Ava Seraphina Frederick (20) memiliki segalanya kekayaan, kekuasaan, dan nama besar keluarga mafia. Namun bagi Ava, semua itu hanyalah jeruji emas yang membuatnya hampa.
Hidupnya runtuh ketika dokter memvonis usianya tinggal dua tahun. Dalam putus asa, Ava membuat keputusan nekat, ia harus punya anak sebelum mati.
Satu malam di bawah pengaruh alkohol mengubah segalanya. Ava tidur dengan Edgar, yang tanpa Ava tahu adalah suami sepupunya sendiri.
Saat mengetahui ia hamil kembar, Ava memilih pergi. Ia meninggalkan keluarganya, kehidupannya dan juga ayah dari bayinya.
Tujuh tahun berlalu, Ava hidup tenang bersama dengan kedua anaknya. Dan vonis dokter ternyata salah.
“Mama, di mana Papa?” tanya Lily.
“Papa sudah meninggal!” sahut Luca.
Ketika takdir membawanya bertemu kembali dengan Edgar dan menuntut kembali benihnya, apakah Ava akan jujur atau memilih kabur lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
“Lily, Luca, ayo ikut Paman sekarang,” ucap Jeremy sambil menahan kesal. Ia benar-benar sudah kehilangan kesabaran.
Seharusnya tugasnya hari ini hanyalah mengecek sistem keamanan, bukan mengurusi dua bocah jenius yang bisa membuat lima petugas kewalahan sekaligus.
Namun, kedua bocah itu bahkan tidak menggubrisnya.
Lily memeluk tiang lobi dengan tubuh mungilnya, pipi chubbynya menempel di permukaan dingin itu.
“Aku tidak mau! Aku sedang menunggu papa di sini!” seru Lily keras-keras.
Jeremy memijat pelipis. “Lily, Papa kalian—”
“Dia di gedung ini!” potong Lily cepat, matanya membulat polos. “Kalau aku pergi, nanti Papa datang dan tidak menemukan Lily. Terus Papa sedih. Papa nangis. Terus Papa sakit hati karena Lily anak tidak berbakti!”
Bocah ini benar-benar penuh drama.
“Lily, papa kalian tidak akan menangis hanya karena—”
“Tentu saja bisa! Papa pasti sensitif!” potong Lily lagi sambil menggeleng-geleng dramatis. Pipi bulatnya ikut bergoyang.
Jeremy ingin pingsan.
Luca yang sejak tadi berdiri dengan kedua tangan di dada tiba-tiba maju. Wajahnya tenang, tapi tatapannya sudah seperti agen rahasia cilik yang siap mengeksekusi.
“Jangan sentuh adikku.”
Jeremy menghela napas panjang. “Paman tidak menyentuhnya. Paman hanya mau memindahkannya!”
Tapi Lily keburu menjerit, “Tidak! Lily tidak mau! Paman mau menculikku kan!”
Jeremy kehilangan akal. Ia akhirnya meraih tangan Lily, dengan lembut.
“Lily, kita pindah sebentar saja, ya? Paman janji akan— argh!” Jeremy memekik kaget saat sesuatu menggigit pergelangan tangannya.
Luca. Si bocah laki-laki itu menggigitnya seperti anak serigala kecil.
“Hei, Kenapa kau menggigit Paman?” pekik Jeremy.
Luca berdiri tegak, tanpa rasa bersalah sedikit pun.
“Kau menyakiti Lily.”
“A-aku hanya ingin dia berdiri!”
“Dari tadi kau menyeretnya,” jawab Luca datar. “Aku memperingatkanmu tiga kali, tapi kau tidak dengar.”
“Tiga kali dari mana? Kau diam saja!”
“Aku memperingatkanmu…dalam hati,” jawab Luca sambil menatap Jeremy seperti dia yang salah.
Jeremy ingin bersujud pasrah pada takdir. Entah kenapa ia merasa Luca sama menyebalkan seperti Edgar.
Lily maju sambil mengusap dada Luca, seakan dia ibu yang menenangkan anaknya.
