Wife Of The Northern Duke

Di dalam ruang kerjanya Leoric tengah memijit keningnya yang terasa berdenyut. Semua baik-baik saja sampai ia tadi berbicara dengan sang istri. Setelah sekian lama baru ini Leoric dan Roxana saling berbicara, meski pada akhirnya tetaplah tidak berakhir dengan baik.

" Sebenarnya ada apa dengan wanita itu? Mengapa dia membicarakan tentang  kematian dengan begitu entengnya. Roxane, kamu sungguh membuatku tidak mengerti tentang dirimu."

Leoric seorang Grand Duke Utara yang terkenal dengan keberhasilannya dalam setiap penumpasan monster memang sangat terkenal. Sikapnya yang dingin dan misterius membuat para wanita malah tertarik padanya. Terlebih tampilan Leoric juga tampan dan menawan. Rambut putih seputih salju dan mata biru bak langit menjadi perpaduan yang sempurna.

Tapi semua wanita itu harus mengaku kalah dan patah hati ketika Kaisar menikahkan Leoric dengan Roxane. Lagi-lagi pernikahan politik itu dilakukan untuk tujuan politik juga agar situasi antara utara dan selatan harmonis.

Namun sayangnya calon istri yang diberikan kepada Leoric jauh dari standar seharusnya. Sebagai seorang Grand Duke setidaknya dia mendapatkan istri dari keturunan Duke atau Marques. Tapi Leoric malah diberikan istri dari seorang keturunan Baron yang bahkan tidak memiliki banyak kekuasaan dan kekayaan. Maka dari itu para wanita masih menaruh harapan terhadap Leoric untuk menjadi istri kedua, ketiga atu bahan kesekian.

Roxane Flandria adalah putri dari Baron Rodrig Flandria yang keluarganya runtuh akibat penggelapan opium dalam jumlah besar. Dimana dalam Kekaisaran Aterna, opium di larang dijual belikan secara bebas.  Meskipun sebenarnya belum jelas apakah memang Baron Rodrig Flandria benar-benar bersalah atau tidak, karena dalam persidangan dia tetap menolak keras bahwa dirinya bersalah.

" Paduka, apa ada masalah?"

" Tidak, bukan apa-apa. Hanya saja aku melihat banyak sekali perubahan Roxane yang terjadi hanya dalam satu malam. Oland, apa kau sudah lihat apa yang ia lakukan pagi ini?"

Oland, asisten pribadi sekaligus tangan kanan Leoric hanya menggeleng karena memang ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh Roxane. Bahkan pagi ini pun dia belum mengelilingi kastel karena banyaknya laporan dari beberapa wilayah yang harus ia periksa.

" Dia berlatih pedang."

" Apa? Maaf Paduka saya sudah tidak sopan. Tapi, bagaimana mungkin  Grand Duchess melakukan itu. Bukannya beliau tidak suka dengan udara dingin. Bahkan beliau pun jarang sekali keluar kamar karena dingin. Bukankah kita tahu bahwa beliau sangat membenci dukedome Albrus karena hanya ada salju yang membentang?"

" Maka itu lah ku bilang dia aneh."

Ternyata Oland sama bingungnya dengan Leoric. Dan tentunya dia masih belum percaya sepenuhnya dengan apa yang dikatakan oleh Leoric. Bukan tanpa alasan dia tidak percaya pada ucapan sang tuan, tapi memang baginya sungguh semua itu tidak masuk akal.

" Baiklah, tidak usah dipikirkan. Bagaimana perkembangan wilayah Orden, apakah sudah ada tanda-tanda kemunculan monster. Ini bukan Agustus bukan?"

" Orden masih aman Paduka, belum ada tanda-tanda monster akan muncul. Hanya saja warga Orden mengeluhkan musim dingin kali sungguh sangat rendah suhunya. Mereka kehabisan kayu bakar dan juga bahan makanan Paduka."

Leoric mengangguk kecil, wilayah Orden berada di paling ujung Dukedome Albrus, di sana memang bisa dikatakan wilayah paling dingin dibandingkan dengan seluruh Albrus. Tapi baru kali ini warga Orden mengeluh. Leoric pun merasa sedikit janggal akan hal tersebut.

" Baiklah, mari kita tinjau ke sana dan membawa bahan makanan. Untuk pakaian sepertinya tidak perlu bukan?"

Oland mengerti, ia pun langsung bergegas memerintah beberapa ksatria untuk mulai mempersiapkan apa yang akan dibawa.

Brak!!

Ketika hendak keluar, Oland terkejut karena pintu dibuka dengan keras dari luar. Keterkejutan Oland semakin menjadi ketika melihat Roxane mendatangi ruang kerja Leoric, dimana selama ini tidak pernah dilakukan.

Pun dengan Leoric, matanya membulat melihat Roxane yang mendatanginya dan duduk tepat di depannya.

" Ada yang ingin saya sampaikan Paduka," ucap Roxane dengan wajah yang serius.

" Ekhem, apa yang ingin kamu bicarakan Roxane," sahut  Leoric sambil mengibaskan tangannya meminta Oland untuk segera keluar. Wajah Oland langung lesu, padahal dia juga ingin mendengarkan apa yang Roxane katakan. Ini adalah interaksi yang jarang dilihat oleh Oland. Tapi agaknya Leoric tidak mengizinkan Oland untuk ikut tahu isi pembicaraan mereka.

" Saya ingin melakukan tugas sebagai seorang Grand Duchess. Beri saya wewenang untuk melakukan pekerjaan saya dan berikan saya otoritas penuh untuk itu," ucap Roxane mantap.

Leoric awalnya terkejut tapi saat melihat sorot mata Roxane, ia tahu bahwa wanita itu bersungguh-sungguh. Namun tentu saja Leoric tidak langsung menyetujuinya, ia harus melihat dulu kesungguhan dari sang istri tersebut.

" Apa kau yakin berkata seperti itu? Kau benar-benar ingin menjalankan tugas sebagai Grand Duchess? Berarti kau siap bertugas sebagai istriku juga, apakah kau tahu artinya itu?"

" Tentu saja Paduka, saya mengerti akan hal itu. Lagi pula saya ini kan memang istri paduka, sudah sewajarnya saya menjalankan tugas saya sebagai istri. Sebenarnya juga saat ini apa yang saya minta dan katakan juga bermaksud untuk hal tersebut. Saya sungguh minta maaf, selama ini saya telah lalai dalam menjalankan tugas sebagai istri dan ibu, maka dari itu mulai hari ini saya akan melakukan semuanya itu sebaik mungkin."

Doeeeeng

Leoric sungguh tercengang mendengar penuturan dari Roxane. istrinya itu sungguh tampil di depannya seperti menjadi sosok yang sangat berbeda. ketegasan, aura kepemimpinan dan juga sebuah wibawa yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Meskipun demikian, agaknya Leoric masih belum yakin sepenuhnya. Dan hal tersebut diketahui oleh Roxane. Ia tentu juga menyadari tidak akan mudah membuat orang percaya dengan perubahan sikapnya yang tiba-iba.

Dan, sebuah cara akan dilakukan Roxane saat ini. Beruntung sekali di kehidupan ke-5 nya ia pernah jadi seorang aktris teater sehingga ia bisa melakonkan perannya dengan baik.

Roxane bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Leoric. Tanpa ragu dia duduk di pangkuan Leoric, hal itu cukup membuat Leoric berdebar. Dan detik selanjutnya Roxane sudah mendaratkan bibirnya ke bibir Leoric. Kecupan itu berlanjut dengan sebuah ciuman yang dalam.

Gayung pun bersambut, Leoric menekan tengkuk Roxane agar ciuman mereka semakin terasa. Pertarungan lidah antar keduanya mampu membakar suhu tubuh sehingga terasa  panas du tengah udara dingin.

" Jadi, apakah ini pembuktianmu?" tanya Leoric sambil mengusap bibir Roxane dengan ibu jarinya.

" Jika Paduka beranggapan seperti itu maka anggaplah demikian."

Haaah

Leoric membuang nafasnya setelah itu dia menenggelamkan wajahnya di dada Roxane. Ada rasa yang membuncah dalam hati Leoric, dan kata yang mewakili itu adalah 'bahagia'. Ya, Leoric bahagia dengan apa yang Roxane lakukan terhadap dirinya.

" Apa kau tahu Roxane, aku menunggu. Aku sungguh menunggu kau dekat dengan ku seperti ini. Aku menunggu kau berinisiatif seperti ini. Meskipun pernikahan kita adalah hadiah dari kaisar, tapi aku sungguh-sungguh mencintaimu."

Degh!

TBC