Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Balas dendam
RUANG MAKAN
Tanpa aba-aba, Valerie tiba-tiba mencium bibir Davin di hadapan Jean yang sedang menikmati makan siangnya di ruang makan. Davin refleks menatap Valerie serius, ekspresinya penuh tanda tanya.
"Sayang, suapin aku," rengek Valerie sambil memeluk lengan Davin erat.
"Mau makan apa?" tanya Davin, mencoba tetap tenang.
"Itu, please,"
"sekali ini aja, boleh, kan?" pinta Valerie, bersikap manja dengan suaminya.
Davin menghela napas panjang, lalu menyentuh kening Valerie dengan tangannya, membuat wanita itu memajukan bibirnya sebal.
"Apa sih?" Valerie mendengus.
"kamu kenapa? " gumam Davin, curiga melihat sikap manja Valerie yang mendadak.
"Ihhh, Davin!" keluh Valerie. "Gak boleh ya kalau aku manja sama suami sendiri? Pokoknya aku mau disuapin!"
Davin mengalah. Ia menyendokkan makanan dan mengarahkannya ke mulut Valerie. "Buka mulutnya," katanya datar.
Dengan senang hati, Valerie membuka mulut dan melahap makanan yang disuapkan suaminya itu.
"Sayang..." Valerie memulai lagi, kali ini suaranya terdengar lembut namun mengandung sesuatu yang tersirat. "Kalau di kantor, kayaknya gak boleh kan pacaran?" tanyanya, sambil sesekali melirik ke arah Jean di meja sebelah.
"Apalagi kalau tiap hari kantin date," tambahnya, nada bicaranya seperti menggoda.
"Boleh," jawabnya singkat.
Valerie membulatkan bola matanya, terkejut mendengar jawaban Davin. "Ihh, kok gitu sih? Kalau aku jadi kamu, cewek itu udah aku pecat detik itu juga!" serunya, matanya masih melirik Jean dengan tajam.
"Pacaran di kantor tuh bisa bikin gak fokus kerja, tau!" Valerie menambahkan, suaranya meninggi.
"tergantung orangnya," balas Davin.
"Davin!" Valerie akhirnya kehilangan kesabaran. "Udahlah, aku males ngomong sama kamu. Aku gak mau makan!" Dengan cepat, ia bangkit dari tempat duduknya, berniat pergi.
Namun, langkah Valerie terhenti ketika Davin meraih lengannya.
"Makan dulu," pinta Davin.
"Gak mau!" Valerie menekankan ucapannya, lalu segera melangkahkan kakinya keluar ruangan.
-
KANTOR
"Lan, titip buat Agata. Suruh dia habisin makannya," ucap Davin sambil menyodorkan totebag berisi makanan kepada Dilan.
"Kasih aja sendiri. Gak berani lo?" balas Dilan, meledek sambil tersenyum jahil.
"Gue gak mau ribut sama lo," ujar Davin singkat, menghela napas panjang.
"Bentar," Dilan membuka pintu ruangan sedikit, memanggil seseorang. "Val, cepetan ke sini!"
Tak lama, Valerie melangkah keluar dengan wajah cemberut. "Apa sih, Pak?!!"
"Jahat banget sih," ucap Dilan santai sambil menatap wajah Valerie yang masam. "Kenapa mukanya ditekuk gitu? Kurang dibelai ya?" Goda dilan.
"Apaan sih, Pak? Bapak gak usah bikin saya kesel ya!" omel Valerie, matanya melotot kesal.
Dilan tertawa kecil, lalu menarik tangan Valerie dan membawanya keluar dari ruangan, menutup pintu rapat di belakangnya.
"Dicariin suami, tuh," ucap Dilan sambil mengangguk ke arah Davin, yang sudah berdiri menunggu dengan ekspresi tenang.
Valerie menoleh, sorot matanya langsung menangkap Davin yang sedang memegang totebag di tangannya.
