Dina, seorang janda muda, mencoba bangkit setelah kehilangan suaminya. Pertemuan tak terduga dengan Arga, pria yang juga menyimpan luka masa lalu, perlahan membuka hatinya yang tertutup. Lewat momen-momen manis dan ujian kepercayaan, keduanya menemukan keberanian untuk mencintai lagi. "Janda Muda Memikat Hatiku" adalah kisah tentang cinta kedua yang hadir di saat tak terduga, membuktikan bahwa hati yang terluka pun bisa kembali bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Janji yang Terucap
Pagi itu, langit tampak cerah, biru tanpa awan. Angin sepoi-sepoi berhembus pelan, membawa harum bunga yang bermekaran di kebun kecil di belakang rumah mereka. Di dalam rumah, kehidupan baru yang mereka jalani sebagai orang tua semakin terasa nyata. Dina dan Arga menikmati momen ini dengan penuh kebahagiaan, meski keduanya tahu, perjalanan ini bukan tanpa tantangan.
Anak mereka, Rara, baru saja genap dua bulan. Kehadirannya membawa kebahagiaan luar biasa, namun juga kesulitan yang harus mereka hadapi bersama. Seperti halnya banyak pasangan muda lainnya, Dina dan Arga tengah beradaptasi dengan peran baru mereka sebagai orang tua.
Pagi itu, setelah sarapan sederhana yang Dina siapkan, Arga memutuskan untuk membawa Dina dan Rara ke taman. Dina yang kini telah beradaptasi dengan peran sebagai ibu, merasa bahwa waktu berjalan begitu cepat. Rara tumbuh pesat, dan rasanya baru kemarin mereka membawa pulang bayi mungil itu dari rumah sakit.
Sambil menggendong Rara dengan lembut, Dina berjalan berdampingan dengan Arga menuju taman. Arga selalu tahu cara untuk mencairkan suasana, bahkan di tengah kebingungannya sebagai ayah baru.
"Kamu tahu nggak, sayang?" Arga mulai bicara dengan nada jenaka. "Aku merasa sudah menjadi ayah yang keren, walaupun kadang bingung harus ngapain dengan Rara."
Dina tertawa kecil, matanya yang cerah memandang suaminya dengan penuh kasih. "Aku rasa kamu lebih keren dari yang kamu kira, Arga. Lihat saja Rara, dia selalu tenang kalau kamu yang menggendongnya."
Arga tersenyum bangga, meskipun ada rasa gugup yang masih sering datang ketika ia harus menangani urusan bayi. Namun, berbicara dengan Dina, membuat segalanya terasa lebih ringan. "Kalau begitu, kita harus sering-sering pergi keluar, ya. Aku nggak mau Rara jadi anak yang cuma bisa di rumah aja."
Dina mengangguk setuju. "Aku setuju. Kita bisa bawa Rara jalan-jalan ke taman atau bahkan ke pantai. Pasti seru."
Mereka terus berjalan, menikmati momen kebersamaan yang semakin terasa berharga. Setelah beberapa langkah, mereka tiba di taman. Pohon-pohon rindang memberikan naungan yang nyaman, dan suasana taman yang tenang membuat keduanya merasa damai. Dina duduk di bangku taman yang terletak di bawah pohon besar, sementara Arga mengatur selimut dan tempat tidur bayi untuk Rara.
"Aku rasa kita perlu lebih banyak waktu seperti ini," kata Dina dengan suara lembut, menatap Arga dengan penuh perhatian. "Waktu untuk kita berdua, tanpa gangguan. Kita bisa berbicara, berbagi mimpi, atau hanya duduk bersama."
Arga duduk di sampingnya, menggenggam tangan Dina dengan erat. "Aku paham, sayang. Ini juga yang aku harapkan. Kita perlu meluangkan waktu untuk kita berdua. Walaupun kita punya Rara sekarang, kita tetap harus menjaga hubungan kita."
