Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 : KESEMPURNAAN AKTING
Kini Gandhi dan Siti sudah berada di rumah kontrakan yang spesial mereka sewa untuk menjalankan peran sebagai suami istri. Kartu Keluarga mereka berduapun sudah Harso pastikan terdaftar di alamat tersebut, tentu dengan perubahan status keduanya dalam KTP sesuai dengan buku nikah mereka berdua. Itulah yang menjadi dasar Harso tenang meninggalkan Siti anak semaya wayang mereka saat ia berpindah tugas. Perasaan aman, tenang dan lega bagi setiap orang tua yang telah menikahkan anaknya.
"Sit, lu beneran gak bisa masak?" tanya Gandhi pagi-pagi sekali, ia tampak sudah berpakaian rapi. Mungkin akan pergi mencari nafkah.
"Iya."
"Mau belajar gak?"
"Gak." jawab Siti yang masih bermalas-malasan di atasn tempat tidurnya.
"Gimana kalo aku yang masak tapi kamu yang cuci baju dan bersih rumah." Gandi sangat kooperatif ya dalam rumah tangga pura-pura ini.
"Gua istri yak, bukan babu." Jawab Siti cuek.
Gandhi masuk kamar Siti lalu melorotkan celananya, sambil naik atas ranjang Siti mendekati perempuan yang tetiba duduk dengan tatapan takut pada Gandhi.
"Heh, lu mau ngapain?" Siti duduk dan mundur ketepian tempat tidurnya.
"Kalo lu memang istri, layani suami dong." Gandhi juga melapas baju yang ia pakai. Kini dada bidangnya sudah ia buat makin mendekat dengan Siti.
"Eh, Gan lu mau ngapain?" Siti mendorong dada Gandhi.
"Kita boleh nikah pura-pura. Tapi administrasi kita asli, gua mau minta jatah sebagai suami, gak dosa kok." Ujar Gandi kembali mendekati Siti.
"Sekali pura-pura ya pura-pura, Ih cabul banget sih. Pake tuh baju lu." Siti berlari dari atas tempat tidur.
"Kalo gak bisa kasih jatah batin, paling gak lu kasih jatah lahir. Masak kek, bebersih rumah kek." Ujar Gandhi memasang najunya kembali.
"Heh. Di sini gue yang bayar loe. Kalo bukan donatur gak usah ngatur, Paham!" Seru Siti nyolot. Gandhi hanya mencebikkan mulutnya.
"Jangan pernah sekali-kali lu deketin gua kayak tadi lagi. Jijik gua. Gua udah bayar loe, pake tu duit untuk menuhin kebutuhan lahir dan batin loe. Gak ada itu masak masak dan bersih rumah. Gua ada di rumah ini hanya agar terlihat kita seperti rumah tangga. Jangan ganggu gue." Ujar Siti tegas.
"Oke." Jawab Gandhi tidak mau beradu argumen lagi dengan Siti. Kemudian dia pergi dengan kendaraan bututnya.
Siti segera membuka laptopnya. Sudah waktunya ia fokus dengan bebrapa artikel yang ia harap bisa membantunya segera menyelesaiakan skripsinya. Semua bahan penelitian sudah cukup ia kumpulkan dianatar sibuk dan rasa malasnya. Bagi Siti sekarang ia segera menyelesaikan tugas akhir itu, Sehingga mendapat kepastian dari Arka untuk segera menikahinya dan bercerai dengan Gandhi.
Pagi datang, Siti baru sadar kalau Gandhi tidak pulang sejak kemarin. Hatinya sedikit senang setidaknya tidak akan ada orang yang mengganggunya seperti kemarin. Walaupun ia merasa agak sepi dan asing berada di rumah baru tersebut.
Tidak tanggung-tanggung ternyata Gandhi sudah tiga hari tidak pulang kerumah kintrakan mereka. Sebenarnya Siti tidak takut, hanya ia kadang harus sering berbohong pada kedua orang tuanya yang kadang meninta VC dengannya yang selalu mencari keberadaan Gandhi. Hal itu yang membuat Siti akhirnya mengirim chat pada suami pura-puranya tersebut.
"Loe di mana Gan?"
"Kenapa kangen loe sama gue?" balas Gandhi cepat.
"Mertua Loe tuh cari lue terus, Bete gue." Balas Siti lagi. Tetapi chat Siti hanya di read tanpa balasan oleh Gandhi.
Siti tertegun sendiri melihat tumpukan pakaiannya sendiri yang sudah sejak tiga hari ia biarkan saja dalam kamar mandi. Jangan tanya betapa berantakannya dapur Siti, ia memang selalu pesan makan online tapi tidak semuanya dalam box. Kadang ia juga menggunakan alat makan yang sebelumnya berjejer rapi oleh Gandhi.
30 menit kemudian Gandhi pulang dengan pakaian yang berbeda dengan saat ia pergi tiga hari yang lalu. Tampangnya masih rapi dan tampan. Tidak lusuh apa lagi lecek. Sepertinya ia hidup dengan baik di luar rumah, tidak seperti orang yang sedang lelah mencari nafkah.
"Loe kemana aja sih?" tanya Siti menyambut kepulangan Gandhi.
"Nginap di hotel." Jawabnya santai lalu masuk ke kamarnya yang lebih kecil dari Siti.
"Ngapain?"
"Kepo." Jawabnya singkat lalu berjalan ke dapur melihat betapa berantakannya penampakan di sana.
"Ngapain di hotel sama siapa?" cecar Siti mengejar Gandhi.
"Bukannya dalam perjanjian kita gak boleh urus urusan orang lain?" tanya Gandhi pada Siti.
Entah apa yang ada dalam pikiran Gandhi. Dia tidak marah melihat dapur itu berantakan. tetapi tangannya langsung merapikan kekacauan disana. Apakah ia terbiasa rapi atau bagaimana. Ia terlihat ikhlas saja mencuci piring bekas Siti, membuang sampah dan melihat ketersediaan makan dalam lemari es mereka.
Tidak sampai 60 menit, dapur sudah rapi, nasi pun sudah tertanak dalam alat masak. Ada telur ceplok masak balado di atas meja makan itu, tapi hanya satu biji ia buat. Kacang, pilin jagung dan wortel juga terlihat sudah tertumis sempurna tampak lezat di mata Siti. Ia meneguk air liurnya sendiri melihat sajian itu di atas meja dapur mereka.
Gandhi mengambil piring, memasukan nasi serta lauk dan sayur buatannya. Menyiapkan air untuk ia minum sendiri, lalu makan sendiri. Siti bertindak sebagai penonton yang budiman saja, sepertinya Gandhi tidak menganggap kehadiran Siti di rumah itu.
Siti berlari ke kamar, mendengar ponselnya berbunyi dan benar saja itu VC dari Sita.
"Sedang apa Sit, Gandhi mana?" tanya sang ibu. Buru-buru Siti berjalan mendekati Gandhi yang sedang makan sendiri di dapur.
"Oh, ibu. Maaf sedang makan bu." Ujar Gandhi menarik Siti agar duduk berpangku dengannya.
"Loh kok piringnya cuma satu?" tanya Sita yang sempat melihat piring makan hanhya satu di depan Gandhi.
"Biar ngirit nyuci Bu, jadi sepiring berdua. Ya kan sayang, a...a" Akting Gandi wajar kan di bayar Siti 10 juta sebulan. Kini Ia sudah menyuap Siti dengan sendok bekas mulutnya. Mau tidak mau Siti pun menerima suapan dari gandhi. Amazing, ternyata masakan Gandhi enak, itu yang dapat Siti simpulkan dalam pikirannya.
"Wah, mama bisa cepet nih dapat cucu kalo kalian romantis begini." Senyum Sita tampak riang melihat kemesraan anak dan menantunya dari layar pipih tersebut. Sambungan itu berakhir denganrasa puas dari pihak orang tua Siti. Sungguh lega rasanya melihat kebahagiaan anak yang jauh dari mereka.
"Sana." Usir Gandhi saat sambungan VC itu berakhir.
"Telurnya cuma satu, Gan?" tanya Siti melihat hanya ada tumis sayur yang tersisa di meja.
"Ya, kan aku hanya buat untukku, kalau yang dua, di sini." Ujar Gandhi menunjuk bagian bawahnya, kemudian menghabiskan sayur itu ke piringnya.
"Loe gak mau bagi sama gue?" tanya Siti.
"Telur gue?" tanya Gandhi memastikan apa yang Siti minta.
"Makanan lu, lah."
"Duit loe kan banyak, beli aja sana. Tuh pakaian di kamar mandi loe buang aja kalo gak bisa cuci sendiri." Ujar Gandhi yang terlihat tidak suka melihat tumpukan pakaian di sana.
"Kalo loe nyuci baju, sekalian lah baju gue." ujar Siti berharap Gandhi berbaik hati, sebaik tadi lelaki itu membersihkan dapur.
"Gua bersih dapur tadi, karena sudah gak ada alat makan yang bisa gua pake untuk gua pake makan. Lagian, bekas sendir aja sampe gak bisa bersihin. 10 juta yang lu kasih cuma untuk jadi suami pura-pura yak, bukan untuk jadi babu lu juga." Ujar Gandhi yang sudah berdiri mencuci bekas makannya dan dapur sudah kembali bersih olehnya.
Tengah malam Siti lapar, sebab sore tadi ia hanya dapat dua suapan dari Gandhi, karena menyempurnakan akting mereka.
BERSAMBUNG ...
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya