SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Sandera
Sean, Vanno, Miller, Kenzo, dan Fian terikat tanpa tenaga di kursi, setelah memberikan obat pada mereka semua, tubuh para pria itu menjadi lemah.
Mereka hanya bisa menatap sendu ke arah anak-anak mereka yang juga terikat. Ibel menatap mereka dengan senyum penuh kemenangan, Zinov juga begitu puas melihat Miller tak berkutik seperti saat ini, karena dari dulu dia sangat ingin menghancurkan Miller tapi tak pernah berhasil, Miller adalah saingan yang begitu kuat dan sulit untuk dikalahkan oleh Zinov.
Zinov mendekati Miller dan menghantam wajah Miller dengan tinjunya. Miller yang sekarang tidak bertenaga hanya bisa pasrah menerima pukulan Zinov.
"Lemah kau Zinov, jika kau pria, hadapi aku dengan kondisi normal bukan seperti ini." Kata Miller dengan nada meremehkan Zinov.
"Yaa aku memang lemah, tapi sekarang coba kau sentuh aku Miller, hahahaa." Zinov menertawakan Miller dan semua yang ada di sana.
"Mau apa kalian menyandera anak-anak kami? Apa yang kalian inginkan?" Tanya Kenzo, dia sudah tidak tahan bertele-tele lagi dengan Ibel dan Zinov, dia memikirkan nasib anak-anak yang diculik oleh Ibel dan Zinov saat ini.
"Jika kalian ada dendam pada kami, silahkan balas tapi jangan membawa anak kami." Tambah Vanno.
Sedangkan anak-anak mereka hanya bisa berontak karena ikatan mereka sangat kuat dan mulut mereka juga disumpal.
"Anak-anak kalian ini sangat menyayangi kalian semua, bahkan tak satupun dari mereka yang berani berontak pada kalian, hidup kalian terlalu sempurna, kalian memiliki istri yang cantik, baik dan begitu penyabar serta kalian memiliki anak-anak yang terbilang hampir sempurna pula. Contoh saja anak-anakmu ini Sean, si kembar Zay, dan Zoya serta si cantik Zeline. Mereka sangat menjadikan kamu sebagai panutannya, mereka begitu menyanjung mu, mereka begitu baik dalam segala hal hingga Sonia menjadi ibu paling beruntung dan kau semakin mencintai Sonia bukan, karena kau dan istrimu sudah berhasil mendidik anak-anakmu menjadi orang yang baik dan berguna." Ujar Ibel sambil mendekati ketiga anak Sean, Ibel mengeluarkan sebuah silet yang sangat tajam lalu menggoreskannya ke wajah Zeline.
Zeline hanya bisa meringis sambil menatap papanya, yang lain mencoba untuk berontak tapi ditahan oleh anak buah Ibel dan Zinov, mereka tak bisa berbuat banyak.
"Jangan sakiti putriku, apa yang kau inginkan? Apa salahku padamu?" Sean yang saat ini sedang lemah berusaha untuk bangkit tapi dia tidak bisa.
"Haha ini baru permulaan Sean, simpan saja dulu tenagamu itu." Kata Ibel, lalu dia berjalan mendekati anak-anak Miller.
"Arkan, Azkan, Ayla, ketiga pilar kebanggaan Miller yang sangat melindungi daddy mereka. Tak satupun dari mereka yang berani menentangmu bahkan mereka sangat menyayangimu, setiap apa yang keluar dari mulutmu adalah hal berharga bagi mereka." Ibel kembali mengeluarkan senyum liciknya lalu menggoreskan silet ke wajah Ayla hingga darah dari wajah itu menetes perlahan.
Miller hanya bisa menatap iba pada ketiga anaknya, ingin sekali dia mencabik-cabik Ibel namun dia sama seperti yang lain, tak berdaya sama sekali.
“Sialan kau jalang, aku pasti akan memberikan kematian yang sulit untukmu.” kecam Miller pada Ibel.
“Untuk berdiri saja kau tidak mampu saat ini, bagaimana kau akan memberikan kematian padaku?” Ibel malah meremehkan Miller.
Ibel kemudian berjalan lagi menuju anak Kenzo dan Vanno. Baik Kenzo maupun Vanno tak bisa berbuat banyak juga selain menunggu apa yang akan dilakukan Ibel pada anak mereka.
"Zeno, Hana, dua kebanggaan mu kan Kenzo, kedua anak yang sangat menjaga nama baikmu bahkan mereka tidak segan menyerang orang yang mencoba untuk menjatuhkan harga dirimu lalu Hazi, Gaby, dan Benicio, anak-anak yang tidak pernah mengagumi siapapun selain kamu dan Laura, iya kan Vanno." Ibel juga menggoreskan silet itu di wajah Hana dan Gaby lalu tertawa puas.
“Sialan kau Ibel, kalau kau ingin melukai kami ya silahkan, jangan anak-anak.” Ibel malah tertawa mendengar teriakan Kenzo.
"Daannn terakhir anak-anakmu Fian Aznand, Rayya, Azad dan Sofi. Hm aku bingung harus bicara apa karena hasil didikan dari ibu mereka begitu sempurna sampai menjadikan mereka anak berbakti dan taat beragama tapi sayangnya mereka tidak akan hidup lebih lama."
"JANGAN SENTUH ANAKKU, APA YANG KAU MAU?" Teriak Fian dengan sisa tenaganya pada Ibel.
"Ini yang kumau." Ibel juga memberikan luka gores di wajah Sofi.
Kini salah seorang dari anak Sean, Miller, Kenzo, Vanno, dan Fian mendapatkan luka dari Ibel.
"Tolong katakan apa yang kau mau Ibel, jangan sakiti anak kami, jika kami yang salah, sakiti kami, jangan mereka." Kata Vanno mencoba untuk bernegosiasi.
"Oh ckck hmm kalau begitu ayo kita senang-senang berdua Vanno, kita jadikan malam ini malam yang panjang untuk kita berdua dan tinggalkan istri cantikmu itu, Laura Nieve." Kata Ibel dengan nada menggoda dan menyentuh wajah Vanno yang masih terlihat begitu tampan.
"Cuih, jangan harap aku akan melakukan hal itu jalang." Vanno meludahi wajah Ibel dan membuat wanita itu sakit hati, Ibel mengambil sebuah botol kaca lalu memukulkannya ke kepala Vanno sampai kepala Vanno mengeluarkan darah.
Anak-anaknya menangis, semakin mereka berontak, maka akan semakin menjadi siksaan pada ayah mereka. Ibel menatap Zoya, dia meminta anak buahnya untuk memisahkan Zoya dari yang lain.
“Mau kau apakan putriku sialan?” teriak Sean ketika melihat Zoya di pegang oleh anak buah Ibel.
“Anak buahku merasa bosan, mereka butuh hiburan Sean.” Sean mengerti kemana arah perkataan Ibel.
“Tolong Ibel, jangan lakukan itu pada putriku, apa yang kau inginkan, aku akan melakukannya.” Ibel tertawa lepas, dia merasa menang saat Sean memohon seperti itu padanya.
“Hari ini aku begitu lelah, aku ingin kau menemani aku tidur Sean.”
“Dasar gila, aku tidak mau.” Ibel menatap anak buahnya, dia meminta untuk membawa Zoya, melihat hal itu, Sean berontak.
“Baiklah, aku akan menemanimu, tolong lepaskan putriku.” Ibel memberikan isyarat agar Zoya kembali di dudukkan ke kursinya tadi.
Ibel memapah Sean ke dalam kamar yang memang ada di rumah terbengkalai itu. Ibel merebahkan dirinya dengan tatapan liar, bukannya tergoda, Sean malah jijik melihat wanita itu.
“Ayo, tidurlah di sampingku.” Sean merebahkan tubuhnya di samping Ibel, lalu Ibel kembali memberikan suntikan pada Sean sehingga pria itu merasa tubuhnya begitu lemah.
“Sialan kau, apa mau mu hah?”
“Hanya ingin tidur denganmu saja, tidak lebih.” Ibel melepaskan baju kemeja yang digunakan oleh Sean lalu memeluk tubuh Sean yang sangat menggoda baginya dan meletakkan kepalanya di dada bidang Sean, jarinya bermain di dada telanjang Sean itu.
“Maafkan aku Sonia, tolong maafkan aku.” lirih Sean lalu air mata keluar dari sudut matanya. Ibel tertawa puas dengan semua ini, dia menciumi tubuh Sean yang saat ini telanjang dada, bukan terangsang malah Sean semakin jijik dibuatnya.
Saat Ibel akan mencium bibir Sean, pria itu menghindar, Ibel menahan rahang Sean lalu mencium dan melumat bibir Sean dengan rakus.
Ibel membuka seluruh pakaiannya hingga dia kini full na*ked di samping Sean, pria itu hanya memejamkan matanya, sentuhan Ibel tak berpengaruh sama sekali di tubuhnya.
Ibel hanya menggoda Sean saja tanpa ingin melakukan hal lebih, karena memang Ibel hanya ingin membuat rasa bersalah di hati Sean pada Sonia.
...***...