
👍
lgtfav
Up terus thor
lgtfav
Thor semangat👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!