NovelToon NovelToon
Honey, You Belong To Me

Honey, You Belong To Me

Status: sedang berlangsung
Genre:Bercocok tanam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: koeceng_olen

Karina Yuika seorang gadis yatim piatu, gadis SMK biasa dari Akademi TKJ, gadis yang optimis terhadap hidupnya dan selalu memancarkan aura positif ke orang sekitarnya dan tergantung orangnya se-frekuensi hayuk, sengaja gelud siap adu jotos wkwk. Gadis yang hidup sederhana, bisa mendapatkan perhatian dari seseorang....? Seorang gadis cantik, sederhana, kuat dan kadang-kadang sedikit nakal.

Seorang gadis cantik, didalam hidupnya hanya ada 3 kegemaran: mencari uang, mendapatkan uang, dan mengumpulkan uang! Karina Yuika, gadis yang dijuluki "Si Gadis Cantik"
Kisah seorang gadis cantik dan seorang lelaki yang memiliki watak kejam dan seorang dari masa lalu.

Alfist Anderta Eckart sosok direktur yang dingin!!! dan memandang rendah semua orang;
"Hei, kamu tidak akan bisa kabur lagi!"
'Apa yang harus gw lakukan jika seorang dari keluarga besar mengejarku! Mengapa tidak bisa menjauh?'
"Dengan adanya tanda ini, kamu sudah jadi milikku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon koeceng_olen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hemm

Akhirnya, Karin ditunjukkan ruangannya. Di dalamnya, terdapat pakaian Alfist yang sudah rapi disiapkan. Perasaan campur aduk menghantamnya.

Karin berlari ke kamar mandi, mencari ketenangan. Di depan cermin, dia berusaha menata pikirannya. "Aku harus berpikir jernih sebelum menghadapi nya," katanya pada dirinya sendiri. Dia membersihkan diri dengan cepat, berusaha menghilangkan kebimbangan.

Saat keluar dari kamar mandi. pandangannya tertuju pada pakaian olahraga Alfist di ranjang. Karin merasa tidak nyaman, tapi pakaian lainnya tidak ada. Semua pakaian yang dia pakai berasal dari Alfist. Dengan berat hati, Karin memaksa diri untuk mengenakan pakaian tersebut, Karin merasa tidak nyaman dengan pakaian olahraga yang dipinjamkan Alfist. Kaos putih dengan logo sekolah di dada kiri yang berbeda sekolah dengan nya dan nama Alfist di belakang terasa seperti beban. Celana abu-abu dengan garis putih, dan sepatu olahraga putih dengan sol karet Alfist yang pas, Karin merasa kontras dengan pakaian olahraga yang dipinjamkan. Karin berharap bisa melewati hari ini dengan tenang.

Karin selesai menyiapkan diri, memandang cermin dengan mata yang masih bingung. Dia tahu perjalanan ini belum berakhir, tapi dia ingin menenangkan dirinya sendiri sebelum menghadapi kekacauan di antara mereka.

Terdengar ketukan di pintu. "Karin, Baby?" panggil Alfist dari luar. Suaranya lembut, penuh penyesalan. Karin mengambil napas dalam-dalam dan membuka pintu, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Karin diam dan mata mereka bertemu, mencoba menyembunyikan perasaan campur aduknya. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan. Alfist juga terdiam tak ada pembelaan dari bibir nya itu atas jawaban kebingungan yang ada saat ini, kenapa foto foto nya terpampang di kamar nya, tapi Karin hanya berjalan ke bawah, Alfist memegang tangan Karin. "Baby maafkan aku Baby, aku tahu aku salah. Aku ingin memperbaiki kesalahan ini." katanya dengan suara yang bergetar. Karin menarik tangannya, masih bingung akhirnya hanya diikuti oleh Alfist.

Saat turun ke bawah, Karin melihat Marsel yang menunggu dengan raut wajah bahagia. Karin bingung harus memutuskan apakah akan memberikan kesempatan kedua atau melupakan semuanya. Apakah cintanya masih ada atau sudah hilang? Karin terus mempertanyakan perasaannya sendiri. Apakah dia benar-benar mencintai Alfist? Atau hanya terjebak dalam perasaan sesaat?Apa benar ini cinta?

"Selamat pagi mah, ayo sarapan" suara Marsel membuyarkan pikiran bising nya, Karin mengangguk "Mama bantu nenek dulu ya di dapur"

"Baby" panggil Alfist tapi tak digubris Karin, Karin langsung menuju ke arah nenek di dapur. Menyadari ada yang salah antara Karin dan cucunya, nenek Dianra menyuruh Karin untuk membantu Nek Dianra menyusun sarapan pagi. Mereka berdua saling bercerita dan tertawa, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan. Karin membuat suasana pagi itu seperti tidak terjadi apa-apa.

Karin dan Alfist duduk bersama, tapi suasana terasa tegang. Alfist memegang tangan Karin. "Baby, aku tahu aku salah. Aku ingin memperbaiki kesalahan ini." bisik Alfist

Karin menarik tangannya, mencoba menyembunyikan perasaannya. "Aku perlu waktu, Al." bisik nya juga

Nenek Dianra memperhatikan situasi tersebut dan memutuskan untuk campur. "Anak-anak, makan dulu. Masih banyak waktu untuk berbicara."

Setelah makan, Karin pamit, "Sayang, Mama sekolah dulu, ya. Jaga Nenek, okay?" Marsel membalas dengan senyum, "Ok, Mah, Mama nanti ke sini lagi, kan?" Karin tersenyum dan mengangguk. Nenek Dianra menambahkan, "Jangan lupa, Marsel, jaga nenek baik-baik, Mama akan menghubungi mu nanti, dah"

Nenek Dianra memperhatikan situasi tersebut dan memutuskan untuk campur. "Alfist, antar Karin ke sekolah! Pastikan dia selamat," perintahnya tegas. Alfist mengangguk dan berdiri, menunggu Karin.

