NovelToon NovelToon
Falling In Love Again After Divorce

Falling In Love Again After Divorce

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Cerai / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:823.5k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Busuk Clarissa

Florence Montgomery jarang mau meluangkan waktunya untuk tamu. Tetapi sore itu, ia duduk di ruang VVIP restoran La Royale yang merupakan salah satu properti mewah di bawah naungan anak perusahaan Montgomery Corp. Ruangan kedap suara yang hanya diisi oleh empat kursi. Ketika pintu dibuka, Clarissa masuk bersama seorang pria berjas abu-abu dengan rambut putih yang disisir rapi ke belakang. Wajahnya sudah dipenuhi kerut usia, tapi sorot matanya masih tajam. Dialah Tuan Lawrence, salah satu investor tetap Montgomery Corp, sekaligus ayah Clarissa. Keduanya disambut pelayan yang langsung menutup pintu rapat-rapat.

“Selamat malam Tante.” sapa Clarissa begitu memasuki ruangan.

“Selamat malam, Florence,” Lawrence menunduk ringan, suaranya dalam dan penuh hormat. “Tempat ini… masih semewah terakhir kali aku berkunjung. Montgomery memang selalu tahu cara menjaga kestabilan properti.”

Florence hanya menoleh sekilas, alisnya terangkat tipis. “Hampir saja aku pulang. Kau datang tepat waktu Lawrence, setidaknya sopan santunmu belum hilang. Silahkan duduk.” Itu bukan hanya sekedar kata-kata. Kalimat itu menunjukkan sindiran secara tidak langsung bagi Lawrence dan Clarissa dimana Florence menunggu dalam waktu yang cukup lama.

Clarissa melangkah dengan penuh percaya diri, bibirnya melengkung dalam senyum meski ada ketegangan di dalamnya. “Maaf Tante, ayah terlalu mencintai anak perempuannya hingga rela menunggu saya berjam-jam dalam acara lelang untuk donasi tahun ini. Aku sangat menyesal membuat Tante harus menunggu.“

Florence menaruh gelasnya di meja, “Donasi?”

Clarissa menatap dengan penuh percaya diri. “Benar, lelang untuk di donasikan hari ini dimenangkan oleh Montgomery Corp.”

Bibir Florence baru bisa terangkat naik dengan utuh, “Itu terdengar bagus,”

“Terimakasih Tante, tidak lebih bagus dari kerja keras anda.”

Lawrence berdehem kecil, mencoba tidak mengacaukan suasana hangat. “Selamat untuk kalian, aku pikir pola pikirmu dan putriku sangatlah mirip. Aku seperti melihat masa mudamu dulu dalam dirinya sekarang. Dan tentu…  ini baik untuk masa depan kita bersama.”

Lawrence membuka map cokelat tebal di hadapannya. “Florence, aku menghormatimu. Kita sudah lama berjalan bersama dalam bisnis. Aku tidak pernah meragukan kekuatan Montgomery Corp, tapi tidak ada perusahaan sebesar ini yang bisa bertahan tanpa dukungan dari pihak lain termasuk investasi dari perusahaanku. Aku datang untuk membicarakan mengenai hubungan antara Sean dan Clarissa yang sebaiknya segera dilaksanakan. Pembicaraan media mulai lalu lalang menunggu kepastian dari ucapanmu tempo hari.”

Florence berhenti memutar gelasnya. Tatapannya naik, langsung ke arah Lawrence. “Apakah kau mencoba menekanku?”

Lawrence kaku sesaat. “Tentu tidak, aku hanya menekankan pentingnya aliansi. Jika Clarissa menjadi bagian keluarga Montgomery, itu akan menguntungkan kedua belah pihak. Bukankah begitu?”

Florence meletakkan gelasnya di meja kaca dengan suara ting nyaring lalu menunjukkan senyumnya yang dingin. “Walau aku menyukai Clarissa tapi aku tidak mengizinkanmu untuk memaksa atau menekanku Lawrence.”

Clarissa buru-buru memotong dengan suara lembut. “Tante, jangan salah paham. Ayah hanya… ingin yang terbaik untukku dan Sean. Jika keluarga kita bisa jadi satu, perusahaan akan jauh lebih kuat.”

Florence berdiri perlahan. Cahaya lampu kristal di atas meja makan memantulkan kilaunya, membuatnya tampak lebih tinggi dan berwibawa. “Montgomery Corp sudah lebih kuat dari apa pun yang bisa kalian bayangkan. Kalian hanya penumpang di kapal ini. Jadi jangan sesekali berpikir bisa mengatur arah layar.”

Clarissa langsung menggenggam tangan Florence mencoba menenangkan, “Aku akui ayah memang salah Tante, ia terlalu menggebu-gebu. Tapi jangan khawatir, aku percaya sepenuhnya pada rencana Tante lebih dari siapapun.”

“Maka tunjukkan dirimu Clarissa, posisimu di Montgomery tergantung dari caramu mendapatkan hati Sean.”

Florence berbalik dan melangkah keluar ruangan. Gaun mewahnya bergoyang indah meninggalkan pintu yang perlahan tertutup.

Clarissa menatap pintu itu dengan wajah merah padam. Tangannya mengepal. “Perempuan tua itu! Tidak tahu diri! Tanpa investasi keluarga kami, banyak proyek yang tidak akan bisa berjalan!”

Lawrence menatap putrinya, gelisah. “Clarissa, hati-hati dalam berbicara. Sejak awal sudah ayah katakan Florence bukan orang biasa. Kita tidak bisa menentangnya secara langsung, tapi kau tetap berkeras hati.”

Namun Clarissa membuang muka. “Kalau Tante Florence tidak bisa diandalkan, aku akan bergerak dengan caraku sendiri.”

***

Dibawah lampu yang sengaja dibuat remang wanita itu berjalan mondar-mandir sambil memaki pelan. Walau aroma wangi-wangian kesukaannya sudah terpasang di seluruh sudut apartemen, tidak juga membuat hatinya perlahan tenang.

“Florence hanya tahu menyombongkan diri dengan nama besarnya. Padahal dia sendiri gagal mengendalikan Sean. Perempuan tua itu hanya penghalang bagiku.”

Ia lalu meraih ponsel, menekan nomor yang tersimpan dengan nama yang disamarkan. Ketika panggilan tersambung, suara serak seorang pria terdengar di seberang.

“Lima ratus juta di muka,” kata Clarissa dingin. “Satu miliar setelah selesai, targetnya Ariana. Dia sedang hamil, pastikan bayinya juga ikut lenyap bersama ibunya.”

“Satu miliar terlalu kecil untuk kasus yang berhubungan dengan Montgomery.” suara serak itu terdengar tenang dan profesional.

 “Satu setengah miliar.”

“Dua miliar atau tidak sama sekali.”

Clarisa berdecak kecil, “Baik, tapi pastikan semuanya bersih. Aku tidak ingin ada jejak sedikit pun. Dan yang paling penting aku menerima kegagalan. Dia dan bayi dalam kandungannya harus mati.”

Ada jeda singkat sebelum suara itu menjawab, “Aku mengerti, jangan lupa transfer setengahnya diawal.”

Clarissa menutup telepon, menarik napas panjang. Bibirnya melengkung sinis. “Kalau lewat Florence gagal, maka aku yang akan menyingkirkannya. Cih, aku juga akan menyingkirkan wanita tua jika aku sudah tidak membutuhkannya nanti. Tunggu saja giliranmu Florence! Tidak ada seorang pun yang dapat menghentikanku.”

***

Sementara itu, di ruangan Sean Montgomery.

Pintu terbuka, langkah Sean terdengar mantap. Jas hitamnya terpasang sempurna, wajahnya dingin. Ia duduk di kursi utama tanpa sepatah kata pun.

“Laporan,” katanya singkat.

Seseorang maju, meletakkan map hitam di meja. “Ada pergerakan aneh di luar. Lawrence terlihat mendekati beberapa investor kecil. Mereka mencoba merayu lewat jalur belakang. Saya menduga ia sedang menyusun langkah di luar kendali Montomery Corp.” Pria bertubuh tegap itu  berbicara nyaris tanpa ekspresi.

