Fariq Atlas Renandra seorang pria yang berprofesi sebagai mandor bangunan sekaligus arsitektur yang sudah memiliki jam terbang kemana-mana. Bertemu dengan seorang dokter muda bernama Rachel Diandra yang memiliki paras cantik rupawan. Keduanya dijodohkan oleh orangtuanya masing-masing, mengingat Fariq dan Rachel sama-sama sendiri.
Pernikahan mereka berjalan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka. Walaupun ada saja tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari mantan Fariq hingga saudara tiri Rachel yang mencoba menghancurkan hubungan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Rahsyafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enam
"Memangnya Ariq nggak ngajak kamu makan?"
"Maksud Mama?" tanya Rachel yang sedang mengunyah makanan.
"Kamu bilang tadi keluar sama Ariq. Mama lihat kamu kayak orang kelaparan."
"Eummm ... Ada kok, Ma. Tadi Mas Ariq kasih aku makan."
"Makan apa?" tanya Indi.
Rachel terdiam, dia tidak tau menjelaskan seperti apa. Karena pada kenyataannya Fariq sama sekali tidak mengajaknya untuk makan. Tetapi Fariq malah melakukan hal lain kepada dirinya.
"Cuma minum aja, Ma ... Makanya Rachel masih laper."
"Oh ..." Indi mengangguk pelan. "Besok kamu kerja?"
"Kerja, Ma."
"Nggak bisa libur?" tanya Indi.
"Bisa ... Kan dokter banyak, jadi bisa libur," ujar Rachel. "Emangnya kenapa, Ma?"
"Jangan kemana-mana dulu ya. Lusa kamu tunangan, nanti malah terjadi apa-apa lagi di jalanan."
"Enggak kok, Ma. Cuma sebentar aja."
"Tapi Mama khawatir, sayang."
"Kalau Mama khawatir. Nanti Rachel minta di antar sama Mas, Ariq."
"Jangan!" larang wanita paruh baya itu. "Jangan ketemu sama Ariq dulu."
"Kok nggak boleh?" tanya Rachel bingung.
"Orang jaman dulu bilangnya pamali. Jadi nggak usah ketemu sama dia."
Rachel tidak membantah ucapan ibunya. Dia hanya menurut saja tentang apa yang dikatakan ibunya. Alangkah baiknya jika tidak protes perkataan orang tua.
[] [] []
Di kamar, Rachel baru saja melepaskan pakaiannya. Dia merasa lelah karena pulang terlalu malam bersama calon suaminya. Teringat dengan hal tadi, Rachel malah senyum-senyum sendiri.
Tangannya terulur meraba bibirnya yang sudah dirasakan oleh Fariq Atlas Renandra. Tidak lama lagi juga, Rachel pasti akan menyerahkan seluruh jiwa raganya pada pria itu.
Saat sedang bermain ponsel, tiba-tiba ada panggilan masuk. Tanpa sengaja Rachel menekan tombol warna biru yang terlihat dilayar itu. Hanya mengenakan baju dalam, Rachel menarik selimut saat wajah seorang pria sudah terpampang dilayar ponselnya.
"Kayaknya saya liat sesuatu tadi," ucap seorang pria.
Rachel melihat jika pria itu tersenyum simpul setelah mengatakan hal tadi. "Apa?" tanya Rachel. "Jangan aneh-aneh deh."
Tuuut! Tuuut! Tuuut!
Sambungan video call yang sempat berlangsung tadi mati dengan sendirinya. Lebih tepatnya, Rachel lah yang mematikan sambungan itu. Dia merasa calon suaminya terlalu aneh malam ini.
[] [] []
“Hahaha …”
Di kamarnya, Fariq tertawa terbahak-bahak. Dia merasa senang karena bisa mengerjai wanita itu. Apalagi sebelum ini, ia tidak pernah bercanda-canda bersama perempuan membuat ia bangga pada dirinya sendiri.
Kembali Fariq menghubungi Rachel namun wanita itu tidak menjawab panggilan tersebut. "Ariq, Ariq ... Sekarang Rachel udah marah, baru kamu sadar."
Fariq pun tidak lagi menghubungi Rachel, ia tidak bisa menghadapi wanita marah. Karena pastinya ia akan kalah.
Fariq tertidur hanya mengenakan singlet, pria itu berbaring di kasur. Detik berikutnya saat dia sudah meletakkan ponsel di atas nakas, benda pipih itu malah berdering.
"Halo, calon istrinya Ariq." Fariq malah memposisikan ponselnya pada bagian tubuhnya hingga Rachel bisa melihat dada bidang calon suaminya.
"Kamu liat ini. Nanti kamu akan tidur di sini," ucap Fariq sambil menepuk dadanya.
"Ngapain tidur di situ. Bantal 'kan ada."
"Kamu harus bersyukur, nanti dada ini tempat kamu mencurahkan semua keluh kesah kamu kalau lagi capek," ucap Fariq yang masih menepuk dada bidangnya.
"Enggak. Aku punya dada sendiri, ngapain di situ."
"Dada kamu itu tempat saya tidur."
Terlihat di layar ponsel itu Rachel menyipitkan matanya menatap sang calon suami. Fariq menahan senyumnya dengan menyembunyikan wajahnya.
"Nggak usah sembunyi gitu. Aku tau Mas lagi senyum-senyum."
Kembali Fariq memperbaiki posisi ponsel tersebut supaya memperlihatkan tubuhnya pada Rachel.
"Iya, saya senyum-senyum membayangkan sesuatu dari diri kamu."
"Apaan sih. Pikirannya kotor banget."
"Mau susu, Hel."
"Mas, Ariq!" kesal Rachel.
Di layar itu Rachel melihat jika Fariq memajukan bibirnya. "Mau nyusu. Mau nyusu."
"Mas, Ariq diam."
"Haus."
Rachel pun terdiam tidak mau mengikuti emosinya. Karena bisa jadi Fariq akan terus saja membuatnya jengkel.
"Udah ya, Mas. Aku mau tidur."
"Saya belum selesai ngomong–"
Tuuut! Tuuut! Tuuu!
Sambungan telpon akhirnya terputus juga, Fariq terkekeh geli setelah kesekian kalinya berhasil mengerjai Rachel Diandra. Rasanya belum puas membuat Rachel kesal, Fariq bias pastikan ia akan membuat wanita itu merindukan kenakalannya.
[] [] []
Hari yang dinantikan oleh Fariq Atlas Renandra dan juga Rachel Diandra telah tiba. Disebuah hotel berbintang, mereka mengadakan acara pertunangan di sana. Banyak kalangan orang-orang penting datang pada acara itu.
Ruangan tersebut dihiasi dengan sangat indah, banyak ornamen-ornamen yang memancarkan cahaya berkilau. Hingga para tamu undangan takjub saat melihatnya.
Rita menggandeng tangan anak laki-lakinya. Dia tidak sabar untuk menjadikan Rachel Diandra sebagai menantunya. "Seneng ya bentar lagi nikah."
"Seneng lah, Mi ... Ariq nggak nyangka sekarang udah tunangan aja."
"Ingat ya ... Setelah ini kamu jangan aneh-aneh di luaran sana." Rita memperingati sang anak.
"Enggak, Mi. Ariq janji."
Waktu terus berjalan hingga akhirnya acara yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kedua calon pengantin itu sudah berdiri di hadapan semua orang. Momen seperti inilah yang ditunggu-tunggu oleh banyaknya tamu undangan yang hadir pada acara tersebut.
"Akhirnya kita ketemu," ucap Fariq kepada Rachel.
"Baru juga satu hari nggak ketemu kemaren."
"Tapi saya sudah kangen sama kamu."
"Kangen sama aku atau sama yang lain?" tanya Rachel menatap calon suaminya.
Fariq mendekatkan tubuhnya pada gadis itu. "Kangen sama bibir kamu."
Plak!
Fariq terkekeh geli ketika Rachel menepuk wajahnya, lagi-lagi ia sudah membuat wanita itu kesal.
"Cieee ... Mesra banget ya," ucap tamu undangan.
"Serasa dunia milik berdua," lanjut yang lainnya.
"Iya ... Aku mah apa, cuma numpang di bumi ini."
Rachel tersenyum menatap orang-orang itu, kembali dia memandang calon suaminya. "Jangan mikir jorok bisa nggak?"
"Nggak bisa. Tujuan menikah 'kan supaya pikiran jorok itu jadi halal."
"Aw!"
Fariq mendapatkan cubitan kecil pada pinggangnya.
"Jangan gatel deh."
Salah satu pembawa acara laki-laki memulai acara tersebut. Dia meminta Fariq untuk berkata-kata sebelum akhirnya acara pertukaran cincin dilaksanakan.
Fariq mendekatkan mic yang ia pegang kearah mulutnya. "Pertemuan saya dengan Rachel sangat singkat ... Saya sama sekali tidak pernah berpikir jika akhirnya wanita di depan saya ini adalah pelabuhan terakhir di hidup saya."
Beberapa tamu undangan bersorak gembira, mulai dari tamu undangan Rita maupun Indi. Hingga teman-teman dari kedua belah pihak yang akan bertunangan.