Ketika mimpi berubah menjadi petunjuk samar, Sophia mulai merasakan keanehan yang mengintai dalam kehidupannya. Dengan rahasia kelam yang perlahan terkuak, ia terjerat dalam pusaran kejadian-kejadian mengerikan.
Namun, di balik setiap kejaran dan bayang-bayang gelap, tersimpan rahasia yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk—sebuah misteri yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bisakah ia mengungkap arti dari semua ini? Atau, akankah ia menjadi bagian dari kegelapan yang mengejarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veluna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
misteri baru
pagi ini aku duduk di teras rumah, menikmati hembusan angin pagi yang segar. Setelah peristiwa meninggalnya Dini kemarin, aku merasa sedikit lega karena setidaknya orang yang mengejekku sudah berkurang, Namun, pikiranku masih dipenuhi oleh rasa bersalah. aku bertanya-tanya dalam hati, apakah mungkin bahwa ucapan dan pikiranku bisa berkontribusi pada kematian seseorang? aku tidak memiliki jawaban pasti, tetapi rasa takut itu selalu mengintai di belakang kepalanya.
Setelah beberapa menit duduk, aku memutuskan untuk beranjak ke dapur dan menyiapkan sarapan. Di rumah, hanya ada Bob yang masih terlelap di kamarnya. aku menghela napas panjang, mengingat betapa malasnya kakakku itu. Setiap pagi, aku harus bangun lebih awal untuk mempersiapkan segala keperluan, sementara Bob hanya bangun ketika semuanya sudah siap.
--------。♡
"Sophi! Mana sarapan gue?!" teriak bob tiba-tiba dari dalam kamarnya.
Sophia menggerutu pelan sambil memeriksa meja makan. "Iya, iya, sabar! Udah gue siapin!" balasnya.
Bob keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan dengan mata yang masih mengantuk. "Lo tuh selalu bangun pagi tapi berisik banget. Gue jadi nggak bisa tidur nyenyak," keluhnya.
Sophia hanya mendengus pelan. "Kalau gue nggak bangun pagi, siapa yang bakal siapin sarapan buat lo? Lo kira gue pembantu di rumah ini?"
Bob tertawa sinis. "Yah, lo kan emang suka masak. Jadi nggak masalah, kan?"
Yaaa memang benar dirumah memang sophia yang memasak, bukan karena mereka tidak mampu menyewa pembantu tapi memang selagi masih bisa dikerjakan sendiri kenapa harus menyewa orang, itu lah yang dipikirkan oleh ibunya.
Sophia tahu kakaknya selalu berusaha menyakitinya dengan kata-kata tajam. Namun, dia berusaha untuk tidak terpancing meskipun terkadang keinginan untuk berdoa hal buruk tentang Sophia muncul dalam pikirannya.
Setelah menyajikan sarapan, Sophia segera bergegas menuju sekolah. Dalam perjalanan, dia bertemu dengan tetangganya, Bu Eni, yang sedang menyapu halaman rumah.
"Sophia, kamu berangkat sekolah sendirian lagi? Kakakmu kok nggak pernah nganterin?" tanya Bu Eni dengan nada penasaran.
Sophia hanya tersenyum tipis. "Ah, Bu. Kak Bobi kan sibuk dengan urusannya sendiri," jawabnya meskipun dia tahu bahwa Bob hanya malas.
"Hmm, anak muda zaman sekarang memang banyak yang malas ya," komentar Bu Eni sambil melanjutkan sapuannya.
Sophia tersenyum kecut dan melanjutkan perjalanannya. Setiap hari dia harus menghadapi banyak hal yang membuatnya merasa sendirian, tetapi dia selalu berusaha tersenyum di depan orang lain.
Di sekolah, setelah tiba di kelas, Sophia melihat Ari sudah duduk di tempat biasa sambil melambaikan tangan. Dia tersenyum dan duduk di sampingnya. Mereka berbincang ringan tentang pelajaran hari itu, tetapi pikiran Nadira masih terbayang pada Dini dan kejadian aneh beberapa waktu lalu.
Tiba-tiba seorang teman sekelas bernama Fifi menghampiri Sophia dengan nada mengejek. "Eh, Sophia! Kok lo keliatan makin kurus aja? Lagi diet biar nggak kayak papan berjalan?"
Teman-teman di sekitar Fifi tertawa mendengar ejekan itu. Sophia mencoba tersenyum kecut dan berusaha untuk tidak mempedulikannya. Namun saat Fifi terus mengejek tanpa henti, Sophia tak tahan lagi dan tanpa sadar berucap dalam hati, "Semoga lo kena batunya nanti."
Dan benar saja saat jam istirahat ke dua, terdengar pengumuman bahwa para siswa diperbolehkan pulang lebih awal dikarenakan ada 3 orang siswi yang terjatuh dari balkon sekolah.
" diberitahukan kepada seluruh siswa/i, hari ini para siswa/i diperbolehkan untuk pulang lebih awal dikarenakan ada beberapa insiden yang terjadi disekolah, sekian terimakasih". Begitulah kira kira pengumuman tadi.
Yang mengejutkannya adalah 3 orang siswi tadi merupakan teman kelas ku yang tak lain adalah Fifi dan 2 antek anteknya. Oh tuhan kebetulan macam apa ini, ?
aku kembali teringat dengan ucapan ku saat di olok oleh dini dulu dan ucapan ku saat di ejek tadi.
apakah ini hanya kebetulan saja atau memang karena ucapanku.
Lamunanku buyar saat sebuah tangan menyentuh bahuku "
Membuatku sedikit terkejut. Aku menoleh, dan menemukan Ari berdiri di sampingku, wajahnya tampak cemas.
