[SEDANG PROSES REVISI]
Shakila Anara Ainur sudah pernah bertemu dengan berbagai jenis konsumen. Dari Ia yang hanya seorang karyawan toko sampai sekarang menjadi owner butik, rasanya tidak ada satupun konsumen yang belum pernah Ia temui. Namun, hari itu Ia bertemu dengan konsumen tidak terduga yang memintanya menjadi istri kedua.
Shakila tersinggung sebagai perempuan yang memiliki prinsip tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain, tapi hatinya yang lembut dan tidak tegaan membawanya masuk ke dalam pernikahan poligami dengan Abian Devan Sanjaya sebagai kepala rumah tangganya.
Pernikahan itu membuat Shakila menjadi seorang ibu tanpa melahirkan anak, karena Abian dan istri pertamanya —Zahra sudah dikaruniai seorang putri cantik bernama Khansa.
Shakila sangat menyayangi Khansa sebagai putri dari suaminya, akan tetapi kesalahpahaman terjadi dan masalah demi masalah kian hadir dalam pernikahannya dengan Abian.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Jalan takdir
Pagi itu Shakila duduk di meja makan menikmati kopi espresso yang dicampur dengan air panas tanpa tambahan gula ataupun krimer, atau yang lebih akrab disebut kopi americano panas.
Berbeda dengan kebanyakan perempuan, Shakila tidak terlalu suka mengkonsumsi makanan dan minuman manis. Selain alasan kesehatan, Ia tidak terlalu suka manis karena rasa manis membuatnya merasa muak.
Shakila pernah mengalami segala macam rasa kehidupan, tapi hanya sedikit rasa manis yang Ia rasakan dalam hidupnya. Mungkin itu juga yang menjadi alasannya tidak menyukai manis, karena Ia lebih terbiasa dengan rasa lain di hidupnya.
"Menikahlah dengan suamiku."
Shakila hampir tersedak kopi americano nya saat perkataan Zahra seakan kembali terdengar di telinganya.
Sudah satu minggu sejak Shakila diminta menikah dengan suami Zahra, sejak hari itu juga Ia tidak pernah berhenti berdoa memohon petunjuk Allah atas langkah apa yang seharusnya Ia ambil.
Shakila tidak ingin menjadi istri kedua, tapi Ia tidak bisa terang-terangan menolak dan itu menjadi dilemanya saat ini.
Shakila ingat zahra sampai harus dilarikan ke rumah sakit setelah mendapat penolakan darinya, Ia tidak ingin hal itu kembali terulang saat dirinya kembali melakukan penolakan.
"Maaf jika permintaanku tadi terlalu tiba-tiba dan mengejutkanmu."
"Tapi aku sangat berharap kamu bisa mempertimbangkan permintaanku untuk menikah dengan suamiku."
Kalimat lain yang Zahra ucapkan saat mereka di rumah sakit membayangi pikiran Shakila dan membuat Shakila tidak berselera meminum kopinya. Diletakkannya cangkir kopi yang masih tersisa setengah itu diatas meja.
"Huft, lebih baik aku mengecek mesin cuci daripada memikirkan hal yang tidak seharusnya aku pikirkan," Shakila beranjak dari tempat duduknya untuk mengecek mesin cuci barangkali pakaiannya sudah selesai dicuci.
Tidak ada asisten rumah tangga di rumah sederhana Shakila, semua pekerjaan rumah dari mencuci baju dan lainnya dikerjakan sendiri.
Shakila tidak memiliki waktu berleha-leha meski hampir seluruh waktunya dihabiskan di rumah, karena ada banyak pekerjaan yang menunggu untuk dikerjakan.
"Aku yakin Mba Zahra pasti sudah melupakan permintaannya. Lagipula, wanita gila mana yang menginginkan suaminya menikah lagi?" gumam Shakila menyakinkan dirinya supaya tidak terlalu memikirkan permintaan Zahra.
Shakila yakin Zahra hanya impulsif memintanya menikah dengan Abian. Tidak mungkin ada wanita yang benar-benar ingin suaminya menikah lagi, sekalipun wanita itu sedang menghadapi kematian seperti Zahra.
Jika Shakila yang ada di posisi Zahra yang memiliki suami yang sangat mencintainya, Ia tidak akan pernah membiarkan suaminya berbagi cinta dengan perempuan lain. Sekalipun detik itu juga malaikat menjemputnya menuju akhirat.
Shakila posesif dan pencemburu meski belum memiliki pasangan dan belum ada laki-laki yang Ia sukai. Boro-boro membiarkan suaminya menikahi wanita lain, ada wanita yang menatap suaminya saja Ia tidak akan rela.
"Eh, mau apa aku kesini?" gumam Shakila saat hampir tiba di tempat mesin cuci.
Langkah Shakila seketika terhenti karena Ia lupa tujuannya berada disana. Ia hanya ingat ada hal yang perlu dilakukan, tapi tidak ingat hal apa itu. Otaknya benar-benar nge blank sekarang.
