NovelToon NovelToon
Mafia Jatuh Cinta Dengan Gadis Barbar

Mafia Jatuh Cinta Dengan Gadis Barbar

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lince.T

seorang gadis "bar-bar" dengan sikap blak-blakan dan keberanian yang menantang siapa saja, tak pernah peduli pada siapa pun—termasuk seorang pria berbahaya seperti Rafael.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lince.T, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

strategi

Minggu-minggu setelah pertemuan di restoran itu, Liana merasa dirinya semakin terjebak dalam jaring tak terlihat yang mengelilingi Darius. Setiap langkahnya harus dipikirkan matang-matang, dan setiap kata yang diucapkan bisa berpotensi menjadi pedang bermata dua. Dunia ini bukan tempat bagi orang yang ragu, dan Liana tahu itu lebih baik daripada siapa pun. Dia harus menjadi predator di antara semua ini, tidak bisa menjadi mangsa.

Liana kembali bertemu dengan Clara beberapa kali setelah malam itu, berkoordinasi untuk mengumpulkan lebih banyak informasi tentang Darius. Mereka memetakan jaringan orang-orang yang dekat dengan pria itu, mencari celah di antara sekutu-sekutu dan musuh-musuhnya. Dalam dunia seperti ini, siapa yang ada di dekatmu kadang lebih penting daripada siapa yang ada di depanmu.

Suatu hari, Clara mengundang Liana untuk sebuah pertemuan di tempat yang lebih tersembunyi. Mereka berada di ruang bawah tanah sebuah kafe tua yang jarang ada pengunjungnya. Clara sudah menunggu di meja, dengan ekspresi serius di wajahnya.

“Ada kabar baik,” Clara mulai tanpa basa-basi. “Aku berhasil mendapatkan informasi dari salah satu orang dekat Darius. Tampaknya, dia sedang merencanakan pertemuan dengan salah satu kartel besar minggu depan. Jika kita bisa menguasai situasi itu, kita bisa membuatnya terjebak.”

Liana memutar gelas kopi di hadapannya, menatap Clara dengan serius. “Jadi, ini waktunya. Aku bisa masuk ke dalam dan memanfaatkan pertemuan itu?”

Clara mengangguk. “Tepat. Ini adalah peluang besar. Kita harus pastikan Darius merasa aman dengan pertemuan itu, sementara kita mempersiapkan serangan dari dalam. Aku sudah menyiapkan pengalihan, jadi kau akan aman di sana, tapi ini tetap sangat berbahaya.”

Liana menghela napas. Rencana ini berisiko, bahkan untuknya yang sudah terbiasa hidup di tengah bahaya. Tetapi dia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang tidak bisa dilewatkan. Jika dia berhasil, itu akan menjadi titik balik yang menentukan. Darius, yang selalu berada di posisi yang tak tergoyahkan, akan mulai merasakan goncangan yang hebat.

“Apa langkah pertama?” tanya Liana, tatapannya semakin tajam.

“Pertama, kita pastikan kau punya alasan yang kuat untuk berada di sana. Kau harus masuk dengan cara yang tidak mencurigakan. Kita akan mengatur agar kau bertemu dengan orang yang selama ini dipercaya Darius, seseorang yang bisa memperkenalkanmu ke dalam dunia yang lebih dalam lagi.”

Liana mengangguk. “Aku siap. Ini akan menjadi langkah besar, dan aku akan melakukannya dengan hati-hati.”

Clara tersenyum tipis, seolah puas dengan jawaban Liana. “Kita harus berhati-hati. Setiap langkah yang kita ambil bisa mengubah segalanya. Kalau kita salah langkah, semuanya bisa hancur.”

Liana merasa tekanan itu semakin berat. Namun, tekadnya tidak pernah goyah. Dunia yang keras ini bukan tempat untuk orang lemah. Dia sudah terlalu lama berada di luar perhitungan—sekarang, dia akan menjadi bagian dari permainan itu dan mengendalikannya.

Setelah pertemuan tersebut, Liana mulai merencanakan segala sesuatunya dengan seksama. Hari-harinya diisi dengan latihan, mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan yang bisa terjadi dalam pertemuan besar itu. Dia harus memastikan bahwa dirinya tidak hanya aman, tetapi juga bisa mengambil alih kendali tanpa memberikan Darius kesempatan untuk membalas.

Namun, semakin mendalam dia terlibat, semakin banyak hal yang dia temui tentang dirinya sendiri. Dia mulai merasakan konflik batin yang mulai tumbuh dalam dirinya—terutama ketika Darius mulai menunjukkan sisi-sisi dirinya yang lebih manusiawi. Di luar tampaknya keras dan tak terkalahkan, tetapi di hadapan Liana, kadang dia menunjukkan kerentanannya. Darius, yang selama ini hanya dilihatnya sebagai musuh, mulai tampak lebih kompleks.

Malam menjelang, dan Liana berdiri di depan cermin, mengenakan pakaian yang sudah dipilih dengan hati-hati—bukan hanya untuk memikat, tetapi untuk menunjukkan bahwa dia adalah pemain yang serius dalam permainan ini. Sebelum melangkah keluar, dia memejamkan mata sejenak, memusatkan pikirannya pada tujuan yang lebih besar.

“Ini bukan tentang siapa kita sekarang, tapi siapa kita bisa jadi nanti,” bisiknya pada dirinya sendiri.

Dengan langkah mantap, Liana keluar dari apartemennya, siap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Dunia ini penuh dengan kekuasaan dan tipu daya, dan Liana tahu bahwa hanya dengan menjadi lebih kuat dia bisa bertahan hidup.

