Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson adalah saudara kembar identik yang sengaja dipisahkan sejak bayi oleh sang ibu
Catharina yang tinggal bersama orang tuanya harus menghadapi kepahitan hidup setelah sang ibu meninggal dunia dan ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya
Memiliki ibu tiri yang jahat, adik tiri teratai putih dan ayah jenderal bajingan, Cathalina yang mengantikan posisi sang kakak yang dibunuh pada saat pernikahannya berniat membalas dendam
Menginjak-injak mereka dan menjadikan mainan! Mata dibalas dengan mata !
Memiliki suami yang lumpuh dan kejam,Cathalina akan membuatnya bertekuk lutut dan membayar semua penghinaan yang diberikan lelaki tersebut kepada sang kakak.
Putri yang luar biasa dengan berbagai macam keahlian yang akan menggemparkan kekaisaran Lunox.
Bahkan kaisar membutuhkannya untuk bertahan hidup dan mengamankan singhasananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DRAMA
Agar tak bing\gung maka untuk part ini dan selanjutnya Cathalina akan kita panggil Catharine karena dia menggantikan posisi sang kakak disini.
...........................
Raja Dexter mengangkat wajahnya dan menatap mata Catharine dengan sedikit terkejut dan penuh kebingungan.
Wanita dihadapannya berbicara dengan jelas dan menatapnya dengan tajam, seolah dia adalah musuh yang harus dihabisi.
Dia tak lagi gugup seperti saat pertemuan sebelumnya. Sikap pemalu dan penakut yang dulu melekat kini tak ada lagi berganti dengan sikap angkuh dan sembrono.
Jika tak melihat prestasi kakek Catharine di masa lalu, mungkin sekarang raja Dexter sudah akan menjadikannya seorang pelayan kasar didalam istananya.
“Di istana ini, siapapun yang membuat kekacauan harus dihukum. Pelayan, tampar wanita ini !”, ucap Raja Dexter sambil menepuk pengangan kursi rodanya dengan wajah muram.
Sebelum kepala pelayan melakukan tindakan terhadap Catharine, Selir Daysi yang awalnya begitu menikmati pertunjukan tubuhnya mulai bergetar ketakutan “Yang Mulia, tunggu sebentar !”.
Selir Daysi berdiri, menggerakkan tubuhnya yang lemah, berjalan mendekat dan meraih satu tangan Catharine dengan senyum pengertian.
“Kakak, jangan membuat Yang Mulia marah seperti ini. Minta maaflah dengan baik. Hati Yang Mulia sungguh lapang, jika kakak sungguh-sungguh Yang Mulia pasti akan memaafkan”.
Ketika mengatakan hal tersebut, Selir Daysi berdiri membelakangi Raja Dexter, tersenyum dengan sorot mata penuh kelicikan yang langsung bisa Catharine lihat tanpa ada sedikitpun niat wanita ular itu untuk menyembunyikannya.
Belum juga Catharine melakukan tindakan tiba-tiba selir Daysi jatuh kebelakang, terduduk dilantai yang dingin sambil mengucapkan “Aduh”.
Melihat Selir Daysi terjatuh tanpa dia sentuh membuat Catharine sadar jika dia telah masuk kedalam pola yang dibuat wanita licik itu.
Teratai putih ini pasti merasa tidak puas karena Raja Dexter lambat memberikan tindakan terhadap Catharine sehingga dia menambah kesalahan agar hukuman yang akan diterima oleh Catharine lebih keras.
“Sangat licik dan kejam”, batin Catharine sinis.
Pelayan pribadi selir Daysi pun segera menolong wanita tersebut sambil menatap Catharine dengan penuh keluhan “Putri, kenapa kamu mendorong selir Daysi ?”.
Selir Daysi yang berhasil bangun setelah diangkat oleh kedua pelayan pribadinya kedua matanya terlihat memerah dan terlihat sangat lemah, seolah –olah dia telah dianiaya.
“Yang Mulia, kakak tampaknya tak menyukai Daysi...”, ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya dengan tubuh bergetar.
Catharine tertawa dalam hati melihat betapa hebatnya acting wanita ular tersebut sehingga siapapun yang melihat akan merasa kasihan.
Melihat Raja Dexter masih tak bergeming, selir Daysi pun kembali menambah bahan bakar agar kobaran api semakin besar.
“Yang Mulia, jangan salahkan kakak. Bukan kakak yang mendorong, tapi Daysi sendiri yang jatuh jadi tolong jangan hukum kakak”.
Meski ucapan Selir Daysi suatu kebenaran karena memang dia jatuh sendiri tanpa didorong tapi ucapannya tersebut dikeluarkan diwaktu yang tidak tepat sehingga perkataannya bisa membuat orang salah paham dan hal inilah yang diinginkan oleh Daysi agar Raja Dexter memberi hukuman berat untuk Catharine.
