Alden adalah seorang anak yang sering diintimidasi oleh teman-teman nakalnya di sekolah dan diabaikan oleh keluarganya.
Dia dibuang oleh keluarganya ke sebuah kota yang terkenal sebagai sarang kejahatan.
Kota tersebut sangat kacau dan di luar jangkauan hukum. Di sana, Alden berusaha mencari makna hidup, menemukan keluarga baru, dan menghadapi berbagai geng kriminal dengan bantuan sebuah sistem yang membuatnya semakin kuat.
#story by suciptayasha#
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Serangan mendadak
Pria itu menyapa Elvario dengan hangat, namun berbeda dengan Elvario yang menunjukkan tanda-tanda permusuhan, terlihat jelas dari matanya.
Elvario memandang pria itu dengan dingin. "Aku tidak punya waktu untuk basa-basi, Luis," kata Elvario tajam. "Aku di sini untuk urusan bisnis."
Luis, yang merupakan salah satu eksekutif teratas dalam organisasi tersebut, hanya tersenyum tipis. "Tentu saja, kau selalu serius, Elvario. Tapi bahkan orang seperti kita butuh sedikit hiburan, bukan?" Dia melirik ke arah Alden, menunjukkan bahwa dia menyadari kehadirannya.
Alden dapat merasakan tatapan penuh selidik; ia menyadari bahwa meski Luis tampak santai, dia tidak boleh meremehkannya.
"Dia Alden, asistenku," Elvario memperkenalkan. "Kau akan menghadapiku secara langsung jika berani mengusiknya."
Luis mengangguk tanpa melepas senyumannya. "Ah, senang bertemu denganmu, Alden. Aku sudah mendengar banyak tentang keberanianmu."
Sebenarnya Luis sama sekali belum mendengar apa pun soal Alden karena informasinya yang sangat minim. Luis bisa tahu keterampilan Alden yang luar biasa dari melihat sikap Elvario kepadanya.
Sejak ia mengenal Elvario, ia belum pernah memperlakukan seseorang dengan istimewa, sejujurnya itu membuat Luis sangat terkejut.
Sementara itu, Alden menjadi penasaran melihat interaksi Luis dan Elvario, bahkan Luis memanggilnya dengan sebutan adik. Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka?
"Bukankah tidak sopan menyambut kita hanya dengan dirimu sendiri, di mana eksekutif ke-4?" Elvario mengalihkan pembicaraan. Ia menanyakan Luca yang tidak ikut hadir di tempat itu.
"Orang barbar itu mungkin sedang sibuk dengan penelitiannya. Oh, itu dia," tunjuk Luis ketika melihat kedatangan Luca yang tiba-tiba.
"Aku dengar adikku datang berkunjung, apa kau mulai merindukan kita?"
Walaupun Elvario menuntut kedatangan Luca, ekspresi tidak suka terlihat jelas di wajahnya ketika pria itu datang. Ia jauh lebih tinggi dari Elvario dan Alden, mengenakan baju tanpa lengan, gigi-gigi runcing, dan rambut merah acak-acakan.
Suasana di ruang kontrol menjadi lebih tegang dengan kedatangan Luca, si eksekutif ke-4.
Tatapan mata Elvario menunjukkan ketidaksenangan yang kuat. Sosok Luca yang bertubuh besar dan tampak mengesankan dengan bercak darah di lengannya, menambah kesan berbahaya pada suasana.
"Kau membawa tamu, Elvario," Luca mendesis dengan senyum menyorotkan gigi runcingnya. "Siapa anak ini?"
Elvario dengan tegas namun singkat menjawab, "Dia bagian dari timku."
Luca melihat Alden dengan pandangan meremehkan, namun Alden tidak menunjukkan reaksi apa pun, bahkan terkesan tenang.
"Kau selalu tahu bagaimana memilih teman," Luca tertawa kecil, membuat Elvario semakin jengkel dengan tingkah lakunya.
"Jika kita tidak berada di pihak yang sama, mungkin aku sudah membunuh kalian puluhan kali."
Luca mendekatkan wajahnya ke hadapan Elvario, mencoba untuk mengintimidasi pria yang lebih pendek darinya itu. "Coba saja kalau kau bisa."
"Baiklah, ayo kita berbicara tentang bisnis kali ini! Luca, berhentilah mengancam adik kecil kita seperti itu. Dan Elvario, aku tahu kau punya dendam dengan kita, tapi karena kita punya bos yang sama, sebaiknya kita tidak membuat beliau kecewa dengan sikap kita."
Luis, yang bersikap lebih rasional, menenangkan kedua rekannya yang hendak memicu perkelahian.
Elvario dan Luca kembali menjaga jarak, namun bukan karena ucapan Luis, melainkan karena mengingat sosok pemimpin mereka.
Kejadian itu tak luput dari pandangan Alden yang membuatnya bertanya-tanya siapakah sosok pemimpin yang mereka takuti dan hormati itu.
Namun ia menahan diri untuk tidak bertanya demi menghindari kecurigaan. Bagaimanapun, identitas bos di balik geng Viper merupakan rahasia terbesar kota Nirve. Satu-satunya yang diketahui oleh semua orang adalah julukan sang pemimpin, yakni Grandfather.
Setelah suasana tenang, mereka akhirnya membahas tujuan dari pertemuan mereka. Inti dari pembahasan itu adalah kurangnya pasokan yang diterima oleh Elvario, baik dari persediaan senjata hingga konsumsi.
Awalnya Elvario mengira hal itu disengaja oleh Luis dan Luca untuk memancing Elvario datang ke tempat mereka, namun ternyata tidak seperti itu.
Hancurnya bisnis narkoba yang dipegang oleh Darfen membuat keuangan mereka semakin terkuras, ditambah lagi dengan bisnis bar, prostitusi, perjudian, dan sebagainya yang telah diledakkan menjadi berkeping-keping.
Dalam hati ketiga eksekutif itu, mereka bertanya-tanya kenapa pemimpin mereka masih berdiam diri terhadap ancaman yang nyata terjadi itu. Mereka tidak tahu jalan pikiran bos mereka dan apa yang ia rencanakan.
Sebenarnya bisa saja Grandfather memerintahkan seluruh anggotanya untuk menyisir seluruh kota dan menangkap si pembuat onar, namun itu masih belum dilakukan.
Singkat cerita, pertemuan akhirnya usai walaupun akar permasalahannya masih belum ditemukan secara pasti. Namun untuk sekarang strategi mereka sudah lebih dari cukup.
"Karena sudah selesai, maka kami akan segera kembali saat ini juga."
"Hei, tidakkah kau ingin makan malam terlebih dahulu sebelum pergi? Sudah lama kita tidak makan bersama."
Elvario ingin segera pergi dari tempat itu, namun Luis segera menghentikannya dengan alasan yang dianggap Elvario sangat bodoh.
"Satu meja makan dengan kalian bisa membuatku memuntahkan isi perutku," ucap Elvario dengan nada sarkas.
Luca yang sudah cukup bersabar dengan sikap kurang ajar Elvario, kembali emosi. Ia berdiri dan membanting gelas wine di tangannya. "Elvario! Aku sudah muak dengan sikap kurang ajarmu itu!"
Kekesalan Luca meledak, dan suasana di ruangan itu menjadi lebih menegang. Alden bisa merasakan ketegangan semakin memuncak, seperti busur yang ditarik hingga batas maksimalnya.
"Apa kau ingin bertarung di sini, Luca?" Elvario menantang, tanpa sedikit pun menghindar dari konfrontasi. Tatapan matanya tetap tenang, namun ada kegelapan tajam di dalamnya.
Luis, yang menyadari ketegangan itu mencapai titik kritis, mencoba melerai. "Wahai saudara-saudaraku, kita adalah tim! Jangan biarkan ketegangan ini merusak tujuan kita!"
Meskipun Luis berusaha menenangkan situasi, tampaknya emosi Luca sudah telanjur terbakar. Ia memandang Elvario dengan tatapan marah, sementara Elvario hanya berdiri dengan tenang, tampak sama sekali tidak terancam.
Di sudut ruangan, Alden memperhatikan dengan seksama, menyiapkan diri untuk menghadapi keadaan yang mungkin memburuk. Dia tahu Elvario tidak akan membiarkan dirinya diperlakukan dengan kasar begitu saja.
Pertarungan tidak mungkin terhindar, namun itulah yang diincar olehnya, perpecahan di antara mereka bertiga akan memberi keuntungan yang tidak ternilai kepadanya.
Tepat ketika pertarungan di antara keduanya hampir pecah, sebuah ledakan dahsyat terdengar jelas di ruangan lain dalam bunker.
Suara ledakan itu menggetarkan seisi ruangan, membuat semua orang terkejut dan membeku sejenak. Pecahan kaca dari jendela-jendela kecil di atas tembok ruangan berterbangan ke segala arah, membuat mereka semua refleks melindungi wajahnya dengan lengan.
Luis, yang tadinya sibuk memisahkan Elvario dan Luca, kini beralih menjadi serius. Matanya menyipit sambil berusaha menilai situasi sekitar.
"Laporkan situasinya."
Ketika semua orang masih diam dalam kebingungan, Luis entah sejak kapan sudah memegang walkie talkie dan menghubungi tim keamanan. Jelas sikapnya sudah terlatih di segala situasi berbahaya.
"Lapor bos, ada serangan tiba-tiba dari geng lawan."
"Siapa mereka, dari geng mana mereka berasal, berapa jumlahnya!?"
Rentetan pertanyaan muncul dari mulut Luis, namun sebelum dijawab oleh anak buahnya, suara teriakan dan sekarat pria di seberang sana tiba-tiba terdengar sebelum sambungan walkie talkie terputus.
"Sial!" Luis melempar walkie talkie tampak emosi. Ia kemudian melihat ke arah Luca yang memeriksa rekaman CCTV yang ada di ruangan monitor tersebut, namun anehnya suasana di layar tidak menunjukkan keributan apa pun.
Tidak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk menyadari jika gambar yang terpampang di layar hanyalah rekaman video yang menunjukkan seisi bunker beberapa hari lalu.
Sementara itu, di permukaan pantai terlihat Naira yang sedang mengoperasikan seperangkat komputer dengan sangat ahli. Ia berhasil menyerang sistem CCTV dan keamanan siber bunker.
Seorang wanita dewasa yang tampak seksi dan menggoda menepuk pundak Naira. "Aku iri pada bocah itu karena memiliki rekan sehebat dirimu," ucap Evelyn, bos dari geng Frost.
Naira tersenyum dan mengoreksi, "Kami bukan rekan, kami adalah keluarga.
(saran aja)