Darius, bagaimanapun, akan segera tahu bahwa dia bukan satu-satunya yang bisa bermain keras. Liana siap untuk mengguncang dunia yang telah dia bangun.Liana menyusuri jalanan malam kota, setiap langkahnya terasa seperti mengukir takdir yang baru. Pikiran dan hatinya dipenuhi perhitungan matang tentang apa yang akan terjadi dalam pertemuan dengan Darius dan kartel besar itu. Dia tahu, kali ini akan berbeda. Tidak ada ruang untuk keraguan, tidak ada kesempatan untuk salah langkah. Jika dia gagal, bukan hanya mimpinya yang hancur, tapi juga kemungkinan hidupnya yang aman.

Saat tiba di tempat yang telah ditentukan, sebuah gedung pertemuan yang terlihat biasa-biasa saja, Liana berhenti sejenak, mengatur napas. Pintu utama terbuka otomatis saat dia mendekat, dan suasana di dalam gedung langsung terasa tegang. Ruangan besar dengan pencahayaan redup, meja bundar besar di tengah, dan kursi-kursi berlapis kulit hitam sudah dipersiapkan. Dari balik dinding kaca, Liana bisa melihat beberapa pria berbicara dengan suara rendah, wajah mereka serius dan penuh kewaspadaan. Tidak ada tawa, hanya perbincangan tentang bisnis besar yang akan mereka jalankan.

Di ujung ruangan, di samping meja utama, ada Darius, berdiri dengan sikap tenang dan berwibawa. Tatapannya penuh perhitungan, seolah dia bisa melihat lewat semua topeng yang dikenakan orang-orang di sekitarnya. Liana tidak bisa mengabaikan ketegasan dalam diri Darius. Ada sesuatu yang mengintimidasi dalam cara dia berinteraksi dengan orang-orang, sesuatu yang membuat Liana merasa berada di ujung jurang.

Namun, dia tidak datang untuk takut. Liana tahu dia datang dengan satu tujuan—untuk membuat Darius merasa terancam, untuk meruntuhkan kekuasaannya sedikit demi sedikit.

“Gadis itu, dia...?” suara seorang pria terdengar di belakang Liana, membuyarkan lamunannya. Liana menoleh, dan seorang pria tinggi besar dengan wajah serius menghampirinya.

“Aku Liana,” jawabnya tegas, tetap menjaga sikap santainya. “Aku ada di sini untuk urusan bisnis.”

Pria itu mengangguk, seolah sudah mendengar namanya sebelumnya, lalu mengarahkan Liana menuju Darius yang sedang duduk dengan tenang di kursi kepala meja. Darius menoleh, mata mereka bertemu. Sesaat, ada ketegangan yang menyelimuti udara di sekitar mereka.

“Aku dengar kau punya sesuatu yang bisa menarik perhatian,” ujar Darius, suaranya tenang, namun dalam ada kekuatan yang tak terungkapkan.

Liana menatapnya, mempertahankan ketenangan meski jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. "Aku punya banyak hal yang bisa menguntungkan kita berdua. Tapi aku ingin tahu, seberapa besar kau bersedia berinvestasi untuk sebuah kesepakatan yang bisa mengubah segalanya?"

Darius tersenyum tipis, sedikit menundukkan kepala. “Bukan hanya uang yang bisa mengubah segalanya, Liana. Semua ini adalah tentang kekuasaan. Dan aku tidak akan menganggap remeh seseorang yang datang ke sini tanpa tahu apa yang dia lakukan.”

Liana mengangguk, merasa perlahan-lahan masuk ke dalam permainan yang sangat berbahaya ini. “Aku mengerti, Darius. Tapi ingat satu hal—kekuasaan itu bisa dipertahankan dengan satu hal yang lebih kuat daripada uang atau senjata.”

“Oh? Apa itu?” tanya Darius, masih dengan senyuman yang tak begitu ramah.

Liana menyeringai. “Keberanian. Dan kau, Darius, akan segera tahu betapa beraninya aku.”

Suasana ruangan semakin tegang. Liana merasa seluruh percakapan ini adalah sebuah ujian—sebuah pertaruhan besar yang bisa mengubah segalanya dalam sekejap. Dia tahu betul, bahwa jika Darius menganggapnya remeh, dia akan menyesal. Dan jika dia gagal, maka Darius tidak akan memberikan ampun.

Sambil mengamati reaksi Darius, Liana merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar permainan ini. Ada daya tarik yang kuat antara mereka, meskipun keduanya tahu bahwa mereka berada di pihak yang berseberangan. Liana tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa, meskipun mereka saling bertentangan, ada rasa hormat yang tersirat di antara mereka. Darius, dengan segala kekuasaannya, tahu bagaimana menghargai keteguhan hati.

“Bagaimana jika kita mulai dengan langkah pertama?” kata Darius akhirnya, tatapannya semakin intens.

Liana mengangguk, matanya berkilat tajam. “Langkah pertama adalah membangun kepercayaan. Aku ingin tahu apa yang bisa kau tawarkan, Darius.”

“Apa yang aku tawarkan?” tanya Darius, sesaat tampak berpikir. “Aku tawarkan kekuasaan, Liana. Dengan itu, kita bisa membuat dunia ini tunduk.”

Liana tersenyum penuh perhitungan. “Aku tahu apa yang kau tawarkan, Darius. Tetapi aku ingin tahu, seberapa jauh kau siap melangkah untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar daripada kekuasaan itu sendiri.”

Di ruangan itu, keduanya berada dalam permainan yang jauh lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan. Dalam diam, mereka tahu bahwa malam ini akan menjadi titik balik—sebuah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar, dan berbahaya.

1
Nur Icha
kenapa di ulang "si
Maya Sukma
yeah
Maya Sukma
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!