Sean membuka map itu sekilas, matanya bergerak cepat membaca beberapa baris, lalu menutup kembali. “Biarkan mereka berbangga diri sejenak, setelah itu serang langsung tanpa sisa. Mereka harus sadar sedang berhadapan dengan siapa.”

Jonash menunduk. “Baik, Tuan.”

Sean mengetukkan jarinya ke meja, sekali. “Aku tidak suka mendengar laporan yang sama dua kali Jonash. Pastikan setiap pergerakan lawan terekam dengan baik. Tidak ada celah untuk tikus-tikus kecil itu masuk.”

Jonash menunduk lebih dalam. “Dipahami.”

“Pergi,” Sean menutup percakapan.

Jonash menghilang seperti bayangan, tanpa suara. Ia hanyalah bayangan di balik Sean Montgomery, seseorang yang tidak dikenal siapa pun, bahkan oleh Florence sekali pun. Ruangan itu kembali senyap, hanya detik jam yang berdetak lambat.

Malam makin larut ketika telepon Sean berdering. Nama Jerry muncul di layar.

“Bos,” suara Jerry terdengar sedikit terburu-buru, “Sejauh ini kondisi Nyonya Ariana aman”.

Jerry melanjutkan cepat, “Saya akan terus berjaga. Tidak ada ancaman sejauh ini…”

“Jerry.” Suara Sean memotong dengan suara rendah dan berat, membuat Jerry langsung terdiam.

“Ya, Bos.”

“Tetap awasi dia. Kalau sampai sesuatu terjadi pada Ariana terutama anak itu…” Sean berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan dingin, “nyawamu taruhannya.”

Telepon terputus.

1
Lely Zuryani
🤗🤗🤗
Febby fadila
itulah hadia buatmu Clarissa, wanita yg nggak tau diri sepertimu sekarang hanya jadi sebongkah sampah 🤣🤣🤣
Febby fadila
sehat ya Ethan biar bisa lindungi mamamu jika sdah besar nanti
Febby fadila
ibunya Sean ini emang sdah gila,
habislah kau Clarissa
Febby fadila
alhamdllah ibu sama Dede bayi selamat, semoga sehat selalu
Febby fadila
pantas wong pakai kapal laut aparat rupanya 👍👍👍
Febby fadila
siapa yg menyembunyikan Ariana ya,,, apa keluarga Bu Ajeng ya,, makin menarik
Febby fadila
kemarin kemana aja bang waktu JD istrimu, udah pergi yg jauh baru dicari kayak orang gila,,
Febby fadila
Clarissa katax nggak bisa dikalahkan siapapun tp sama Ariana yg hanya Upik abu kamu sudah mau gila 🤣🤣🤣🤣
Febby fadila
waras kamu Sean, nggak cinta kamu bilang tp coba Ariana didekati laki² lain marahx sampai ke ubun²
Febby fadila
ingat Sean kamu jangan lengah lagi, jadi laki tu harus punya pendirian dan tegas
Febby fadila
ini Sean emang sdah gila, dia kira Ari masih istrinya apa main pegang² aja, huuuuuu muna kamu sean
Febby fadila
Sean kamu emang bodoh kayak mamamu
Febby fadila
aku salut sama Ariana pantang mundur tetap kuat
Febby fadila
ini ni orang² yg nggak ada punya etika orang kaya tp minus akhlak, dan etika
Febby fadila
widiiii saingan Sean ni mah 🤣🤣🤣
Febby fadila
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gimana Clarissa kau yg ada didepan mata Sean tp nggak terlihat tp Ariana yg udah pergi tp mulai mengusik hati Sean,,, ayo Ariana jangan lengah dan lemah
Febby fadila
diiiihhh nggak malu kamu Clarissa, ngapain usik Ariana dia nggak pernah ngusik kamu,
Febby fadila
itulah kebodohanmu Sean, selama menikah ngapain aja, istri sendiri kok dianggurin
Febby fadila
ibunya Sean juga nggak nyadar dia dulu juga gimana waktu pertama kali menikah dengan papanya Sean dia nggak dianggap juga, bertahan dengan kesakitan hati dan batin hanya untuk mau menjadikan Sean pewaris sesungguhnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!