Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04. Malam yang suram.
Kilau mentari semakin condong ke barat. Sebentar lagi matahari akan terbenam dan di gantikan malam. Anak belia milik keluarga besar Riyu yang seharusnya telah kembali beberapa jam yang lalu, nyatanya masih belum kembali hingga saat ini.
Raega—pemuda tampan,dengan rambut blonde itu tengah menghela napas panjang. Sedari tadi mencari cara agar terlepas dari ikatan kuat pada tiang bangunan itu, tetap saja masih gagal.
Peridotnya bergerak liar mencari celah agar segera terlepas. Namun, tidak ada yang dapat di jangkau sama sekali, tangannya yang diikat kebelakang sungguh terasa menyiksa,jika menggunakan kepandaiannya saat berhadapan dengan pemuda-pemuda angkuh itu tentu saja Raega mampu, namun pemuda tampan itu tidak ingin memperlihatkan kepandaiannya terlalu dini.
Puas bermain-main dengan tubuh polos Raega yang tanpa busana,kini para pemuda angkuh telah kembali ke kediaman mereka masing-masing, setelah mereka menyiksa tubuh Raega hingga babak belur.
"Tuan muda!" Heward, berlari tergopoh-gopoh saat melihat tuan mudanya yang sudah terkulai tak berdaya.
Dengan penuh rasa kekhawatiran, Heward—pengawal pribadi, Raega, membuka tali pengikat yang sudah meninggalkan jejak pada tubuh mulus belia tersebut.
"Tuan muda,apa yang terjadi? Kenapa Tuan muda bisa sampai seperti ini?" Rasa panik bercampur rasa bersalah,Heward, layangkan kepada Tuannya.
"Heward? Jangan banyak bicara! Tolong Carikan aku pakaian." Datar Raega karena merasa sangat malu, apalagi Heward datang bukan langsung menutupi tubuhnya.
Heward, yang di panggil langsung mendongakkan kepalanya, Dia sampai melupakan sesuatu yang sangat penting karena terlalu panik.
"Ba—baik,Tuan muda Raega. Tunggu sebentar,saya akan kembali dalam waktu lima menit." Gegas Heward berlari ke arah dimana Dia masuk sebelum sampai di tempat Raega diikat.
•••
Angin berhembus lembut menerpa wajah Raeba yang begitu tenang. Meskipun gadis itu memiliki tanda lahir di pipinya, tetap saja ada kecantikan luar biasa yang terpancar melalui wajah indah itu.
Setelah mengetahui bahwa sang adik mendapat perundungan di sekolahnya,ia, menjadi geram dengan pemuda yang sudah menganiaya adiknya . Meskipun ia ingin sekali untuk memberikan pelajaran kepada pemuda itu,tapi karena ia juga memiliki sebuah pekerjaan penting yang harus di selesaikan malam ini jadi ia tidak akan membahas masalah sang adik terlebih dahulu. Dan mengurungkan niatnya untuk membalas anak-anak angkuh seperti teman,Raega.
Saat Raeba sampai di dalam kamarnya setelah kembali dari acara pesta teh,ia mendapatkan kiriman surat dari seseorang yang berada di desa,Kowa. Mereka meminta bantuan kepada Raeba atas sebuah masalah yang menimpa desa,Kowa.
"Aya?"
"Ada apa,Nona Raeba? Apakah Anda ingin sesuatu?" Aya, yang sedang duduk di sofa sambil menatap junjungannya dari tempatnya duduk, langsung berdiri dan menghampirinya.
"Temani aku malam ini ke suatu tempat, jangan lupa bawa obat-obatan yang banyak!" Pintanya dengan suara santai. Tanpa mengalihkan pandangannya pada luar jendela yang hanya berselimut kegelapan malam.
"Baik,Nona. Tunggu sebentar saya akan menyiapkan semuanya." Aya, segera berbalik dan pergi ke ruangan tabib. Kebetulan obat-obatan yang berada di ruangan kamar Raeba sudah tinggal beberapa botol,dan itu mungkin tidak akan cukup jika digunakan dalam jumlah banyak.
Raeba,berjalan mendekati ranjangnya, duduk, lalu mengetuk-ngetukkan jemari di dagu. "Apa aku bisa menyelesaikan tugas kali ini dalam waktu semalam?" ragunya.
Menghela napas panjang kemudian membuangnya secara perlahan, memikirkan masalah yang belum tentu berhasil di tuntaskan dalam waktu semalam, membuat tenggorokan gadis tompel kita menjadi kering,ia,butuh air putih untuk membasahi tenggorokannya.
Peridotnya menatap segelas air di atas meja, tersenyum tipis lalu mengambilnya untuk segera di minum. Selesai minum Raeba berjalan mendekati lemari khusus tempat obat-obatan.
Mengambil sebotol obat berwarna merah pekat, memainkannya dengan hati-hati. Tidak tau apa yang akan di lakukan, Raeba segera membawa botol obat itu untuk di letakkan di atas kasur.
Tidak lama kemudian,Aya,masuk ke dalam kamar dengan membawa satu tas penuh, obat-obatan yang di minta,Raeba.
"Aya? Kau sudah kembali?" Raeba, mengalihkan perhatiannya dari sebotol obat ke arah Aya yang masuk dengan menenteng tas rajut berwarna putih.
"Sudah, Nona Raeba. Saya juga membawa stok obat buat di simpan di lemari." Sahut Aya tersenyum manis, kemudian berjalan melewati Raeba menuju tempat lemari yang berada di sebelah kiri ranjang.
"Apakah di luar sana aman,Aya? Ibuku tidak melihat keberadaanmu,kan?" Tanya Raeba dengan penuh kewaspadaan.
"Tidak, Nona Raeba. Grand Duchess Gilia, tengah berada di dalam kamarnya bersama Grand Duke Riyu. Vena, yang kebetulan melewati lorong dapur menuju kamar Nona Ruyika, melihat Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia masuk ke dalam kamar mereka." Jawab,Aya.
"Kamu bertemu dengan,Vena?" Tanya Raeba penasaran.
"Iya, Nona."
Raeba, menghela napas, bersyukur. Akhirnya ia bisa keluar dari kediaman dengan damai. Tidak ada hambatan jika Grand Duchess Gilia sudah masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan di dalam kamar bernuansa putih dengan ornamen buku-buku lama dan buku baru. Seorang gadis cantik bermata hijau kebiruan dengan pupilnya berwarna hitam kehijauan,tengah duduk di kursi sambil membaca buku baru, yang di belikan,Ibunya, minggu lalu. Hari ini gadis cantik itu baru sempat untuk membacanya.
"Nona Ruyika? Saya membawakan Anda susu kedelai hangat,dengan kue kering kesukaan Anda, Nona. Berhentilah sejenak,mari mengisi perut dengan segelas susu hangat." Ucap Vena, mengajak junjungannya untuk beristirahat sebentar. Karena sudah dua jam lamanya gadis berambut panjang bergelombang itu duduk tegak di atas kursi beralasan meja untuk menopang tangannya, itu.
"Iya. Vena? Apa kau melihat,Raeba?" Tanyanya menatap Vena, karena penasaran dimana keberadaan adiknya sekarang.
Vena,berjalan mendekati meja belajar, Ruyika. Merapikan kembali buku yang barusan di baca nonanya,dan mengembalikannya ke rak buku.
"Tidak, Nona. Nona Raeba sedang berada di dalam kamarnya. Tadi saya bertemu dengan Aya yang mau mengambil stok obat di ruang tabib. Namum, saya tidak melihat keberadaan Nona Raeba." Tutur Vena menjelaskan.
Ruyika, mengangguk-angguk. Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka berdua. Vena, yang sibuk dengan pakaian yang telah selesai di lipat. Sedangkan Ruyika, sibuk dengan makanannya.
•••
Jalanan tanah setapak yang di apit banyaknya pepohonan rimbun dan semak tinggi di sepanjang perjalanan menuju ke desa Kowa.
"Nona Raeba? Anda yakin kita melewati jalan yang benar?" Seru Aya bertanya saat Raeba menghentikan kudanya di pertengahan jalan.
Mereka duduk di atas kuda masing-masing, berselimutkan dingin di gelap malam yang mencekam,dan beratapkan langit suram yang tidak berbintang.
"Iya,ini jalannya. Sesuai peta yang aku terima dari,Holas madion." sahut Raeba yang tengah memeriksa kembali peta yang ia terima dari Holas madion,temannya yang tinggal di desa Kowa.
"Baiklah,saya akan mengikuti kemana Nona Raeba melangkah,ini jalanannya cukup mengerikan." Ujar Aya bergidik sendiri. Meskipun gadis itu juga memiliki kepandaian dalam berpedang,memanah,berkuda,dan banyak lainnya. Tetapi melihat sekitar mereka yang sangat suram membuat bulu kuduk gadis itu berdiri tegak.
"Jangan mulai lagi,Aya! Kita manusia jauh lebih kuat dari pada makhluk yang kau takutkan." Geram Raeba yang mengerti maksud dari pelayan setianya.
Aya, terkikik. "Saya, hanya menghangatkan suasana malam yang dingin ini, Nona Raeba." Balas Aya bercanda.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, setelah Raeba menemukan letak titik besar/benar dimana mereka berada sekarang.
Sekelebat angin berhembus dengan diikuti sosok bayangan hitam yang sekilas melintas di depan Raeba dan Aya. Sontak kuda yang mereka tunggangi memekik dan berhenti mendadak, hingga membuat ke dua gadis itu memegang kuat tali kekang kuda.