NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Buang

Aku Yang Kau Buang

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Patahhati / Balas Dendam / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:16.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: aisy hilyah

Seira, 25 tahun, istri dari seorang saudagar beras harus menerima kenyataan pahit. Dikhianati suami disaat ia membawa kabar baik tentang kehamilannya. Zafran, sang suami berselingkuh dengan temannya yang ia beri pekerjaan sebagai sekretaris di gudang beras milik mereka.

Bagaimana Seira mampu menghadapi semua ujian itu? Akankah dia bertahan, ataukah memilih pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hendra dan Hubungannya

"Zafran, bisa nggak kita ketemu? Aku mau ngomong sama kamu."

Sebuah panggilan dari teman lama yang bahkan sudah ia lupakan keberadaannya. Hendra menghubungi Zafran sesaat setelah laki-laki itu membereskan semua barang di ruangan dan bersiap pulang.

"Penting nggak? Kalo nggak penting, maaf. Aku ada janji sama istriku mau ngajak dia jalan sore ini," jawab Zafran tanpa bertanya soal kabar ataupun dirinya yang menghilang beberapa bulan ini.

"Aku pikir ini penting, tapi nggak tahu buat kamu penting apa nggak. Ini soal Sei, Zaf-"

"Maaf, Hen. Kalo yang mau kamu omongin soal Seira, aku nggak bisa. Aku udah bahagia sekarang sama Lita, sebentar lagi anak kami lahir dan aku nggak mau pembahasan soal Sei akan berdampak buruk nantinya. Maaf, ya," jawab Zafran lagi sambil mengunci ruangannya.

Ia berjalan tergesa keluar gudang dengan ponsel yang masih menempel di telinga.

"Yah, kalo itu emang nggak penting buat kamu, ya udah. Aku harap kamu nggak akan nyesel nantinya."

Sambungan terputus, langkah Zafran terhenti. Dilihatnya layar benda pipih itu dengan hati bimbang. Kalimat terakhir Hendra membuat hati Zafran diliputi banyak pertanyaan. Akan tetapi, ia mencoba untuk tidak peduli. Itu hanya tentang Seira, tak ada yang spesial untuk diperbincangkan jika tentang wanita itu.

Bahu Zafran terangkat tak acuh seraya melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti.

"Jago, aku pulang duluan, ya. Titip gudang kayak biasa. Kalo udah waktunya tutup, kalian pulang aja nggak apa-apa," ucap Zafran sambil menepuk bahu Jago.

Ia mengangkat tangan tanda salam perpisahan pada semua pekerjanya. Melenggang keluar masuk ke dalam mobil. Sekilas saja, lupa pada Hendra yang ingin membahas tentang Seira. Zafran benar-benar melupakan mantan istrinya itu.

Sementara di ruangannya, Hendra menjatuhkan punggung pada sandaran kursi, menghela napas panjang. Matanya menatap langit-langit ruangan yang didominasi warna putih. Jarinya memainkan pena yang diapit di antara telunjuk dan jari tengah.

"Zafran bodoh, mau aja dibodohin sama perempuan itu."

Ia kembali beranjak, duduk tegak dengan pandangan yang jatuh pada satu arah. Sebuah figura yang selama ini disimpannya, dan tak berani ia tunjukkan pada siapa pun. Namun, kini semuanya telah berubah, gambar itu terkadang ia pasang di atas meja.

Seorang gadis dengan senyum manis dan bulu mata lentik, sedang duduk di atas batu pinggir danau. Potret yang diambilnya tanpa meminta izin si pemilik.

Tangannya perlahan menggapai benda tersebut, mendekatkannya pada wajah sambil kembali bersandar. Disapunya dengan lembut gambar sang gadis pujaan. Tatapan penuh kerinduan memancar jelas di kedua maniknya.

"Di mana kamu, Sei? Udah tiga bulan ini aku cari-cari kamu sampai ke luar kota, tapi nggak ketemu juga. Aku hampir putus asa, tapi belum menyerah," gumamnya sambil terus memandang wajah cantik yang amat dirindukan itu.

Hendra mendekap gambar tersebut di dada, membayangkan tak hanya gambarnya saja, tapi juga sosoknya yang telah lama dia cintai. Kedua matanya terpejam erat, bibir seksinya membentuk senyuman, larut dalam alam hayalan bersama dia yang menghilang.

Tok-tok-tok!

Ketukan pada pintu membuyarkan angannya, Hendra membuka mata tanpa beranjak. Ia pikir Zafran yang datang, tersenyum mencibir untuk menyambut kedatangannya.

"Masuk!" Laki-laki bergelar dokter itu memerintah seraya memasukkan gambar Seira ke dalam laci mejanya.

Pintu berderit pelan, Hendra tak sabar menunggu. Detik berikutnya ia mengernyitkan dahi, senyum di bibir raib manakala seorang gadis melangkah masuk ke ruangan.

"Kamu ... aku kira siapa?" Hendra mendengus, menyibukkan dirinya dengan membuka-buka map yang tak perlu sebenarnya.

Gadis itu tersenyum, ada lesung pipi ke dua sisi wajahnya. Manis terlihat, matanya yang sipit sedikit menutup dikala kedua sudut bibir terangkat tinggi.

"Mas, lagi sibuk? Maaf kalo aku ganggu, tapi Ibu yang nyuruh aku ke sini. Katanya, Mas pasti bisa antar aku," ucap gadis itu masih berdiri di depan meja kerja Hendra.

Laki-laki itu tak acuh, terus membolak-balik lembar dokumen agar terlihat sibuk.

"Aku lagi sibuk. Lain kali aja, ya. Nggak apa-apa, 'kan?" ucapnya acuh tak acuh.

Jangankan tersenyum, melirik saja tidak. Sudah tiga bulan ini sikapnya amat dingin terhadap gadis itu. Ia mengeratkan pegangan pada tali tas sembari menggigit bibir kuat-kuat. Hatinya bergejolak, tak tahu apa sebab Hendra berubah.

"Kenapa masih di situ? Aku bilang lagi sibuk. Nggak bisa antar kamu, minta aja teman kamu sana buat antar. Lain waktu aja aku antar," ketus Hendra sungguh menyakiti gadis berhati lembut itu.

"Mas, kenapa, sih? Mas lagi ada masalah, ya? Akhir-akhir ini Mas sedikit berubah. Dingin sama aku, terkadang kalo ngomong suka ketus kayak tadi. Apa aku ada salah? Kita udah mau nikah, Mas. Bentar lagi, jangan sampe karena masalah yang nggak aku tahu semua rencana kita gagal. Kalo aku punya salah, aku minta maaf, tapi jangan kayak gini. Jelasin sama aku biar aku bisa introspeksi diri," ungkap gadis tersebut sambil mendaratkan bokong di kursi.

Ia menatap sendu laki-laki yang menjadi calon suaminya itu. Enam bulan lalu mereka bertunangan dan dalam waktu tiga bulan ke depan, mereka akan menikah. Akan tetapi, sikap Hendra berubah sejak tiga bulan terakhir ini. Tepatnya, disaat Seira menghilang.

Hendra menghembuskan napas sedikit kasar, meletakkan dokumen di tangan ke atas meja sambil menghentaknya sedikit. Peringatan bahwa dia tak ingin berlama-lama dengannya.

"Udahlah, Nis, kamu nggak usah berpikir yang macem-macem. Aku lagi ada masalah, dan kamu nggak ada salah. Kasih aku waktu buat nyelesein masalah aku. Nanti kalo udah kelar, semua waktu aku cuma buat kamu. Kamu bisa, 'kan?"

Gadis itu tertunduk mendengar permintaan Hendra yang bertolak-belakang dengan keinginan hatinya. Digigitnya lagi bibir kuat-kuat, menahan semua rasa yang bergejolak.

"Tapi sampai kapan?" lirihnya nyaris tak terdengar.

Hendra mendengus, menjatuhkan punggung pada sandaran kursi dengan lelah. Bukan gadis itu yang membuatnya lelah, tapi keberadaan Seira yang belum diketahui itulah yang menyebabkannya menjauh dari semua orang.

Sampai aku ketemu sama Sei. Mungkin setelah itu aku baru bisa kasih keputusan. Maafin aku, Nis. Aku emang egois, tapi aku nggak bisa tenang sebelum mastiin dia baik-baik aja.

Hendra bergumam dalam hati sambil menatap sang calon istri dengan tatapan menyesal. Gadis itu terus tertunduk, tubuhnya bergetar menahan tangis yang siap tumpah.

"Aku nggak bisa mastiin, tapi aku berdoa sebelum kita nikah mudah-mudahan semuanya selesai. Maafin aku, Nisa. Kalo kamu nggak bisa sabar, kamu boleh batalin semuanya. Aku nggak apa-apa," ungkap Hendra dengan nada pasrah.

Gadis bernama Nisa itu mendongak seketika, kepalanya menggeleng lemah, air berjatuhan seperti berlomba menghujani kedua belah pipinya. Ucapan Hendra memorak-porandakan hati. Rasanya seperti ditikam ribuan sembilu yang tajam.

"Nggak, Mas. Ya udah, aku nggak akan ganggu kamu, tapi kamu harus janji nggak akan batalin pernikahan kita. Aku akan tunggu sampai masalah kamu selesai. Aku mohon jangan batalin semuanya," ucapnya dibarengi isak tangis yang menguar secara lirih.

Hendra tak tega hati melihatnya menangis, ia beranjak dan menghampiri. Mendekapnya dengan lembut. Nisa adalah gadis baik-baik, pertemuan mereka yang tak terduga merupakan takdir baik yang mengantarkan mereka menuju sebuah ikatan janji suci pernikahan.

Nisa memeluk Hendra, membenamkan wajah pada perut rata laki-laki itu. Sapuan lembut yang ia rasakan, selalu membuat rindu menggebu.

"Maafin Mas. Mas harap kamu bisa ngerti."

Nisa mengangguk tanpa mengangkat wajahnya. Ia menolak dilepaskan, dan terus memeluk Hendra sampai akhirnya laki-laki itu bersedia juga mengantarnya pergi.

Hargai mereka yang menyayangi dengan tulus, sebelum akhirnya benar-benar pergi dan menghilang tanpa jejak.

1
Ratna Dewi
Luar biasa
May Keisya
mestinya udah pada lapang hatinya...udah bertahun2 yakin klo setiap perbuatan ada balesannya,pasrahkan semuanya sama Allah.
AYU TIME KARTIKA
akhirnya♥️♥️♥️
May Keisya
asa gmn ya ky angkuh gitu si sei...jgn gitu sei dia tetep bapaknya,klo ga ada dia Rayan jg ga ada... berprasangka baiklah, setiap mnsia punya salah...trauma mu terll lm,biasanya yg Deket dgn Allah sakitnya hnya sethn dua thn setelah itu Allah hdrkan kelapangan ht dan ketenangan ht,dan hdp lebih kuat dlm menghadapi hdp...semua ujian ada hikmahnya
Khusnul Khotimah
Luar biasa
AYU TIME KARTIKA
Lita jelas shock dung😀
AYU TIME KARTIKA
hukum tabur tuai 😀
AYU TIME KARTIKA
hayo pertandingan......
AYU TIME KARTIKA
semua merindukan masakanmu sei
Betty Susilorini
Luar biasa
AYU TIME KARTIKA
mang rasa tak pernah bohong ya fan .... 🤣🤣🤣
AYU TIME KARTIKA
sat set yuk😅😅😅
AYU TIME KARTIKA
rasain kamu Lita......😁😁😁
AYU TIME KARTIKA
pacarnya mungkin yg nelpon😁😁😅
aksari
Lumayan
AYU TIME KARTIKA
takut seperti dia mungkin....jadi pelakor🤭🤭🤭🤭
AYU TIME KARTIKA
takut seperti dia mungkin....jadi pelakor🤭🤭🤭🤭
AYU TIME KARTIKA
ooooooo gitu ya ceritanya....taruhan
AYU TIME KARTIKA
tuhhh kaaannn jadi keingetan sm sie terussds
AYU TIME KARTIKA
dulu kedatangan wanita bisa hamil saja bangga buuuu....sekarang..😁😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!