Warning ❗
Mengandung kata-kata mutiara (sebaliknya).
Bacalah dengan bijak, tidak suka pun tak apa bisa skip ya🤗
Alexa gadis berusia 20 tahun, anak broken heart. 3 tahun lamanya ia tinggal sendiri disalah satu rumah mewah setelah kedua orang tuanya cerai, dan melanjutkan kehidupan mereka bersama pasangannya masing-masing.
Kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua. Menjadi Alexa tidak membatasi dirinya didunia malam. Kerap kali ia selalu menghabiskan malam bersama teman-temannya dan pulang larut malam dalam keadaan mabuk.
Pada suatu hari ia bertemu seseorang disebuah club malam dan berkenalan dengan seorang pemuda.
Satu malam yang panjang, mengubah kehidupan Alexa pada saat itu.
Next untuk mulai baca👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Lo gila, Van!"
Alexa melengos mengacuhkan pria itu, tak perduli Evan akan menunggunya hingga kapan, disisi lain Evan sendiri tidak menyerah pria itu menghentikan langkahnya dan menahan Alexa untuk tetap disana.
"Apa perasaan Lo, sedikitpun gak ada buat gue Lex?"
Alexa tercenung sejenak memalingkan wajahnya dari pandangan Evan, gadis itu mematung seolah bibirnya Kelu tanpa mampu untuk menjawab pertanyaan Evan yang saat ini tengah menunggu jawaban darinya.
Wanita itu terus bergeming. Akan tetapi Alexa jelas tak ingin menjawab nya, sekeras mungkin ia berusaha melepaskan tangan nya dari cengkraman Evan. Dan berusaha menghindari pertanyaan nya yang tidak ingin ia jawab.
Evan terus menahan tangan Alexa hingga wanita itu mulai meringis kesakitan dipergelangan nya, seketika Evan melepaskan genggaman nya dan membiarkan Alexa pergi dari sana meninggalkan dia seorang diri.
Pria itu tak lagi memaksa nya ia cukup mengerti sikap Alexa, dan akan senantiasa menunggu Alexa siap untuk membuka hati untuknya. Setelah tidak ada lagi percakapan diantara mereka Evan meletakkan makan siang itu diatas meja dan berharap Alexa memakan nya dikala ia sudah lapar.
Tanpa berpamitan pada Alexa Evan pergi, dan meninggalkan rumah itu ia kembali melanjutkan pekerjaan nya yang sengaja ia tunda hanya untuk mengantarkan makan siang khusus untuk Alexa.
Alexa termenung sendirian wanita itu duduk ditepi ranjang bagai orang yang tengah kebingungan. Ada hal aneh yang terselip didalam hati kecilnya namun entahlah itu apa?
Ia terus terngiang-ngiang dengan ucapan Evan, sejak ia mengatakan jika pria itu suka padanya membuat Alexa dilema.
Bahkan untuk melakukan apapun ia merasa serba salah, setiap pekerjaan yang ia kerjakan selalu yang ia lihat itu wajah kakak tirinya, Evan berhasil membuat Alexa gagal fokus kini dibenak nya kini hanya dipenuhi oleh perkataan Evan.
Alexa berusaha menolak pikiran tentang Evan, dengan bergegas Alexa bersiap, setelah ia selesai gadis itu pergi seraya membawa kunci cadangan. Ia pergi mengenakan kaos pendek juga celana jeans tak lupa membawa tas kecil yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi, penampilan nya yang sederhana namun terlihat begitu menawan terlebih bentuk tubuhnya yang masih ideal ramping, bak seolah gadis SMA.
Rambutnya terurai bergelombang, wajahnya polos tanpa polesan makeup terlihat masih begitu natural dan cantik mempesona, ia hanya menggunakan pelembab bibir tipis-tipis agar tidak terlalu pucat.
Tanpa memberitahukan orang rumah Alexa pergi menggunakan ojek online, berniat untuk menyegarkan pikiran dari hal-hal yang membuatnya sesak.
Sesampainya Alexa berhenti di sebuah rumah sakit dikota. Gadis itu pergi keruang melati nomor 9 dimana anak Dina dirawat.
Beberapa saat kemudian terdengar jeritan seorang wanita menangis histeris membuat ia ikutan merasa sakit yang menyayat, jeritan tangis dari suara yang sudah ia kenal baik.
Alexa bergegas mencari tahu asal suara itu, yang ternyata berasal dari kamar rawat anak Dina.
Betapa terkejutnya Alexa , melihat Dina tengah menangis sejadi-jadinya memeluk tubuh anaknya yang sudah tak bernyawa. Kain putih menutupi tubuh anak berusia 5 tahun, yang sudah terbujur kaku tak bergerak.
"Din.."
Dina menoleh, kedua matanya sembab. Ia berlari kearah Alexa dan segera menariknya kedepan dokter dan beberapa perawat yang hendak membawa jasad anaknya ke ruang mayat.
"Alexa bilang sama mereka kalau anak ku hanya tidur, dia sedang tertidur. Dia akan segera bangun untuk minum obat, bilang sama mereka. Dokter anakku akan sembuh dok, dia gak meninggal dokter! suster! Tolong lepaskan kain itu dari tubuh anak saya!"
Dina begitu terpukul atas kepergian anaknya, derai tangis Dina terus mengalir ketika tubuh anak kecil itu digiring menuju kamar mayat.
Hancur seketika hati seorang ibu ketika kehilangan anak satu-satunya, yang ia cintai, yang ia lahirkan dengan taruhan nyawa, yang ia besarkan dengan kedua tangannya hingga ia bisa berjalan kini telah tenang dipangkuan tuhan.
"Din, yang sabar ya." ucap Alexa berusaha menguatkan Dina yang tengah rapuh saat ini.
Hiks.. Hiks..
Hari itu juga ambulance mengantarkan Leo ke rumah mereka, untuk di kebumikan.
Kedatangan jasad Leo dibanjiri kesedihan orang-orang terdekat, juga keluarga mereka. Anak itu dikenal sangat baik, ceria periang juga penurut banyak orang menyukai anak itu namun lain dengan suaminya, ayah Ari Leo. Pria itu hanya asyik dengan botol minuman tanpa peduli pada anaknya yang kini sudah tidak bernyawa.
Setelah selesai dimandikan kemudian pakaikan lah pakaian terakhir yang dibalutkan ke tubuhnya, selembar kain putih bersih tanpa noda.
Setelah selesai, almarhum Leo dikebumikan, kepergiannya diiringi deraian air mata kesedihan kehilangan putra kesayangan keluarga Dina.
Awan tiba-tiba bergelayut mendung, seolah alam pun ikut bersedih dan kehilangan sosok Leo.
"Leoo... "jerit Dina histeris melihat jasad anak semata wayangnya dimasukkan ke liang lahat.
"Din, lo yang lapang dada ya. Sekarang Leo udah tenang dia gak kesakitan lagi, Lo harus percaya Leo sekarang udah bahagia disana." ucap Alexa.
"Dina tambahkan hati kamu, nak. Tuhan lebih sayang sama Leo, kamu harus tetap tabah dan kuat. Leo gak akan suka lihat kamu larut dalam kesedihan."salah satu keluarga Dina mencoba menenangkan Dina, Ketika ia masih histeris melihat tubuh putranya sudah ditutupi tanah.
Denting ponsel Alexa berbunyi. Segera ia menjauh dari acara pemakaman, untuk mengangkat telepon itu.
"Hmm ... Apa?"
"Lo dimana?"
"Gue lagi di pemakaman."
"Siapa yang meninggal?"
"Anak nya Dina."
"Gue kesana sekarang"
Sambungan terputus.
Alexa kembali ke tengah-tengah acara pemakaman, ia berusaha membujuk Dina untuk pulang terlebih hari sudah menjelang sore langit pun mulai bergemuruh menunjukkan jika akan segera turun hujan.
"Din, kita pulang?"
Dina menggeleng, wanita itu menolak untuk kembali, dimana semua orang sudah meninggalkan tempat pemakaman, Dina masih bersikeras ingin tetap berada disamping putranya.
"Dina, gue tahu kesedihan Lo tapi Lo juga harus inget Leo pasti akan ikut bersedih melihat Lo terpuruk seperti ini."
Dina menepis kedua tangan Alexa dengan kasar, hingga ia terjatuh ke tanah.
"Kamu gak akan tahu rasanya kehilangan, karena kamu belum merasakan punya anak. Bagaimana kamu mengurus mereka dari kecil hingga sebesar ini, aku yang melahirkan nya aku yang bertaruh nyawa saat aku melahirkan nya mana mungkin kamu tahu perasaan ku!"
Alexa diam membisu. Mungkin ucapannya sudah menyinggung perasaan Dina sehingga ia marah.
Gemuruh hujan semakin deras membasahi tubuhnya, Evan pun datang dan gegas membantu Alexa untuk berdiri.
"Din! Dia temen Lo!"
"Kalian gak akan tahu perasaan aku, aku hancur Alexa, pak Evan. Perasaan ku sedang hancur, yang tengah terbaring dibawah tanah ini adalah anak ku darah dagingku!"
Alexa menunduk.
"Saya tahu kamu sedang bersedih, Alexa hanya ingin kamu menjadi orang yang kuat Din, kasihan anak kamu pasti dia ikut bersedih melihat ibunya terus bersedih. Kita memang belum merasakan menjadi orang tua tapi kita tahu betapa sakitnya hati kamu, perjalanan kamu masih panjang, Din. Tambahkan hati kamu setidaknya untuk mendiang anak kamu."
Dina seketika rubuh ia menangis sesenggukan memeluk tumpukan tanah yang menggunung menutupi tubuh anaknya.
Alexa turut terluka juga melihat sahabatnya terpuruk, Dina amat terguncang atas kepergian Leo.
Setelah Alexa dan Evan mengantarkan Dina kerumahnya, mereka pun kembali pulang dalam keadaan basah kuyup.