NovelToon NovelToon
The Dark Prince

The Dark Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:795
Nilai: 5
Nama Author: PASTI SUKSES

Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.

Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.

Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MIMPI YANG MENGGUNCANG

Malam di Umbrahlis berlangsung tenang, tetapi Kael tidak bisa menemukan ketenangan di istirahatnya. Ia terbaring di tempat tidurnya yang besar, dikelilingi langit-langit tinggi Noctis Hall. Matanya tertutup, tetapi pikirannya tetap bergolak.

Di dalam tidurnya, Kael tiba-tiba menemukan dirinya berdiri di tengah dataran luas yang asing. Langit di atasnya berwarna merah darah, dan tanah di bawahnya retak-retak, seolah dunia itu sedang sekarat.

“Kael...” suara lembut memanggilnya.

Ia menoleh, matanya membelalak melihat sosok Arlina berdiri di kejauhan. Ia mengenakan gaun putih sederhana, tetapi ada luka di lengannya yang membuat darah menetes ke tanah.

“Arlina!” Kael berlari ke arahnya, tetapi setiap langkah yang ia ambil terasa seperti melawan arus angin kencang. Semakin ia mendekat, semakin jauh Arlina bergerak menjauh.

“Kael,” suara lain terdengar, lebih berat dan tegas. Kael menghentikan langkahnya dan menoleh ke sisi lain. Di sana, berdiri bayangan besar dengan mata merah menyala. Itu adalah wujud energi Umbrahlis, penjaga negeri kegelapan.

“Pilihanmu telah tiba,” kata bayangan itu dengan suara menggema.

“Apa maksudmu?” Kael bertanya tajam, mencoba menahan rasa takut yang mulai merayap di dadanya.

“Dunia ini tidak bisa memiliki keduanya,” jawab bayangan itu. “Kau harus memilih, melindungi Umbrahlis atau menyelamatkan gadis itu.”

Kael menoleh ke Arlina, yang kini tampak semakin lemah. Ia ingin berlari, tetapi bayangan besar itu menghalanginya.

“Kau adalah pelindung negeri ini, Kael,” kata bayangan itu lagi. “Umbrahlis ada di tanganmu. Jika kau memilihnya, kau akan menghancurkan semua yang telah kau bangun.”

“Tidak!” Kael membalas keras. “Aku bisa melindungi keduanya!”

“Keserakahan seperti itu adalah awal dari kehancuran,” jawab bayangan itu dingin. “Pilih sekarang, atau semuanya akan hilang.”

Kael merasa tubuhnya membeku. Ia memandang Arlina, yang kini menatapnya dengan mata penuh harap, dan bayangan besar itu yang memancarkan energi gelap yang kuat.

“Kael...” suara Arlina terdengar lemah. “Kumohon, jangan tinggalkan aku.”

---

Kael tersentak bangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah, keringat dingin membasahi dahinya. Ia memandang sekeliling, memastikan dirinya masih berada di kamarnya di Noctis Hall.

“Mimpi...” gumamnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Namun, mimpi itu terasa terlalu nyata untuk diabaikan.

---

Pagi harinya, Arlina sedang duduk di taman kecil dekat kamarnya, memandangi kolam kecil yang dipenuhi air berkilauan. Lyra, yang membawa nampan berisi sarapan, menghampirinya dengan senyum ramah.

“Arlina, kau terlihat gelisah,” kata Lyra sambil meletakkan nampan di meja kecil.

Arlina menghela napas. “Aku hanya merasa... seperti ada sesuatu yang akan terjadi.”

“Sesuatu yang buruk?” tanya Lyra, duduk di sampingnya.

Arlina mengangguk pelan. “Entahlah. Hanya firasat.”

Sebelum Lyra bisa menjawab, suara langkah berat mendekat. Mereka berdua menoleh dan melihat Kael berjalan mendekat, wajahnya terlihat tegang.

“Arlina, aku butuh bicara denganmu,” kata Kael tanpa basa-basi.

Arlina mengangguk, lalu berdiri dan mengikuti Kael ke sudut taman yang lebih sepi.

“Ada apa, Kael?” tanyanya setelah mereka cukup jauh dari pendengaran Lyra.

Kael menatapnya dengan mata gelapnya yang tajam, tetapi ada sesuatu yang berbeda kali ini. Ada keraguan yang jarang terlihat dalam sorot matanya.

“Aku... bermimpi tadi malam,” kata Kael akhirnya.

Arlina mengerutkan kening. “Mimpi? Tentang apa?”

Kael menjelaskan mimpi itu dengan singkat, tetapi cukup jelas untuk membuat Arlina terdiam.

“Jadi, kau harus memilih antara aku dan Umbrahlis?” Arlina bertanya dengan nada penuh emosi.

Kael mengangguk. “Itu hanya mimpi, tapi rasanya lebih dari sekadar itu. Mimpi itu seperti peringatan.”

Arlina tertawa kecil, meski suaranya terdengar getir. “Kau bahkan tidak perlu berpikir keras untuk memilih, kan? Tentu saja kau akan memilih negerimu.”

Kael terdiam, tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut Arlina.

“Aku tidak akan membiarkan itu terjadi,” katanya akhirnya, suaranya tegas.

Arlina menatapnya, bingung. “Apa maksudmu?”

“Aku tidak akan membiarkan mimpi itu menjadi kenyataan,” kata Kael. “Aku akan melindungi negeriku, dan aku juga akan melindungimu. Tidak peduli apa yang harus kulakukan.”