Karin berjalan ke luar, menemukan taman yang indah dengan bunga-bunga berwarna, air mancur, dan bangku-bangku kayu. Dia ingin pergi sendiri, tapi ragu karena tidak tahu bagaimana kembali tanpa antaran Alfist. Suasana pagi yang tenang membuatnya merasa lebih bingung.

Alfist mengikuti dari belakang. melihat Karin yang terlihat bingung "Karin, apa yang aku lakukan salah?" tanyanya dengan suara penuh penyesalan dan mata yang berharap. Dia berhenti di samping Karin, menunggu jawabannya. Karin merasakan getaran suara Alfist yang bergetar.

Karin berhenti dan menoleh, menatap Alfist dengan mata yang terbakar "Al, Kau bertanya apa yang kau lakukan salah? Sangat salah Alfist Anderta Eckert, kau memotret Aku diam-diam, tanpa izin, kau tidak sadar yang kau lakukan banjingan? itu adalah pelanggaran privasi, dasar penguntit" Karin menunjuk dada Alfist yang berdegup kencang

Ya, Alfist terluka secara emosional karena dikatakan "banjingan" oleh Karin. Kata tersebut memiliki konotasi negatif dan membuat Alfist merasa tidak dihargai dan dicintai Dia merasa sakit hati dan sedih karena perasaannya tidak dipahami oleh Karin. Reaksi Alfist menunjukkan bahwa dia sangat mencintai Karin.

 "Aku tidak tahu Al, bagaimana hubungan kita sekarang. Aku hanya tahu aku merasa sakit di sini, kau telah menghancurkan kepercayaan ku" tunjuk nya di dada yang kempas kempes.

Alfist mendekati Karin, mata mereka bertemu. "Dengar Baby Aku mencintaimu, Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku sendiri yang pasti aku ingin selalu tahu kau sedang apa melakukan apa, aku hanya ingin melindungi mu, jika aku tidak memantau dirimu Baby, aku tidak tahu kalau kau kenapa kenapa, tapi aku ingin memperbaiki kesalahan ini. Beri aku kesempatan, please"

Karin terdiam, mempertimbangkan kata kata Alfist, dia harus memilih cinta dan kebencian, antara memaafkan dan melupakan.

"Antar aku ke rumah, aku harus pergi ke sekolah, waktu nya tidak banyak" akhirnya hanya itu yang terucap

Di dalam mobil, Karin menatap Alfist dengan mata penuh kesedihan dan kekecewaan. "Dan tanpa sadar, gw telah melewati batas, Alfist? " tanya nya dengan suara terguncang, dia ingat kata kata Alfist jangan melewati batas "Kamu seharusnya sadar, aku hanya seorang kekasih, bukan objek pengawasan. Untuk saat ini, kamu perlu menjauhkan jarak antara kita."

Karin teringat foto-fotonya yang ditemukan di ruangan Alfist. Dia merasa dikhianati, terluka, dan marah. "Bagaimana kamu bisa melakukan ini, Alfist?" tanyanya dengan suara tinggi. "Aku pikir kamu mencintai aku, bukan mengawasi aku."

Alfist memegang tangan Karin, berharap dapat memperbaiki kesalahan. "Jangan jauhkan diri mu, Baby. Tolong, jangan. Aku tidak bisa hidup tanpamu," katanya dengan suara penuh penyesalan Alfist berharap, tangan satu nya mengemudi

Karin menarik tangannya dan menatap Alfist dengan mata penuh air mata. "Saat aku datang ke tempatmu lagi, aku mau kamu buang, bakar, dan hapus semua bukti pengawasan itu. Jangan pernah melakukan hal itu lagi, Alfist. Kamu seperti orang mesum yang aneh. Aku takut!" teriaknya, air matanya mengalir.

Mobil berhenti di depan rumah Karin. "Aku akan memperbaiki kesalahan ini, Baby. Tolong, berikan aku kesempatan," katanya dengan suara penuh harapan.

"Kesempatan? Keputusan apa yang harus aku ambil Al? Apa itu akan mempengaruhi masa depan kita?, ntah melanjutkan atau berpisah? " tanya balik Karin, Karin membuka pintu mobil dan masuk ke rumahnya meninggalkan Alfist yang masih terdiam, Karin merasa lega setelah melepaskan emosi, tapi juga merasa bersalah kerena menyakiti Alfist.

tapi 'Marsel' anak itu bagaimana? dan meskipun rasa cintanya pada Alfist masih ada, dia tidak bisa membiarkan rasa takut mengendalikan hidupnya. Perlahan, Karin menghilang kan pikiran tersebut yang sudah merasakan sebuah Rumah dimana tempat pulang nya disisi Alfist di saat keluarga nya tak satu pun ada di sisi-Nya, tapi seberusaha apapun untuk menemukan jalan pulang Karin merasa di hempaskan. Karin meneteskan air mata dengan cepat Karin menghapus nya dan itu tak luput dilihat dari Alfist dari CCTV kecil yang dia taruh di rumah Karin kecuali Kamar nya dan kamar mandi nya.

1
Dadi Bismarck
Sudah jatuh cinta dengan tokoh-tokohnya, semakin penasaran dengan jalan ceritanya 😍
koeceng_olen: ehehehe, thanks dude😋
total 1 replies
HEEJIN
Menakjubkan!
koeceng_olen: thanks bestie (≧▽≦)
total 1 replies
Carlos Vazquez Hernandez
Ngehubungin perasaan. 💔
koeceng_olen: iya bayangin aja menghubungi perasaan mereka saling pangutan 🍊😋😽
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!