"Makanan kesukaan kamu. Saya belikan di kantin tadi," kata Davin, menyodorkan totebag itu ke arahnya.
"Gue. Gak. Mau," Valerie menekankan setiap katanya dengan dingin, tanpa menyentuh totebag itu.
"Makan aja sendiri!" katanya sebal, lalu berbalik hendak pergi. Namun, langkahnya dicegah oleh Dilan.
"Bapak, ngapain sih?!" celetuk Valerie, suaranya penuh emosi.
"Berani kamu sama saya?" balas Dilan santai. "Ngobrol dulu sama suami kamu."
"Kalau bapak mau, ambil aja makanannya. Gak usah gengsi," ujar Valerie ketus.
"Saya sudah makan," jawab Dilan.
"Ya udah, saya juga gak mau!" balas Valerie keras kepala.
Davin tak mau berdebat. Dengan sigap, ia menarik tangan Valerie, membawanya pergi ke ruangan lain yang lebih sepi.
"Kamu hari ini kenapa?" tanya Davin begitu mereka tiba di ruangan.
"Saya gak bisa nebak sifat kamu yang tiba tiba berubah kayak gini."
"Siapa yang bikin mood kamu turun?"
"Lo!" Valerie langsung menatap Davin dengan sinis. "Sumpah ya, sampai sekarang gue masih kesel banget sama lo."
"Saya ngelakuin kesalahan apa sama kamu?" tanya Davin bingung.
"Gue dendam banget sama lo! Pengen gue cakar wajah lo, tau gak?!" seru Valerie dengan nada tinggi.
"Harusnya tadi pagi lo iyain aja omongan gue, biar gue gak malu di depan adik sialan lo itu!" tambahnya, suaranya semakin meninggi.
Davin tersenyum kecil, bukannya menjawab.
"Ngapain sih lo senyum-senyum sendiri? Jadi takut deh gue," Valerie menatap suaminya dengan alis bertaut.
"Gemes banget kalau kamu bawel kayak gini," balas Davin.
"Lo... Sumpah gue kesel banget sama lo, Davin!" Valerie menghentakkan kakinya, menunjukkan kekesalannya. "Pokoknya gue mau ngambek sama lo seharian. Gak usah manggil-manggil gue lagi. Gue gak mau ada urusan sama lo!"
"Gue masih jengkel banget sama lo," tambah Valerie sambil melipat tangannya.
Davin tiba-tiba menarik tengkuk Valerie, mendekatkan wajah mereka, lalu melumat bibir istrinya dengan lembut namun penuh tuntutan. Valerie membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Davin!" serunya marah. "Lo nyium gue? Sialan!"
"Kenapa? Takut?" goda Davin, sambil menatap istrinya yang tampak semakin kesal.
Valerie meneguk ludahnya, wajahnya memerah. "Gue bukan takut! Gue gak mau ciuman sama lo!"
"Lipstik gue jadi berantakan gara gara lo!" omelnya.
"Kalau karyawan tahu, lo pasti dikira bos cabul yang mau ngelecehin karyawannya sendiri."
"Sumpah ya... First kiss yang gue jaga buat Jean malah lo ambil! Balikin first kiss gue!" seru Valerie, suaranya mulai gemetar.
"Kamu marah sama saya boleh, tapi kamu harus makan dulu," ucap Davin pelan, mencoba menenangkan istrinya.
"Makan aja sendiri!" balas Valerie dengan nada keras.
"Kenapa sih sering banget nyuruh gue makan?" tanya Valerie tajam.
"Mau gue makan atau gak makan itu urusan gue, kan?!"
"Saya cuma pengen kamu makan, biar asam lambung kamu gak naik."
"Nanti kalau kamu sakit, saya yang repot."
"Lo naksir gue, ya? Makanya lo nyuruh gue makan terus?" Valerie menyipitkan matanya, mencoba mencari tahu maksud Davin.
"Wajar kan kalau saya naksir istri saya sendiri." ucap davin yang membuat valeri muak.