Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
"Sean sudah pergi, mansion juga sepi tidak seperti biasa." Batin Amara semakin penasaran. "Ada apa sebenarnya ini?"
Kebetulan sekali Pak Pet lewat di lorong menuju taman belakang.
"Pak Pet....!" Panggil Amara.
"Iya, ada apa nona?"
"Aduh, pak Pet. Sudah berapa kali aku bilang panggil nama ku saja!"
"Katakan ada apa?" Tanya pak Pet tak menghiraukan.
"Kenapa mansion sepi? Kemana perginya semua anak buah Sean?" Tanya Amara.
"Tuan pergi perjalanan bisnis selama tiga hari, selama itu lah biasanya semua anak buah akan di liburkan. Mereka di beri kebebasan untuk pulang dan berkumpul dengan keluarga masing-masing." Jelas Pak Pet.
"Lalu, kenapa Pak Pet tidak pergi?"
"Saya akan pergi setelah tuan dan anak buah yang lain kembali pulang." Jawab Pak Pet.
"Oh,...terimakasih penjelasannya pak."
Pak Pet hanya mengangguk, pria berusia empat puluh delapan tahun ini seorang duda tanpa anak.
"Aku harus pergi ke danau itu," batin Amara. "Sean selalu melarang ku untuk pergi, tentu saja aku penasaran!"
Amara mengikuti pak Pet, memastikan pak tua ini tidak melihat kepergian dirinya. Mansion yang sepi bahkan hanya ada pak Pet dan lima orang pelayan saja membuat Amara dengan leluasa keluar dari gerbang.
Menyusuri pinggiran pagar yang menjulang tinggi, Amara yakin jika rasa penasaran akan segera hilang setelah ia sampai ke danau.
Cukup jauh berjalan kaki, hutan pinus yang terawat membuat Amara tidak kesulitan untuk menemukan pijakan kaki.
Kurang lebih satu jam berjalan kaki, akhirnya Amara sampai melihat danau tersebut secara langsung. Danau yang indah, di pinggir danau di kelilingi tanah kosong.
"Wah, bagus sekali tempat ini. Kenapa Sean melarang ku ke tempat ini?"
Amara merasa takjub dengan keindahan danau tersebut apa lagi airnya berwarna hijau pekat.
"Tempat ini sangat terawat, apa anak buah suamiku yang merawatnya?" Amara bertambah penasaran.
Amara bersandar di pohon pinus yang cukup besar untuk sekedar menghilangkan rasa lelahnya. Tiba-tiba saja, Amara langsung bersembunyi di balik pohon tersebut saat melihat dua orang pria datang ke danau dengan menggunakan sepeda motor.
"Apa yang mereka lakukan?" Batin Amara mulai berdebar kencang.
Amara mulai mengintip, perempuan ini terbelalak saat dua orang tersebut mengeluarkan tubuh manusia dari dalam bungkusan berwarna hitam lalu di lemparnya ke dalam danau.
Terlihat dengan jelas buaya bermunculan, Amara semakin ketakutan melihat hal tersebut. Setelah membuang jasad manusia, kedua pria tersebut pergi dari sana.
"Astaga, jadi benar jika danau itu ada buayanya." Ucap Amara. "Mayat siapa yang di buang tadi?"
Rasa penasaran mengalahkan rasa takut, Amara perlahan-lahan melangkah menyusuri hutan pinus mengarah ke jalan yang di lalui kedua pria tadi.
Bekas ban motor menjadi petunjuk Arah, Amara terus berjalan mengikuti jejak motor tersebut.
"Gila, tempat apa ini?" Batin Amara saat ia menemukan sebuah bangunan besar terawat tapi, tempat itu sangat sepi.
Amara bisa melihat dengan jelas ada dua orang yang menjaga di pintu.
Aaaaarh.........
Jerit suara terdengar samar-samar di telinga Amara. Beberapa kali Amara mendengar suara tersebut. Hatinya bergetar menahan ketakutan tapi, rasa penasaran membuat ia ingin mengetahui apa yang ada di dalam sana.
"Astaga, tempat apa ini?" Batin Amara dengan dada yang terus berdebar.