“Luca, kau tidak boleh menggigit Paman Jeremy. Nanti Paman berubah jadi zombie. Terus kita harus lari ke Korea Selatan karena di drama Korea orang yang digigit pasti mati duluan,” bisik gadis kecil itu.
Jeremy terpaku. Zombie dia bilang? Dasar bocah-bocah ini sudah terkontaminasi oleh film.
“Dengar, Nak, Paman tidak berubah jadi zombie hanya karena digigit,” balas Jeremy akhirnya.
“Benarkan? Kau masih punya detak jantung?”
“Ya!”
“Tidak ada lendir hijau keluar dari mulut?”
“Tidak!”
Lily mengangguk puas. “Syukurlah. Karena kalau Paman jadi zombie, aku harus memukul Paman pakai tas sekolahku. Padahal tas itu baru mama cuci kemarin.”
Jeremy memandang bocah itu dengan campuran lelah dan geli.
Sementara Luca berdiri di depannya seperti bodyguard pribadi Lily.
“Kalau begitu, kalian ikut Paman, ya? Paman antar pulang.” Jeremy mencoba lagi.
Lily langsung menggeleng cepat, pipinya bergoyang lucu. “Tidak Aku belum bertemu Papa! Aku kan sudah janji sama Luca untuk mempertemukan papa dan mama nanti!”
Luca mendengkus pelan. “Itu bukan rencana awal kita, Lily. Kau baru membuatnya lima menit lalu.”
“Tapi tetap saja. Itu rencana, Luca!”
Jeremy merasa kepalanya berdenyut-denyut. Ia mencoba mendekat lagi, tapi Luca melangkah maju, melindungi Lily dengan tubuh kecilnya.
“Paman jangan dekat-dekat,” ujar Luca dengan nada dingin, “Lily menolak, berarti Paman harus mundur.”
“Luca, dia bukan bosmu!” seru Jeremy frustrasi.
“Dia kakakku. Dan aku bodyguard-nya.”
“Sejak kapan?”
“Sejak dia menangis di hari kelahiran kami.”
“Dia bayi, Luca!”
“Justru itu.” Luca menegakkan dagu. “Dia rapuh.”
Jeremy memijat kening. Ini anak benar-benar seperti miniatur Edgar. Dingin, pintar, protektif, dan menyebalkan. Sementara Lily sangat seperti Ava kecil yang manja tapi menggemaskan.
“Ini tidak mungkin! Apa jangan-jangan mereka memang benih tuan Edgar yang dibawa nona Ava?” batin Jeremy. Kepingan-kepingan ingatan dimana hasil laporan lab palsu itu kembali menghampirinya.
Lily tiba-tiba merosot duduk di lantai, memeluk tasnya erat-erat.
“Tidak… Lily… mau… papa!” ucapnya sambil memekik kecil, bibir mungilnya meliuk-liuk seperti donat lembek.
Jeremy secara otomatis menatap Luca, berharap si bocah laki-laki membantu membujuk. Luca malah menatap Lily, lalu Jeremy, lalu Lily lagi.
Kemudian Luca berkata sambil melipat kedua tangan di dada. “Kalau kau terus memaksa Lily, dia akan menangis lebih keras Paman.”
“Bukannya kau bisa menenangkannya?” tanya Jeremy penuh harap.
“Bisa. Tapi aku tidak mau. Karena aku kesal padamu.”
Jeremy mengernyit.
“Kesal? Kenapa kesal?”
“Kau membuat Lily takut. Padahal kau sudah kami pilih jadi paman baik, bukan paman jahat.”
“Siapa yang memutuskan itu?”
“Aku.” Luca menyilangkan tangan. “Dan keputusan itu bisa berubah kalau Paman tetap memaksa mengantar kami pulang.”
Jeremy memandang keduanya cukup lama. Bocah yang satu dramatis, satu lagi seperti mafia kecil.
lanjut kak sem gat terus💪💪💪
apa² jgn² kamu menyukai ivy...
kl iya tamat lah riwayat mu jeremy
untung edgar cocok y coba kl ava ataupun edgar tidak cocok... pastinya mereka disuruh memilik anak lagi🤔
lanjut thor semngat💪💪💪