"Aku pasti terlalu banyak pikiran sampai lupa alasanku berada disini," Shakila kembali bergumam kemudian memutar badannya menuju ruang makan.
Shakila tidak hanya pandai menutup aurat dan bersembunyi dari media sosial, Ia juga pandai menyembunyikan bahwa dirinya sedang stress dan depresi.
Ya, Shakila mendadak lupa seperti itu bukan tanpa alasan, Ia memiliki masalah ingatan karena mengalami stress dan depresi. Tapi bahkan Ia sendiri pun tidak sadar sedang mengalami stress dan depresi.
Sebagai anak perempuan pertama dari keluarga yang bisa dibilang toxic, Shakila terlalu banyak memendam masalah sampai alam bawah sadarnya memberikan perlindungan dengan cara mengontrol ingatannya.
Namun, kontrol ingatannya yang terlalu besar membuat Shakila mudah melupakan sesuatu. Sampai Ia lupa jika tujuannya pergi kesana untuk melihat mesin cuci sudah selesai atau belum.
"Oh iya, tadi kan aku mau mengecek mesin cuci."
Shakila baru ingat saat dirinya hampir tiba di ruang makan. Dan hal seperti ini sudah sangat biasa terjadi padanya.
-
-
Shakila tidak terlalu suka makanan manis, tapi bukan berarti Ia tidak mengkonsumsi makanan manis sama sekali. Masih ada makanan manis yang Ia konsumsi, salah satunya roti.
Roti menjadi salah satu makanan wajib yang selalu Shakila stok. Bukan karena suka roti, tapi karena roti makanan yang bisa langsung dimakan saat Ia bangun kesiangan dan ingin sahur.
"Stok roti sudah habis, setelah ini aku harus beli roti agar besok tidak repot kalau kesiangan," ucap Shakila saat tidak melihat satupun roti di tempatnya biasa menyimpan roti.
Shakila terbiasa melaksanakannya puasa daud atau puasa sunah yang dilakukan selang-seling, sehari puasa sehari tidak. Besok adalah jadwal Shakila berpuasa, tapi stok rotinya sudah habis.
Shakila biasa masak untuk sahur. Stok roti hanya untuk jaga-jaga barangkali kesiangan dan tidak sempat masak. Segalanya harus dipersiapkan karena ini menyangkut akhiratnya.
Ada sebuah pintu yang Shakila inginkan untuk akhiratnya kelak, yaitu pintu Ar-Rayyan. Salah satu pintu surga yang disediakan khusus untuk orang-orang yang berpuasa.
Shakila tidak yakin bisa mendapatkan pintu tersebut setelah puasa yang dijalaninya, tapi setidaknya Ia sudah berusaha melakukan yang terbaik yang Ia bisa untuk mendapatkannya.
"Oke, semua sudah beres. Aku bisa pergi membeli roti sekarang," Shakila mengambil kunci mobilnya setelah semua pekerjaan rumah selesai dikerjakan.
Rumah Shakila rapih dan bersih. Tidak akan ada yang menyangka jika pemilik rumah itu mengalami depresi. Lagipula, orang-orang depresi memang kebanyakan tidak terlihat seperti orang depresi. Sama seperti Shakila.
Shakila melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju toko tempatnya biasa membeli roti. Setelah sekitar lima belas menit menempuh perjalanan, mobil yang dikendarainya berhenti di depan toko bertuliskan Heaven bakery and cakery.
Bukan hanya roti yang dijual di toko itu, ada juga kueh untuk acara-acara penting seperti pernikahan, ulang tahun dan acara-acara penting lainnya.
"Sepertinya akan turun hujan," gumam Shakila saat keluar dari mobil dan melihat langit mulai gelap.
"Aku harus membawa payung untuk jaga-jaga barangkali turun hujan."
"Tapi aku hanya akan membeli roti sebentar, tidak akan menghabiskan banyak waktu dan mungkin aku juga tidak membutuhkan payung."
"Tapi bagaimana jika benar-benar turun hujan?"
"Tidak apa-apa, lagipula hanya air."
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Shakila akhirnya masuk ke dalam Heaven bakery and cakery tanpa membawa payung. Meski setelah itu Ia menyesal karena hujan turun tepat saat tangannya memegang pintu toko.
"Eoh, beneran turun hujan?" Shakila hanya mengangkat bahu acuh saat melihat hujan turun.
Tidak ada gunanya Shakila menyesal sekarang, meski hujan turun lumayan lebat dan kemungkinan pakaiannya akan basah kuyup saat kembali ke mobil.
"Terimakasih sudah menyempatkan waktu datang ke toko kami."
Seperti sebuah takdir, Shakila masuk tepat saat pembeli lain baru selesai berbelanja di toko itu. Mereka berpapasan dan itu adalah awal dari hidup baru Shakila.
jdi istri nya tetep 2 ya kan Bu😁😁😁
harusnya kalo mau nikah lagi yaa nunggu jadi duda dulu😁😁aq team monogami, jadi rada nyesek kalo baca cerita gini....untung aja ini di dunia hallu😁🙏🙏
sabarr ya Damm😁😁