“Tapi bagaimana jika kau harus memilih?” desak Arlina.

Kael menatapnya tajam. “Aku tidak akan memilih, Arlina. Aku akan menemukan cara untuk melindungi keduanya.”

“Kael, itu mungkin tidak semudah yang kau pikirkan...” Arlina mencoba membantah, tetapi Kael mengangkat tangan untuk menghentikannya.

“Percayalah padaku, Arlina,” katanya dengan nada serius. “Aku tidak akan membiarkan apa pun menyakitimu.”

Arlina terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ada sesuatu dalam nada suara Kael yang membuatnya percaya, meski hatinya masih dipenuhi keraguan.

---

Malam itu, Kael berdiri di balkon kamarnya, memandangi langit gelap Umbrahlis. Bayangan mimpi itu masih menghantuinya, tetapi ia tahu satu hal: ia tidak akan membiarkan takdir memaksanya memilih.

“Arlina,” gumamnya pelan, “aku akan melindungimu, apapun yang terjadi.”

Di tempat lain di istana, Lady Seraphine berdiri di ruangannya, memandang sebuah bola kristal yang bersinar redup. Wajahnya tersenyum tipis.

“Mimpi itu adalah awal dari semuanya, Kael,” bisiknya. “Kau tidak akan bisa melawan takdir.”

Esok pagi, Kael berjalan menyusuri lorong istana dengan langkah cepat. Pikirannya terfokus pada percakapan kemarin dengan Arlina, dan mimpi yang terus menghantui tidurnya. Ia merasa semakin terperangkap dalam dilema yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Tiba-tiba, langkahnya terhenti ketika ia melihat Arlina di ujung lorong, sedang berbicara dengan Lyra. Senyum Arlina yang ceria membuat jantungnya berdebar, tetapi juga semakin memperparah perasaan bimbangnya. Ia tidak bisa membiarkan gadis itu terluka.

“Arlina,” panggil Kael, suaranya sedikit lebih tegas dari yang ia inginkan.

Arlina menoleh dan tersenyum. “Kael! Baru saja aku sedang berbicara dengan Lyra tentang...”

Kael tidak membiarkan Arlina menyelesaikan kalimatnya. Ia mendekat, wajahnya serius. “Arlina, aku harus berbicara denganmu lagi.”

Lyra yang berdiri di dekatnya, mengamati perubahan ekspresi Kael dan Arlina. “Aku akan pergi,” katanya sambil tersenyum tipis. “Kalian berdua sepertinya perlu waktu untuk bicara.”

Setelah Lyra pergi, Kael menatap Arlina dengan tatapan yang dalam. “Apa kau benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi, Arlina?”

Arlina sedikit terkejut mendengar nada suaranya yang lebih tegas. “Maksudmu?”

Kael menghela napas. “Aku tidak bisa terus-terusan hidup dalam keraguan, Arlina. Aku harus memilih antara negeriku dan... dan kau.”

Arlina menatapnya dengan raut wajah bingung, lalu pelan berkata, “Kenapa harus ada pilihan seperti itu, Kael? Kenapa kita tidak bisa melakukan keduanya?”

“Karena itu tidak mungkin!” jawab Kael dengan tegas. “Ini bukan tentang kehendakku. Ini tentang apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan semuanya.”

Arlina tersenyum miris. “Kael, jika aku harus memilih antara Umbrahlis dan diriku, aku akan memilih Umbrahlis. Kau lebih besar daripada diriku.”

Kael merasa hatinya terhimpit. “Kau tidak harus memilih. Aku... aku akan melindungimu, Arlina.”

“Dan aku akan melindungimu, Kael,” kata Arlina pelan, “meskipun aku tahu kau merasa terjebak.”

Kael menatapnya, merasa cemas. “Apa maksudmu?”

Arlina mendekat, menggenggam tangannya. “Aku tahu... aku tahu ada bagian dari dirimu yang takut akan kehilangan semuanya. Tapi jangan biarkan itu membuatmu merasa harus memilih. Kau tidak sendirian, Kael.”

Kael menatapnya lama, perasaan yang membingungkan mulai muncul dalam dirinya. “Kau terlalu baik untukku, Arlina.”

Arlina tersenyum lembut. “Tidak, Kael. Aku hanya mencoba untuk melihat semuanya dengan cara yang lebih sederhana. Kita harus berjuang bersama.”

Kael menghela napas, matanya memejam sejenak. “Aku hanya tidak ingin memilih, Arlina. Aku takut jika aku melakukannya, aku akan kehilangan lebih dari yang aku sanggup.”

“Kael,” suara Arlina lembut, “jangan biarkan takutmu mengendalikanmu. Pilihanku sudah jelas. Kau adalah pelindung Umbrahlis. Jangan biarkan itu merusak apa yang ada di antara kita.”

Kael menatapnya dalam-dalam, matanya penuh dengan perasaan yang belum sepenuhnya ia pahami. Ia tahu satu hal, mimpi itu mungkin hanyalah sebuah peringatan. Namun, apa yang lebih penting kini adalah bagaimana ia memilih untuk menghadapi masa depan—bersama Arlina, atau melindungi negerinya dengan cara yang harus ia pilih sendiri.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Jangan nggak baca, sayang banget
amoakakashisensei
Ngga nyangka, seru banget!
gadGoy13
Ngagetin deh! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!