Dina tersenyum, menyandarkan kepala di bahu Arga. "Aku tahu kamu selalu berusaha. Dan aku ingin kita terus seperti ini, berbagi hidup dengan penuh cinta."
Mereka berdua duduk dalam keheningan yang hangat, menikmati detik-detik kebersamaan yang semakin berarti seiring berjalannya waktu. Meskipun mereka tahu kehidupan tidak akan selalu mulus, satu hal yang pasti—mereka akan selalu ada untuk satu sama lain.
Setelah beberapa lama, Arga memutuskan untuk berbicara lebih serius. "Dina, aku tahu kita banyak melalui perubahan besar dalam hidup kita. Rara, pekerjaan, dan semua yang datang bersamanya. Tapi aku ingin kamu tahu, aku selalu berkomitmen pada kamu. Tidak peduli apapun yang terjadi, kamu adalah prioritas utama dalam hidupku."
Dina menatap Arga dengan mata yang berbinar. Kata-kata itu membuat hatinya berdebar. "Aku tahu itu, Arga. Aku merasa begitu beruntung memilikinya di sisi aku. Kamu adalah pasangan yang luar biasa."
Arga tersenyum dengan lembut, memeluk Dina dengan penuh kasih. "Dan aku akan terus berusaha menjadi suami dan ayah yang terbaik untuk kita. Rara membutuhkan kita berdua, dan aku tahu kita bisa memberikan yang terbaik untuknya."
Dina merasa kehangatan dalam pelukan itu, sebuah jaminan bahwa mereka berdua akan selalu menghadapi masa depan bersama. Ia menatap mata Arga yang penuh harapan, dan di dalam hati, ia juga berjanji akan selalu mendukungnya.
"Sama seperti kamu, Arga. Aku juga berjanji akan selalu ada untukmu, baik saat senang maupun saat susah. Kita akan selalu berjalan bersama, melewati semuanya sebagai keluarga."
Setelah beberapa saat berpelukan, mereka memutuskan untuk berjalan lagi. Kali ini, mereka berjalan lebih jauh ke dalam taman, menikmati udara segar dan sinar matahari yang memancar dari balik pepohonan. Dina menggendong Rara, yang kini terbangun dari tidurnya. Bayi itu menatap dunia dengan mata besar yang penuh rasa ingin tahu.
"Rara, lihat, ini dunia luar. Banyak hal yang akan kamu pelajari," ujar Arga dengan lembut, menatap bayinya dengan penuh kasih.
Dina tersenyum, merasakan cinta yang begitu besar dalam dirinya. Melihat Arga yang begitu penuh perhatian kepada Rara membuat hatinya semakin bangga. Arga adalah ayah yang luar biasa, dan dia tahu mereka berdua akan membuat dunia menjadi tempat yang indah bagi anak mereka.
Mereka terus berjalan di sepanjang jalan setapak taman, menikmati kebersamaan itu dalam diam. Setiap langkah terasa penuh makna, dan setiap detik bersama terasa begitu berharga. Waktu seakan berhenti, memberi mereka kesempatan untuk merasakan kebahagiaan yang sejati.
Sore hari, ketika mereka kembali ke rumah, Arga duduk di teras, menatap Dina dan Rara dengan penuh cinta. Dina duduk di sampingnya, meletakkan Rara di pangkuannya. Mereka berdua saling tersenyum, merasakan kedamaian dalam hati masing-masing.
"Rara, kamu adalah anugerah terbesar yang pernah kita terima," kata Arga dengan suara penuh emosi, menatap anak mereka dengan penuh kasih sayang. "Kamu membuat hidup kita lebih berarti."
Dina mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Aku juga merasa begitu, Arga. Kita akan selalu melindungimu, memberikan yang terbaik untukmu."
Mereka berdua berpelukan, dan Rara, yang kini sudah mulai tertidur di pangkuan Dina, membuat momen itu semakin sempurna. Kehidupan baru yang mereka jalani sebagai keluarga mungkin penuh tantangan, tetapi satu hal yang pasti—mereka saling mencintai dan akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik.