"Waaa kenapa begini."
Itulah jeritan hati sepasang insan yang di pertemukan di acara perjodohan oleh keluarga mereka yang merupakan mafia terbesar di kota dan membagi kota menjadi dua wilayah. Perjodohan mereka sebagai pewaris adalah kunci perdamaian dan penggabungan dua keluarga mafia yang selalu berselisih dan saling memperebutkan wilayah.
Namun keduanya menjadi sangat bingung dan tidak berani menolak walau mereka ingin menolak karena memiliki kekasih masing masing dan melihat satu sama lain sebagai aib di masa lalu.
Alasannya ketika keduanya sempat melarikan diri dari keluarga mereka karena tidak mau menjadi pewaris sewaktu muda, keduanya bekerja menjadi aktor dan aktris film porno yang selalu tampil bersama dalam setiap syuting.
"Ya, kami mau menikah," ujar keduanya dengan terpaksa demi menjaga perdamaian dua keluarga walau mereka tidak saling mencintai dan hanya tubuh mereka yang saling mengenal satu sama lain.
Mohon di baca dan tinggalkan jejak ya, makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Di sebuah meja yang berada di foodcourt, terlihat Dean dan Layla duduk bersebrangan, diam saja tanpa berbicara sepatah kata pun.
“Sori lama ya beb,”
“En..enggak apa apa beb,” balas Layla.
Seorang pria bertubuh besar dan kekar, memakai kemeja hitam lengan panjang dan celama hitam, berambut cepak dan memakai anting di tambah kalung rantai yang memutari lehernya, menaruh nampan di meja dan duduk di sebelah Layla. Tak lama kemudian, seorang gadis bertubuh seksi namun tidak terlalu tinggi, berparas cantik dan imut dengan rambut nya yang pendek sebahu, mengenakan dress berwarna pink dengan ikat pinggang yang besar duduk di sebelah Dean. Dia mengambil mangkuk makanan dari nampannya dan menaruh di depan Dean,
“Ini makanan kamu sayang,”
“I..iya terima kasih sayang,” balas Dean.
“Yuk makan,” ajak pria di sebelah Layla.
“Iya yuk,” balas gadis di sebelah Dean.
“Ini apa coba, kenapa jadi begini sih,” ujar Dean dan Layla dalam hati sambil tersenyum getir.
******
Kembali ke beberapa saat sebelumnya, Dean dan kekasihnya Yessi baru saja keluar dari bioskop dan berdiri di depan pintu bioskop,
“Bagus ya filmnya, aku ga sangka akhirnya menyedihkan gitu,” ujar Yessi.
“Iya, walau aku udah baca sinopsisnya tapi tetep aja ngerasa sedih,” balas Dean.
“Sekarang kita mau kemana lagi nih ? makan ?” tanya Yessi.
“Iya, yuk, di food court aja ya, tapi kamu ga apa apa nih ga kerja ?” tanya Dean.
“Ga apa apa, kemarin waktu Meri telepon aku, aku langsung memutuskan untuk libur, aku mau nemenin kamu, aku yakin kamu pasti sedih, kamu kan kerja di sana udah lama,” jawab Yessi sambil merangkul lengan Dean.
“Makasih ya sayang, aku ga apa apa kok,” balas Dean.
“Sama sama, yuk kita ke food court, sekalian ada yang mau aku bahas,” balas Yessi.
Mereka berjalan menuju food court yang berada dua lantai di atas dari tempat mereka berada sekarang, selagi berjalan, Dean melirik melihat Yessi, dia penasaran dengan kata kata Yessi dan bertanya,
“Kamu mau ngomong soal apa ?” tanya Dean yang mulai merasa ga enak.
“Gini, beberapa hari lalu, papa jodohin aku sama anak pemilik perusahaan rekanan nya, aku belum mutusin sih mau apa enggak, aku juga ga salahin papa, dia bilang umurku kan udah 26 tahun dan masih belum ada kejelasan apa apa soal pernikahan,” jawab Yessi.
“Gi..gitu ya,” balas Dean yang mulai bingung.
“Kamu mau kan ketemuan ama papa minggu ini, untuk memperjelas aja kalau kita mau nikah,” balas Yessi sambil mendekap lengan Dean.
“I..iya (duh gue musti bilang apa nih, dia ga tau kalau gue anak mafia dan gue udah di jodohin semalem, gimana nih),” ujar Dean terbata.
Dean kembali melihat ke depan, matanya langsung membulat karena dia melihat Layla berjalan ke arahnya bersama dengan seorang pria bertubuh kekar dan tinggi berambut cepak yang merangkul pinggangnya. Layla yang juga berjalan ke arah Dean, terlihat kaget namun dia berusaha keras menutupi kagetnya. Akhirnya kedua pasangan itu berpapasan dan saling melewati, Dean dan Layla bernafas lega, tapi,
“Loh Yessi ?” tanya seorang pria di belakang Dean dan Yessi.
Dean menoleh melihat pria yang menggandeng Layla berbalik dan melihat ke arah Yessi di sebelahnya,
“Kak Anton ?” tanya Yessi.
“Loh dia kenal ?” tanya Dean dalam hati.
“Um...kamu kenal dia beb ?” tanya Layla kepada Anton pura pura sambil melirik Dean.
“Panjang ceritanya beb, (menoleh melihat Yessi) oh ya, kenalin, ini Layla, calon istriku,” ujar Anton.
“Iya salam kenal (menoleh kepada Dean dan menarik Dean sedikit) kenalin juga, ini calon suami ku,” ujar Yessi.
Dean dan Layla bersalaman dengan Yessi dan Anton, kemudian ketika mereka mau saling bersalaman, “gulp,” baik Dean dan Layla menelan saliva mereka dan bersalaman, Yessi dan Anton saling menoleh satu sama lain karena tangan Dean dan Layla masih terpaut, akhirnya keduanya kaget dan melepaskan salaman mereka.
"Wah kalian saling kenal ya ?" tanya Anton.
"Iya nih, jangan jangan kalian udah saling kenal," tambah Yessi.
"Ah enggak (jangan sampai mereka tahu sebelum kesini kita berdua keringetan bareng)," balas Dean dan Layla bersamaan dan tersenyum getir di tambah keringat mulai bercucuran.
“Sayang, kamu kenal Anton ?” tanya Dean kepada Yessi pura pura dan mengalihkan agar Yessi tidak bertanya macam macam.
“Um...tadi aku cerita sedikit kan tentang anak rekanan papa yang di jodohin sama ku, dia ya kak Anton di depan kita ini,” ujar Yessi.
"Hmm ?" gumam Dean dan Layla bersamaan.
“Haha bener, tapi tenang aja, aku dan Yessi menolak kok, aku udah punya calon istri dan aku akan berjuang demi dia, bener ga beb, (menoleh kepada Dean) jadi kamu ga usah cemburu sama aku ya dan kamu juga ga usah cemburu ke Yessi ya beb,” ujar Anton sambil mendekap Layla.
“I..iya beb,” balas Layla tersenyum getir.
“Makanya itu, kebetulan banget ketemuan disini, bener ga kak Anton, kita bisa bikin rencana buat batalin usulan orang tua kita,” balas Yessi.
“Iya bener, kamu Dean ya ? gimana kalo kita ke food court dan makan sama sama, trus kita bahas rencana kita, kamu mau kan ?” tanya Anton kepada Dean.
“Bo..boleh aja,” balas Dean terbata.
Layla melirik melihat Dean dan sebaliknya, mata keduanya menyiratkan, “tolak, cepetan tolak, cepet berbuat sesuatu, katakan apa saja,” kepada satu sama lain. Namun pada akhirnya, kedua pasangan itu meneruskan berjalan ke food court.
******
Kembali ke masa kini, setelah selesai makan dan menyingkirkan piring bekas mereka ke meja sebelah,
“Nah jadi gini, rencana ku, aku mau bawa Layla ke rumah hari sabtu, pas ada kamu dan papa mu dateng kan,” ujar Anton kepada Yessi.
“Iya, aku juga rencana mau bawa Dean ke rumah kamu pas hari sabtu, jadi kita langsung terang terangan aja bilang ke mereka,” balas Yessi.
“Kamu bisa kan beb ?” tanya Anton kepada Layla.
“Kamu juga ga masalah kan sayang ?” tanya Yessi kepada Dean.
“Duk,” terdengar suara di bawah meja, rupanya Layla menendang kaki Dean, “duk,” Dean membalas tendangan Layla, "duk...duk...duk," keduanya saling tendang di bawah meja.
“Gimana ? kok kamu diam aja sih beb ?” tanya Anton lagi.
“I..iya, bisa,” jawab Layla terpaksa.
“Kalo kamu gimana ? jangan diam aja dong,” tanya Yessi kepada Dean.
“Bi..bisa juga,” jawab Dean terpaksa.
“Ok berarti sabtu ya, kita jelasin semua sama orang tua kita,” ujar Anton.
“Sip, aku lega sekarang jadinya kak Anton,” balas Yessi.
“Sreeeg,” Dean dan Layla tiba tiba mendorong kursi mereka ke belakang dan berdiri, kemudian Dean menoleh melihat Yessi.
“Aku ke toilet dulu ya, sayang,” ujar Dean.
“Iya, jangan lama lama ya,” balas Yessi santai.
“Aku juga ke toilet dulu ya beb, bentar kok,” ujar Layla.
“Iya, hebat bisa barengan hahaha, kita tunggu di sini ya,” balas Anton tanpa curiga.
Keduanya langsung berjalan cepat menuju ke arah toilet, sementara Anton dan Yessi bercakap cakap di meja. Setelah berbelok ke gang tempat toilet berada, keduanya langsung saling menarik satu sama lain,
“Gimana sih lo, kenapa ga nolak ?” tanya keduanya bersamaan.
“Aduh baru gue mau ngomong ama Yessi, tentang keluarga gue dan urusan perjodohan kita,” ujar Dean.
“Sama, gue juga baru mau ngomong ama Anton, dari tadi gue nunggu kesempatan, malah jadi begini,” balas Layla.
“Berarti kacau nih, lo ga bilang ama Anton kalau lo anak mafia ?” tanya Dean.
“Enggak, lo sendiri ga bilang kan ama Yessi ? Anton taunya gue anak rantau dari luar kota karena gue ngontrak sendirian,” jawab Layla.
“Sama, Yessi juga taunya gue anak kos dari luar kota,” balas Dean.
“Jadi sekarang gimana nih, papa dan om Mario kan baru akur lagi setelah sekian lama, jangan sampe gara gara kita, mereka malah jadi perang lagi,” balas Layla.
“Itu yang gue khawatirin juga, asli mabok deh,” balas Dean.
“Dah ntar kita bahas aja di hotel,” balas Layla.
“Iya, kita juga harus atur rencana kalo gini,” balas Dean.
Keduanya berbalik berjalan keluar dari gang toilet, tapi ketika hampir keluar, tiba tiba Dean menarik tangan Layla dan langsung memeluk Layla kemudian berbalik,
“Kenapa ?” tanya Layla kaget.
“Hans dan Al, mereka ada di food court,” jawab Dean.
Layla memiringkan kepalanya dan mengintip dari balik tubuh Dean, dia melihat Hans dan Al sedang berjalan jalan di food court dan sepertinya sedang mencari mereka berdua. Keduanya hanya bisa berpelukan tanpa memperlihatkan wajah mereka berharap kedua pengawal mereka segera pergi dari food court.