Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Matamu sembap." Koa duduk diteras bangunan yang mereka sebut masjid itu menoleh dan mendapati Jingga dengan wajah sendunya. Ia menunggu cukup lama bahkan sampai semua jamaah maghrib pulang.
"Semua karena dirimu!" ketus Jingga, seraya mengambil posisi duduk persis disamping Koa.
"Aku tidak menyangka dibalik Koa yang urakan dan Perokok ternyata ia cukup alim." Jingga kemudian tersenyum pada pria disampingnya.
"Aku bahkan tidak paham semua bacaannya, hanya sebagian saja. Naluri hanya menuntunku untuk mengikuti gerakan mereka kemudian di akhir aku akan berdoa kepadanya agar memberi tempat terbaik bagi ibu, bapak, dan kedua adik perempuanku. Aku melakukanya bukan karena alim atau ingin dipuji, aku melakukannya karena hanya akulah yang tersisa untuk mendoakan mereka."
perkataan Koa barusan bagai sebilah pisau yang menancap tepat dijantung Jingga. Ia juga hanya sendiri dan satu satunya harapan bagi kedua orang tuanya, tapi apa yang ia lakukan selama ini? Dunianya seakan berpusat hanya pada satu orang saja. Danish Bratajaya.
Jingga lagi lagi mengusap air matanya.
"Sudah....sudah....." Koa mengusap kepala Jingga penuh kasih, "Kita sama Jingga, ingat tak ada kata terlambat. Sama seperti pintu masjid ini yang terbuka dua puluh empat jam, Tuhan juga memiliki waktu yang tak terbatas untuk mendengar setiap doa doa kita."
"Aku tidak pernah menyangka kata kata seperti ini akan keluar dari bibir Seorang Koa. Apakah kau memang orang yang dikirim tuhan untuk menghiburku?" Jingga menatap lamat kedua netra Koa.
hah....Koa menghela nafas yang panjang kemudian tersenyum lebar. Wanita didepannya benar benar sanggup membangkitkan jiwa hero didalam tubuhnya.
"Jangan pernah menangis didepan pria lain seperti ini! Kecuali dihadapanku dan suamimu hemmm... Ayo pulang!"
.
.
.
Koa hanya mengantarkan Jingga hingga depan gerbang perumahannya setelahnya ia meminta sang supir untuk menjemputnya.
Baru kali ini Jingga tersenyum ketika pulang kerumahnya. Tepatnya setelah mengetahui kehadiran wanita lain dihati suaminya.
Setelah masuk kedalam rumah, Jingga bergegas kedapur, ia membuka kulkas kemudian duduk dimeja makan menyantap makan malam yang sudah disiapkan pelayannya. Tetiba Jingga didera rasa bersalah karena tak mengajak Koa makan bersama padahal pria itu sudah membuat Mood nya mendadak baik.
Hah....Jingga kehilangan selera makannya ia kemudian minum dan membawa piring kotornya sendiri ke wastafel untuk dicuci.
Biasanya Jingga masak sendiri, tiga tahun ini ia berusaha menjadi seorang istri yang baik meski Danish senantiasa bersikap acuh tak acuh. Jingga yakin suatu saat suaminya akan membuka hati.
Lagi pula apa kurangnya seorang Jingga? Ia cantik, bodynya bagus dengan tinggi badan seratus lima puluh sembilan centi meter, Karakternya yang ceria membuat Jingga yakin Sang suami cepat atau lambat pasti akan jatuh hati.
Namun semuanya ternyata salah, Danish masih menyimpan satu nama wanita yang tak akan pernah ia lupakan.
Jingga kembali tersenyum getir, tapi perkataan Koa yang menyuruhnya bahagia kembali menghadirkan senyum bahagia yang ia paksakan.
"Bahagia!" Jingga bergumam lirih. Entahlah mungkin ia harus pasrah, apapun akhirnya kelak Jingga akan tetap berusaha untuk Bahagia.
Jingga naik kelantai atas dengan tangga sembari berjalan perlahan, menghitung satu persatu undakan yang nampak indah karena dilapisi dengan karpet merah menyala dengan pinggiran kuning keemasan. Sesampainya dikamar yang gelap ia tak langsung menyalakan lampu. Ia terlebih dahulu membersihkan tubuhnya kemudian masuk kedalam Walk in closet untuk mengenakan gaun tidurnya. Sama sekali tak terlintas sedikitpun keberadaan Danish saat ini dibenaknya, ia fikir pria itu kemungkinan kencan bersama sang kekasih dengan berkedok lembur seperti biasanya.
Sudah basi!
Jingga baru menyalakan lampu saat ia sudah bersiap untuk tertidur setelah sebelumnya mungkin ia akan bermain game offline diponselnya sebentar.
Namun Wanita berusia dua puluh empat tahun itu dibuat terperanjat saat mendapati sang suami ternyata sudah duduk disofa sembari menatapnya dengan tatapan tajam.
"Abang?" Gumam Jingga, ia kemudian melirik jam dinding yang terpatri didinding, dan masih menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit.
Tidak biasanya pria itu kembali secepat ini dari kantor.
"Dari mana?" terdengar sekali jika suara bariton itu tengah menahan amarah.
"Cari angin segar bang." jawab Jingga acuh, ia berjalan melewati Danish setelah mengambil ponsel dari dalam tas yang ia bawa tadi sore.
sesuai rencana Jingga tetap akan bermain ponsel sebelum tidur.
"Setiap sore?" Danish tersenyum sangat miring, ia teringat laporan Bi Asih jika hampir setiap Sore Jingga keluar dengan dalih mencari angin segar.
"Hemmm." jawab Jingga Santai, kali ini ia sudah duduk diranjang seraya menyandarkan punggung di headboard tempat tidur berukuran King size itu.
"Aku juga butuh selingan diluar bang!" jawab jingga dengan senyuman kecilnya. tapi fokusnya pada hasil jepretan jarak jauh yang ia ambil di pinggir pantai. Sebuah gambar yang memperlihatkan bagaimana Seorang pria yang wajahnya ditutupi topi tengah asyik melukis wanita paruh baya dihadapannya.
"Kau memblok nomorku Jingga?"
"Tidak," jawab Jingga lembut, ia memang tidak memblok nomor suaminya, "Aku hanya tidak mengaktifkan datanya, jika Abang menelponku dengan panggilan biasa mungkin akan terhubung, sayangnya abang tidak berusaha." Jingga kembali tersenyum namun kali ini terlihat begitu miris.
Danish tidak terima dengan anggapan Jingga yang mengatakan ia tidak berusaha, padahal puluhan pesan dan panggilan ia lakukan demi menghubungi istrinya.
lagi pula siapa yang melakukan panggilan biasa jaman sekarang?
"Aktifkan Wifimu! Maka kau akan melihat berapa pesan dariku!"
"Tidak bang, aku sekarang hanya mengaktifkannya disaat penting saja." Jingga mengepalkan tangannya dibalik selimut. Bagaimana tidak saat ia membuka media sosial dimana ia banyak berteman dengan teman teman suaminya atau orang orang diperusahaan, ia akan mendapati banyak foto Danish dan Alea yang terlihat begitu serasi. Entah itu menghadiri pesta, makan makan perusahaan atau sekedar bertemu kolega bisnis. Dan Jingga muak akan hal itu, ia sakit dan takut tak bisa menahannya.
Danish memijat kedua pelipisnya kuat, entah apa yang sebenarnya terjadi dengan istrinya.
"Abang sini," Jingga akhirnya ingin berdamai, ia akan memasrahkan segalanya mengenai nasib rumah tangga ini, bagaimanapun ia tak bisa bersikap acuh begini kepada Danish.
"Baring disini," Jingga menepuk pahanya setelah menyingkap selimut yang ia kenakan, seperti inilah Jingga selama ini selalu memanjakan Danish.
Tanpa fikir panjang Danish bagai anak ayam yang menurut pada induknya, kemarahan yang sempat ia rasakan seketika lenyap begitu saja. Ia memang merindukan sosok Jingga yang seperti ini.
Danish merebahkan kepalanya diatas pangkuan sang istri dan mulai memejamkan mata sesaat setelah tangan lembut Jingga yang hangat memijat area kepalanya.
"Apa Abang harus ganti minuman kolagen ya? Disini sudah ada keriput." Jingga menunjuk nunjuk ujung mata Danish namun pria itu tetap bergeming dengan rasa nyaman yang sudah lama tak ia rasakan.
"Jangan terlalu lelah bang, biarkan anak buah abang yang berfikir, tugas bos hanya bersantai saja." Jingga teringat merk Susu UHT keluaran perusahaan suaminya yang penjualannya memang sempat merosot tajam, biasanya produk itu masih masuk lima besar namun akhir akhir ini semakin banyak saingan sehingga anjlok di peringkan delapan, itu sebenarnya masih bagus karena masih masuk sepuluh besar penjualan terlaris.
"Nanti saat aku gak ada Abang harus ingat semua pesan pesan ini, selama ini aku selalu cerewet megirimi abang pesan karena tak ingin abang telat makan akibat pekerjaan."
Danish membuka matanya dan mendapati kedua netra Jingga tampak ber embun. Ia kemudian duduk sembari menatap Jingga dengan tajam.
"Tarik kembali kata kata mu! Kau seperti akan pergi jauh saja." Tegas Danish.
"Takdir tidak ada yang tahu bang....ah aku kamar mandi sebentar." Jingga beranjak dan masuk kedalam kamar mandi, meninggalkan Danish yang terus menatap punggung terbuka sang Istri yang memang mengenakan gaun tidur yang mengekspose tubuh bagian belakangnya.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)