Marry, salah satu pelayan pribadi selir Daysi merasa tak puas “ Selir saya melihat dengan jelas bahwa sang putri lah yang mendorongmu hingga jatuh”.
“Benar selir. Anda terlalu baik hati dan ini akan memberi peluang bagi putri untuk terus menindasmu dimasa depan”, ujar Selina, rekan Marry menimpali.
“Sandiwara yang sangat baik”
“Tuan dan pelayan bernyanyi dengan harmonis dan bekerja sama dengan sempurna”, batin Catharine bertepuk tangan melihat pertunjukan pagi ini.
Melihat mata merah selir Daysi, alis yang menukik turun, ekpresi wajah yang sangat menyedihkan membuat Raja Dexter tak bisa menahan diri untuk tak melompat.
Jika dia bisa berdiri, dia pasti akan melompat dan menampar Catharine dengan keras hingga wanita itu tak bisa duduk angkuh seperti sekarang.
Tepat ketika Raja Dexter hendak meluapkan amarahnya, suara lembut penuh penekanan masuk kedalam indera pendengarannya, membuatnya terdiam seketika.
Prokkk...prokkk...prokkk....
“Akting yang bagus”
“Teratai putih sepertimu memang layak dan aku cukup terkesan akan bakatmu itu”, Catharine berucap sambil bertepuk tangan seperti memberi apresiasi pada para pemain opera yang baru saja dilihatnya.
Dengan nafas naik turun karena emosi, Raja Dexter menunjuk Catharine, berusaha meluapkan amarahnya.
“Kamu wanita kejam Catharine! ”
“Daysi memiliki hati yang sangat murni sehingga dia tetap meminta maaf untukmu meski sudah kamu aniaya”
“Pengawal !”
“Seret wanita ini dan pukul sebanyak 50 kali agar sadar”, perintahnya tegas.
Mendengar Catharine akan mendapatkan 50 pukulan, senyuman muncul di sudut mulut Selir Daysi dan kedua pelayan pribadinya.
Untuk membuat Raja Dexter semakin membenci Catharine sehingga tak akan lagi ingin melihatnya dimasa depan, Selir Daysi pura-pura cemas dan hendak memohon kepada Raja Dexter tapi kata yang ingin dia ucapkan terhenti melihat Catharine mengangkat satu tangannya “Tunggu!”.
Penjaga yang datang ingin menyeret Catharine berhenti sambil menatap Raja Dexter yang juga mengangkat satu tangan untuk menghentikan mereka.
Semua orang mengira jika Catharine tampaknya telah sadar dan berniat untuk menyerah, memohon ampun dibawah kaki Raja Dexter dan mengakui semua kesalahannya.
Jika memang hal itu yang akan Catharine lakukan maka Raja Dexter tak akan goyah dan tetap menjalankan hukuman buat istrinya itu agar bisa menjadi contoh bagi yang lain bahwa tak ada satupun orang yang bisa melawan perintahnya didalam istana ini.
Selir Daysi yang melihat Catharine ingin menyerah berusaha memprovokasinya “kakak, cepatlah berlutut. Sebagai wanita yang lemah, 50 pukulan akan membunuhmu jadi cepatlah memohon ampunan jika tak ingin....”
PLAAKKK!!!
Tamparan keras yang Catharine layangkan membuat suara selir Daysi tiba-tiba terhenti dan sudut bibirnya berdarah.
Selir Daysi yang sangat terkejut terbelalak sambil mengusap pipinya yang terasa panas seperti terbakar dengan kedua mata berkaca-kaca.
“Idiot ini berani sekali menamparku!”, teriak selir Daysi dalam hati.
Sebelum selir Daysi dan semua orang bereaksi, Catharine kembali memberikan tamparan di sisi wajah selir Daysi yang lain.
Tak puas hanya memberi tamparan, Catharine menendang tubuh selir Daysi hingga mundur beberapa langkah ke belakang dengan keras.
Selir Daysi terjatuh sambil menutupi perut bagian bawahnya dengan kedua tangan sebelum tubuhnya berguling dilantai seperti bola beberapa kali.
Setelah puas, Catharine menepuk kedua tangannya sambil mengangkat dagunya kearah Raja Dexter yang menatapnya dengan terkejut.
“Saya tak mendorongnya tadi. Tapi sekarang, sayalah yang menjatuhkan dan memukulinya. Apakah sekarang kamu bisa melihat dengan jelas bajingan ! kurasa kamu tidak butakan untuk bisa membedakan mana yang murni kesalahanku dan mana yang tidak”, ujar Catharine penuh keangkuhan.
Semua orang sangat terkejut mendengar Catharine menyebut Raja Dexter seorang bajingan.
Bahkan dengan tidak ada rasa takut Catharine berani menatap nyalang Raja Dexter yang kini urat lehernya sudah keluar akibat terlalu murka.
“Bunuh segera wanita jahat ini ditempat !”, raungnya penuh amarah.
semangat /Grin//Determined/