"pi, lo kenapa?" tanyanya dengan nada yang cukup lembut, berbeda dari biasanya. Ari, dengan sifatnya yang ceria, kini terlihat serius, dan aku bisa merasakan ketegangan di udara.
Aku menggeleng, mencoba menyembunyikan kegelisahanku, tapi Ari tahu betul kalau aku sedang tidak baik-baik saja.
"Apa lo mikirin tadi? Tentang Fifi dan yang lain?" Ari melanjutkan sambil memperhatikan ekspresiku yang sedikit gelisah. " iya aku kepikiran aja, padahal baru tadi loh ketemu " jawabku, tentu saja aku berbohong tidak mungkin dong aku ceritakan tentang kebetulan itu.
dan sepertinya ati tau aku berbohong namun dia tidak membahas lebih jauh lagi dan hanya ber oh ria saja.
Setelah mengemasi barang barangku, aku dan Ari pun pulang bersama.
-
-
-
Beberapa minggu berlalu dan beberapa kejadian seperti disekolah kemarin juga terulang kembali.
Sampai akhirnya Sophia tidak tahan dan menceritakan semuanya pada sahabatnya-ari, awalnya Ari tidak percaya namun setelah diyakinkan Sophia dan dan juga mengingat semua yang tewas merupakan orang yang membuly
Sophia, Ari pun percaya dan tiap ada yang mau membully Sophia Ari akan dengan cepat melapor ke guru atau mencari pertolongan, supaya pembullyan itu tidak semakin parah dan Sophia juga bisa mengontrol ucapannya
setelah sekian lama kejadian kejadian aneh itu tidak pernah terulang kembali awalnya Sophia berfikir mungkin karena dia memang sudah bisa mengontrol ucapannya sampai suatu ketika...
" hahahaha liat guys badan si kutu buku ini benar benar hanya tersisa tulang"ucap seorang gadis yang sedang membully orang di toilet, dan
Byurr..
"ups, sengaja.!" ucapnya dan diiringi dengan tawa teman temannya
Ya orang yang dibully itu Sophia- Sophia darnell
tadi diperjalanan ke perpustakaan seseorang menariknya hingga sampai ke toilet ini.
setelah puas membully Sophia mereka pun pergi, karena sudah tak tahan dengan mereka Sophia pun kembali mengucapkan kata kata buruk untuk mereka, kata kata yang sama diucapkannya pada Fifi dan dini dulu.
Namun 1 hari, 2 hari, 3 hari, Sampai hari hati berikutnya tak terjadi apapun dengan mereka.
Akan tetapi mereka tak membully Sophia lagi, dan Sophia pun tak ambil pusing soal mereka, selagi mereka tak mengganggu nya lagi maka Sophia juga tidak peduli dengan apa pun yang berhubungan dengan mereka.
______。♡
Pada suatu malam setelah makan malam yang disiapkan oleh Sophia, mereka pun makan malam bersama dengan tenang namun ketenangan namun ketenangan itu tak berangsur lama karena tiba tiba.
"Apa-apaan ini? Kenapa ada makanan yang gosong lagi? Lo ngapain aja sih?" Bob membentak Sophia dengan nada tinggi.
Sophia menoleh dengan mata berkaca-kaca. "Gue cape pulang sekolah masih harus ngurusin rumah, masak belum lagi nyuci! Dari pagi sampe sore gue ga ada istirahat," jawabnya tegas.
"Capek? Lo cuma ngurus rumah doang! Itu bukan kerja keras," Sophia l membalas dengan ketus.
"Cuma Lo bilang?! Wahhh.. Lo sendiri seharian ngapain aja hah ..!!! semua urusan rumah gue yang ngurus padahal gue juga masih kecil, masih remaja tapi pekerjaan gue udah kayak ibu rumah tangga aja disini"... Balas Sophia tak kalah ketus.
Brakkkk !!
Mira menggebrak meja " bisa diem ga!" ucapnya dengan ketus, lalu dia pun pergi ke kamarnya.
" kalian tu udah gede apa ga malu ribut trus" ucap ibuku
"Sophia kamu tu kan cewek emang udah seharusnya ngerjain pekerjaan rumah, mama dulu juga gitu tapi mama ga ngeluh kayak kamu". Lanjut ibuku
Air mata hampir jatuh dari mataku tetapi aku masih berusaha menahannya. Dengan cepat, aku berlari ke kamar dan menutup pintu. Di dalam kamar, gelombang emosi bercampur aduk: kemarahan, kesedihan, dan rasa lelah yang menumpuk membuatku hampir meledak.
Aku duduk di tepi tempat tidur dan menundukkan kepala. "Kenapa gue selalu disalahin? Kenapa gue yang harus menanggung semua ini sendirian?" bisikku pelan pada diriku sendiri.
setelah itu aku mulai berbaring di kasurku mencoba untuk tidur supaya aku cepat lupa dengan kejadian tadi.
-
-
-
Malam itu, Sophia tidak bisa tidur. Perasaan gelisah menghampirinya. Dia berbaring memandangi langit-langit kamar sambil berusaha menenangkan pikirannya.
Keesokan harinya saat pagi menjelang, kabar duka tetangganya Pak Yanto meninggal dunia setelah seminggu berjuang melawan penyakitnya. Sophia teringat dengan perasaan gelisah yang menghampirinya semalam.
Sophia terdiam di ruang tamu memikirkan semuanya sambil menatap jendela yang terbuka lebar. "Apa ini cuma kebetulan aja ?" tanyanya pada dirinya sendiri dengan penuh kebingungan.
-------。♡ see you
mampir juga dikerya ku ya jika berkenan/Smile//Pray/