Amara melirik jam tangannya, sudah empat jam ia pergi meninggalkan mansion sejak pagi dan sebentar lagi masuk makan siang. Amara bergegas pulang, ia yakin jika dua jam lagi pak Pet akan mencarinya untuk makan siang.
Untung saja tidak ada yang melihat Amara jadi, ia bisa dengan bebas keluar masuk ke dalam hutan pinus.
Satu jam setengah berjalan kaki akhirnya Amara sampai juga di mansion. Dengan hati-hati ia masuk ke dalam mansion untuk menghindari pak Pet dan beberapa pelayan yang tidak ikut libur.
Amara bergegas mandi, otaknya semakin di penuhi rasa penasaran. Selesai mandi Amara duduk di depan meja rias sambil memikirkan mayat siapa yang sudah di buang tadi.
"Ternyata selain mansion, ada bangunan lain. Tempat apa itu sebenarnya? Kenapa dua orang tadi membuang mayat manusia ke dalam danau. Tempat seperti apa semua ini?"
Amara menggigit kuku-kuku jarinya, otaknya berkelana dengan rasa penasaran yang semakin memuncak di dada.
Tok...
Tok....
"Nona, makan siang sudah siap!" Ujar pak Pet.
"Iya pak,...!" Jawab Amara kemudian keluar.
Amara berjalan di belakang pak Pet, ingin bertanya tapi, Amara takut.
Sangat sepi, Amara makan siang seorang diri. Selesai makan ia kembali ke kamar untuk menimbang diri apakah ia akan kembali ke bangunan yang ia lihat tadi.
"Aku harus pergi, aku masih penasaran tempat apa itu. Jika aku tertangkap, terserah. Bilang aja aku tersesat." Ucap sesingkat itu.
Mayat yang ia lihat, meskipun tidak terlalu jelas tapi, Amara masih mengingatnya sampai ia terlelap tidur karena rasa lelah.
Di tempat lain, ketua geng teratai hitam sedang melampiaskan kekesalannya pada dengan cara menembak tikus-tikus yang sengaja di biarkan berkeliaran di dalam ruangannya.
Dor.....
Dor.....
Dor.....
Terdengar beberapa kali suara tembakan, anak buahnya hanya bisa tertunduk ketakutan mana tau jadi sasaran dari tuan mereka.
"Menjadi mata-mata pun kalian semua tidak becus," ucapnya dengan nada tinggi. "Sekarang, aku yakin jika Sean sudah membunuh teman kalian itu."
"Maafkan kami tuan, kami terpaksa masuk ke dalam kawasan milik black devil untuk mencari informasi."
"Bulan ini kita sudah rugi besar, tidak bisakah kalian bekerja dengan sangat rapi?" Sentaknya dengan rahang mengeras.
Tak ada yang berani menjawab, Raul kembali menembaki tikus-tikus yang berkeliaran di bawah kaki anak buahnya.
"Sejak dulu kita selalu kalah dengan mereka. Kapan kalian bisa membuat ku bangga hah?"
Raul benar-benar emosi, entah sudah berapa orang pria ini kehilangan anak buahnya di tangan Sean. Jika mengirim lima, biasanya akan pulang hanya dua dan itu sudah sering terjadi.
Di sisi lain, saat ini Amara tengah melakukan penggilan video dengan suaminya. Sean terlihat berada di tempat seperti ruangan kerja. Pria ini terus menggoda Amara dengan kata-kata rindu.
Hampir dua puluh menit mereka saling bercengkarama, Sean menutup telpon mereka karena pria ini hanya ingin memastikan keadaan istrinya.
"Entah kenapa aku merasa jika Sean seperti menyembunyikan sesuatu dari ku. Meskipun dia mengatakan jika dia mencintai aku tapi, aku masih ragu."
Amara terus berpikir sampai kepala pusing. Perempuan ini sudah yakin jika ia akan kembali ke bangunan tersebut.
Rasanya tak sabar menunggu besok, sekarang Amara hanya bisa memandangi danau tersebut dari kejauhan.
"Jika di lihat, seperti kalau ada yang manusia di danau itu tidak akan terlihat." Ucap Amara bingung.
Mafia somplak! 🤣🤣🤪🤪😅😅
baga bgt deh menurut aku
baca chat story aku judul nya takdir cinta emma sampai episode 3 aja sampai selesai
oke semngat kak