Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Jawaban doa Shakila
Hari ini Shakila seakan mendapat jawaban atas doa yang sudah Ia langitkan. Di tengah hujan yang lumayan deras, Shakila dipertemukan dengan anak Abian dan Zahra yang menangis gara-gara merindukan umma dan babanya.
"Ansa mau bertemu umma baba," ucap Khansa dengan suara khas anak kecil sambil menangis.
Sudah empat hari Khansa tidak bertemu umma babanya karena penyakit Zahra kambuh dan sekarang Zahra sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Khansa sudah bersabar selama ini. Tapi hari ini anak kecil itu sudah tidak mau bersabar lagi dan ingin segera bertemu umma babanya.
Khansa hanya berdua dengan Adiba, adik kandung Abian. Mereka terjebak hujan di depan sebuah toko kueh begitupun Shakila.
"Iya, nanti Ansa bertemu umma baba, tapi tidak sekarang oke?"
Khansa menggeleng ribut. Menandakan bahwa anak kecil itu ingin bertemu dengan orang tuanya saat itu juga. Anak kecil berusia empat tahunan seperti Khansa memang tidak bisa jauh-jauh dari orang tuanya, terutama ummanya.
"Ansa mau bertemu umma baba sekarang!"
"Ansa, Ansa," Adiba nampak kewalahan menghadapi Khansa yang mendadak rewel.
Khansa tidak biasanya rewel seperti itu. Khansa anak kecil penurut yang selalu mengikuti perkataan orang yang lebih tua darinya. Entah apa yang terjadi dengan anak kecil itu sekarang.
"Iya, nanti kita bertemu umma baba. Tapi tidak sekarang, sekarang lagi hujan."
"Ansa mau bertemu umma baba sekarang, ateu," Khansa tidak mengerti dan tetap merengek ingin bertemu umma dan babanya.
Hampir saja Adiba kehilangan kesabaran menghadapi Khansa, tapi untungnya Shakila menghampiri mereka dan mengajak Khansa yang sedang menangis bicara.
"Hey, anak cantik, anak baik, kenapa menangis hum?"
Berhubung saat itu sedang hujan dan tidak mungkin Shakila menghampiri anak kecil dengan wajah yang tertutup burqa, Shakila membuka sedikit burqanya sampai menunjukkan kedua matanya pada Khansa.
"Ansa mau bertemu umma baba," Khansa kembali mengatakan hal yang sama karena memang Khansa benar-benar ingin bertemu dengan umma babanya.
Khansa sudah bosan mendengar janji para orang dewasa yang katanya akan mempertemukannya dengan umma dan babanya.
"Umma dan babanya sedang di rumah sakit, saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya pada anak kecil ini," keluh Adiba.
Sebagai perempuan yang belum berumah tangga dan belum memiliki anak, Adiba kebingungan menghadapi Khansa. Apalagi Adiba terlahir sebagai anak bungsu yang biasanya dimanjakan keluarganya.
Adiba tidak bisa sabar menghadapi Khansa yang mendadak rewel seperti itu, tapi Ia juga tidak bisa marah karena bagaimanapun Khansa keponakannya.
"Umma babanya di rumah sakit?" ulang Shakila.
Shakila nampak terkejut mengetahui Zahra dan Abian masih berada di rumah sakit. Ia pikir hari itu Zahra langsung pulang, tidak disangka sudah empat hari berlalu ternyata Zahra masih berada di rumah sakit.
"Iya, ummanya sakit leukimia kronis dan sedang dirawat di rumah sakit," jelas Adiba.
Shakila tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mengetahui penyakit yang Zahra derita. Ternyata seserius itu penyakit Zahra sampai Zahra mau suaminya menikah lagi.
Shakila pernah membaca tentang penyakit yang Zahra derita. Leukimia adalah penyakit berbahaya yang mengancam nyawa penderitanya. Metode pengobatan yang bisa dilakukan para penderita leukimia juga lumayan beresiko.
Shakila tahu karena pernah mencari tahu tentang penyakit leukimia di internet. Ya begitulah seorang penulis, suka mencari tahu banyak hal demi kebutuhan ceritanya. Termasuk mencari tahu tentang sesuatu yang berbau medis.
"Rencananya saya akan mengajaknya ke rumah sakit bersama kakak saya, tapi mobil kakak saya mengalami masalah dan sekarang kami terjebak hujan."
Adiba sangat jarang terbuka dengan orang lain, tapi entah kenapa saat itu ia menceritakan segalanya pada perempuan yang baru ditemuinya.
"Kalau begitu biar saya antar ke rumah sakit," ucap Shakila tanpa pikir panjang.
"Mobil saya ada disana," Shakila menujuk kearah mobil yang dimaksud. Tidak jauh dari tempat mereka berada saat ini.
"Saya ambil dulu payung di mobil, nanti saya kembali lagi kesini jemput kalian."
"Eh!" Adiba ingin menghentikan Shakila karena hujan sangat lebat dan Shakila akan basah kuyup jika memaksa menerobos hujan, tapi Shakila sudah lebih dulu pergi.
Shakila menerobos hujan hanya demi mengambil payung supaya Khansa dan Adiba tidak kehujanan.
"Ayo, saya antar kalian ke rumah sakit," Shakila memberikan payung pada Adiba yang nampak speechless melihat pakaian Shakila yang sudah basah kuyup akibat kehujanan.
Mereka tidak saling mengenal, tapi Shakila sudah sebaik itu terhadap Adiba dan Khansa.
"Mobilnya tidak mungkin saya bawa kesini, tidak apa-apa kan kalau kalian basah sedikit nanti?" Shakila kembali membuat Adiba speechless.
Di dunia ini sangat susah sekali menemukan orang baik seperti Shakila. Bahkan kerabat dekat sekalipun belum tentu bisa sebaik Shakila.
"Anda bisa gendong Khansa, kan?" Shakila bertanya dengan ragu karena Adiba terus terdiam.
Shakila tidak tahu apa yang terjadi dengan Adiba sampai Adiba terus terdiam sambil menatap kearahnya, maka dari itu Shakila bertanya.
"Baju saya basah, saya tidak mungkin gendong Khansa," Shakila masih berusaha bicara dengan Adiba sambil tersenyum kikuk.
"Ansa mau ya digendong ateu?" Shakila beralih pada Adiba masih belum memberikan respon, "nanti kita bertemu mamah sama baba."
Khansa mengangguk lucu. Entah sejak kapan anak kecil itu sudah berhenti merengek dan menangis. Adiba yang melihat keponakannya tidak rewel lagi memandang takjub pada Shakila.
"Anak pinter," Shakila mengusap lembut lengan Khansa sambil menunjukkan senyuman di matanya.
Shakila kemudian beralih pada Adiba, "ayo, akan lama jika kita menunggu hujan reda."
"Ah iya," Adiba akhirnya mendapatkan kembali kesadarannya dan langsung menggendong keponakannya.
"Ansa, ayo kita ketemu umma baba," ucap Adiba pada Khansa setelah berhasil menggendong Khansa.
Mereka bertiga pun akhirnya menaiki mobil dan langsung melaju menuju rumah sakit tempat Zahra menjalani perawatan.
Tepat setelah mobil Shakila pergi, ada mobil lain berhenti di depan toko kueh itu. Adam datang untuk menjemput Khansa dan Adiba.
"Loh? kemana Adiba dan Khansa?" gumam Adam saat tidak melihat adik dan keponakannya di depan toko kueh.
Adam mengecek kembali pesan dari Adiba, barangkali Ia datang ke toko kueh yang salah. Tapi memang benar toko kueh ini yang Adiba maksud.
"Adiba ngeyel banget sih? kan udah disuruh tunggu sebentar!" cibir Adam.
Sementara itu,
Di dalam mobil Shakila diam-diam memperhatikan Khansa yang berusaha menyamankan diri dipangkuan Adiba sampai anak kecil itu tertidur.
"Kasihan sekali anak sekecil ini harus kehilangan peran ibunya karena ibunya sakit," saat hati Shakila mengatakan itu, pikirannya tiba-tiba saja memikirkan hal yang tidak seharusnya dipikirkan.
Shakila berpikir menerima tawaran Zahra menikahi Abian dan memberikan peran ibu untuk khansa. Padahal sebelum bertemu Khansa, pikiran tersebut tidak pernah sekalipun terlintas dibenaknya.
Tuhan seakan sengaja mempertemukan mereka hari ini supaya Shakila menerima tawaran Zahra.
"Apakah dengan aku menikahi babanya, anak ini akan kembali merasakan peran ibu? apakah aku harus menerima tawaran mba Zahra?"
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk