Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Keesokan harinya
Suasana kelas kini sedang ramai dengan suara-suara dari seluruh siswa karena jam pelajaran belum di mulai sesudah jam istirahat.
Tama yang sedang mengobrol sambil berdiri di meja Husna tiba-tiba dihampiri oleh Wulan yang datang dari arah luar.
Tapi ada yang janggal, Wulan datang dengan wajah masam dan juga ada raut kesedihan terpancar dalam dirinya.
Wulan langsung duduk di samping Husna melamun dengan tatapan kosong seperti sedang ada yang dia pikirkan.
"Kenapa dia?" Bisik Tama yang masih berdiri di samping mereka kepada Husna sambil menggelengkan wajah ke arah Wulan.
"Nggak tahu." Jawab Husna pelan hampir tak ada suara sambil mengangkat kedua bahunya karena dia juga tidak tahu.
Husna dan Tama yang sama-sama jadi bingung kenapa Wulan tiba-tiba jadi pendiam seperti ini hanya bisa saling pandang kebingungan apa yang harus mereka lakukan. Karena biasanya Wulan selalu ceria bahkan bisa dibilang dia adalah siswa paling cerewet di kelas ini.
"Wulan kamu kenapa?" Husna coba bertanya pelan sambil memegang kedua lengan Wulan dari arah belakang.
Wulan hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Husna. Wajahnya semakin sedih bahkan seperti menahan tangis.
"Kamu kenapa sih? Ayo cerita sama aku!" Tanya Husna kembali yang menjadi khawatir kepada sahabatnya itu.
Setelah Husna bertanya kembali, Wulan tiba-tiba memeluk Husna sambil menangis.
"Aku pengen pulang." Perkataan itu terdengar dari mulut Wulan yang kini berada di pelukan Husna.
Wulan memeluk Husna dengan erat, air matanya mulai berjatuhan bahkan dia jadi menangis tersedu-sedu.
"Kamu sakit bukan?" Tanya Husna sambil memegang kening Wulan.
Tapi di sini Husna tak merasa Wulan sedang sakit karena suhu tubuhnya terasa biasa saja di telapak tangan Husna.
Wulan juga hanya menggelengkan kepalanya tak mau banyak bicara.
"Antar aku pulang Husna, aku pengen pulang!" Wulan kembali berkata kali ini dengan nada bergetar seperti ada rasa ketakutan dalam dirinya.
"Gimana ini?" Husna yang kebingungan mencoba bertanya kepada Tama yang ada di depannya untuk meminta pendapat.
"Mana aku tahu." Tama yang heran belum bisa memberikan pendapat, malah dia seperti bertanya balik kepada Husna.
"Ah kamu." Husna sedikit kesal dan hanya bisa mencoba menenangkan Wulan dengan cara mengusap-usap punggungnya.
"Yaudah kita antar pulang saja ayo mumpung belum ada guru, mungkin dia lagi capek butuh tenang sekarang." Ucap Tama yang tiba-tiba tegas mengajak Husna untuk mengantar Wulan pulang ke rumahnya.
Akhirnya Husna dan Tama mengambil Tas mereka lalu bergegas mengantar Wulan pulang.
Mereka sempat sembunyi-sembunyi keluar dari pintu gerbang karena kebetulan security sekolah sedang tidak ada di posnya siang itu mungkin sedang istirahat juga.
Wulan terus di rangkul oleh Husna sampai menjauh dari area sekolah, sementara Tama langsung mencari angkutan umum yang lewat di pinggir jalan.
Sampai akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam angkutan umum.
Di dalam angkutan, Wulan yang terus ditanya oleh Husna sebenarnya kenapa, dia tak pernah menjawab sedikitpun pertanyaan itu. Wajah Wulan yang semakin pucat bahkan suhu tubuhnya kini mulai hangat membuat Husna dan Tama semakin khawatir kepadanya.
Husna terus meminta pendapat kepada Tama dan bertanya ada apa yang terjadi sebenarnya, tapi Tama hanya bisa menggelengkan kepalanya karena dia juga kebingungan dengan apa yang terjadi terhadap Wulan.
Sampai akhirnya mereka berdua berhasil mengantarkan Wulan ke rumahnya. Kini mereka bertiga berada di depan pintu gerbang rumah Wulan.
"Kalian berdua langsung pulang saja ya! Aku ingin sendiri dulu." Ucap Wulan berbicara di depan pintu gerbang rumahnya menyuruh Tama dan Husna untuk langsung pulang.
"Kamu nggak mau cerita sebenarnya ada apa?" Husna yang benar-benar penasaran dan khawatir kembali bertanya kepada Wulan sebelum berpamitan.
"Aku nggak papa ko, kalian pulang saja ya! Makasih udah mau antar aku sampai rumah." Wulan yang tak mau menjawab kembali menyuruh Tama dan Husna untuk segera pulang meninggalkannya.
Sampai akhirnya mau tak mau Husna dan Tama pun pulang dan pergi meninggalkan Wulan dengan beban beribu pertanyaan dalam diri mereka, Di sini mereka semakin kebingungan dengan apa yang terjadi terhadap Wulan.
"Aneh banget itu anak, aku baru kali ini loh Tam melihat dia sedih sampai segitunya." Ucap Husna kepada Tama yang kini sedang berjalan pulang menuju jalan raya.
"Lagi putus cinta mungkin dia." Jawab Tama mencoba mengira-ngira.
"Hmm enggak ah kayanya, lagian setahuku dia nggak punya pacar udah lama." Sangkal Husna yang merasa ada hal lain yang menimpa Husna.
"Yaudah lain kali saja tanya sama dianya, mungkin saat ini dia memang benar-benar lagi pengen sendiri." Ucap Tama sedikit memberikan saran kepada Husna.
"Hmm yaudah deh." Jawab Husna singkat sambil mengangkat kedua bahunya karena tak bisa berbuat lebih.
"Terus sekarang kita mau kemana?" Tama bertanya kepada Husna tujuan selanjutnya setelah dari sini.
"Ya balik ke sekolah lah." Husna menjawab tegas.
"Kalau balik ke sekolah yang ada nanti kita di tanya-tanya sama security habis darimana, ogah ah aku juga takut pasti sudah ada guru di kelas." Tama menolak karena memang pasti sudah terlambat jika balik lagi ke sekolah.
"Hmm terus mau kemana? Nggak mungkin aku pulang ke rumah jam segini, yang ada di marahin nanti sama orang rumah."
"Hmm dasar perempuan, yaudah kalau gitu aku mau ajak kamu bolos hari ini, ayo ikut aku sekarang!" Tama langsung memegang tangan Husna lalu mengajaknya pergi dengan langkah sedikit cepat.
"Ih mau kemana dulu ah?" Husna sedikit takut karena Tama tak memberitahu mau mengajaknya kemana.
"Udah ikut aja!" Tama yang tak mau menjawab seperti sengaja membuat Husna kebingungan.
Sepanjang jalan di angkutan umum, Tama tak pernah menjawab ketika Husna bertanya mau dibawa kemana dia saat ini.
Wajah Husna jadi kesal karena Tama mulai menunjukkan sifat misteriusnya.
Sampai akhirnya Tama mengajak Husna ke kantor mamanya, kini mereka sudah berada di depan kantor tersebut.
"Ini tempat apa ih?" Tanya Husna yang semakin bingung karena didepannya kini ada beberapa ruko dengan tempat usaha yang beragam.
"Eh kamu tahu nggak, di atas sana itu ada penginapan tersembunyi loh, jadi aku mau ajak kamu ke sana. Yuk! Kamu mau kan?" Ucap Tama yang coba menakut-nakuti Husna.
"Ih Tama, kamu jangan coba macem-macem ya sama aku! Awas ah mending aku pulang." Husna yang langsung marah dan mencoba pergi dari tempat itu berjalan beberapa langkah ke arah jalan raya.
Tapi Tama langsung mengejar Husna karena sepertinya dia benar-benar menganggap serius perkataannya tadi.
"Haha lucu ya kamu ini." Tama langsung mengejar Husna dan menghalangi langkahnya.
"Apanya yang lucu coba, parah ya kamu! ternyata semua laki-laki sama saja ih nggak nyangka aku sama kamu." Husna yang semakin marah sampai tak mau melihat wajah Tama, dia memalingkan pandangannya ke arah lain.
"Haha dasar, Ayo ah ikut aku! Di sana itu kantor mamaku Husna bukan tempat begituan, tuh lihat di atasnya saja ada nama mamaku. Yeni kuswati SH M.H." Tama mencoba menjelaskan sambil terkekeh di depan Husna.
"Hmmm, beneran ini kantor mamamu?" Husna yang masih tak percaya mencoba bertanya sambil melihat ke arah lantai atas yang memang ada nama yang tadi Tama sebutkan.
"Iya beneran, orang aku udah chat mamaku tuh lihat!" Jawab Tama sambil menunjukkan isi chat di handphonenya.
"Tapi buat apa ah aku di ajak ke sini? Kamu ini suka aneh-aneh ya sumpah."
"Mama aku tuh sebenarnya pengen banget ketemu sama kamu, soalnya aku suka cerita tentang kamu sama dia. Lagian aku juga pengen kenalin pacar aku sama mama." Ucap Tama yang kembali sambil terkekeh di depan Husna.
"Heh kita belum pacaran ya, enak aja main ngaku-ngaku." Dengan wajah juteknya Husna menyangkal perkataan Tama.
"Tapi kan nanti juga bakal jadi pacar aku." Jawab Tama dengan pedenya.
"Ih belum tentu ya, aku belum percaya sepenuhnya sama kamu!" Dengan ketusnya Husna kembali menyangkal.
"Haha ya terserah, udah ah ayo ikut aja! Lagian daripada kita balik lagi ke sekolah yang ada nanti siang aku cemburu lagi melihat kamu di antar sama cowok yang tak pernah kamu cintai itu."
"Hmm bisa aja alasannya, yaudah yaudah, tapi ini beneran kan di atas nggak ada hotel tersembunyi?" Husna yang sebenarnya masih takut kembali bertanya kepada Tama.
"Ya mana mungkin lah Husna aku ajak kamu ke tempat seperti itu gila aja, udah ah ayo masuk!"
Akhirnya Husna pun di ajak masuk ke tempat itu sampai tepat di lantai dua.
Mereka di suruh menunggu oleh Bu Yeni di lantai dua, karena Bu Yeni sedang ada Tamu di ruangannya di lantai tiga.
Setelah beberapa saat, Bu Yeni yang sudah selesai melayani kliennya kini menghampiri Tama dan Husna yang sedang duduk di atas sofa.
"Tama, kamu ko jam segini sudah pulang sih?" Tanya Bu Yeni sambil duduk di hadapan mereka dan melihat arloji di tangan kirinya.
"Tadi habis antar temen Mah ke rumahnya soalnya dia lagi sakit, terus mau balik lagi ke sekolah takutnya udah telat. Jadi deh aku main ke sini." Jawab Tama mencoba menjelaskan.
"Berarti kalian bolos dong?" Tanya Bu Yeni dengan wajah sedikit kaget.
"Em sebenarnya tadi aku udah ajak Tama balik lagi ke sekolah, tapi dianya nggak mau tuh Tante malah maksa aku untuk pergi ke sini." Husna menjawab karena merasa sedikit takut Bu Yeni marah.
"Setengah hari Mah enggak bolos ko hehe." Tama menjawab sambil tersenyum lebar ke arah mamanya.
"Hmm kamu ini ya ngajarin anak orang nggak bener Tama." Bu Yeni sedikit marah kepada Tama sambil menghela nafas berat.
"Iya maaf Mah! Oh iya ini nih Mah yang namanya Husna yang selalu mama tanya-tanyain sama Tama." Ucap Tama sambil menunjuk Husna kepada mamanya.
"Hmm, Husna kenalin ya saya Yeni mamanya Tama." Bu Yeni mencoba memperkenalkan dirinya sambil memberikan tangannya kepada Husna.
"Sama-sama Tante salam kenal juga." Jawab Husna sambil membalas jabatan tangan bu Yeni.
"Maafin Tama ya, gara-gara dia kamu jadi bolos seperti ini." Bu Yeni coba meminta maaf atas yang sudah dilakukan oleh anaknya.
"Iya nggak papa ko Tante, lagian sudah terlanjur juga." Husna hanya bisa memaafkan karena memang sudah terlanjur.
"Benar kata Tama ya ternyata kamu ini memang cantik sekali. Anak Tante tuh hampir tiap hari nyeritain kamu terus, makanya Tante jadi penasaran sama kamu."
"Ehm ehm. Apa sih ah mama ini." Dengan kode batuk jaim Tama menyuruh Bu Yeni agar tidak meneruskan ceritanya.
Husna yang jadi malu, dia hanya menunduk karena sepertinya Tama memang saat ini sangat terobsesi kepadanya.
Tapi sebenarnya ada perasaan senang dalam hati Husna, karena makin hari kedekatannya dengan Tama makin terlihat setelah mengenal kedua orang tuanya yang Husna kira mereka adalah orang baik sama seperti Tama yang memperlakukannya selama ini.
Selama di kantor bu Yeni Husna mengobrol dan bercerita tentang kepribadiannya, bahkan Husna sempat menceritakan tentang masalah hutang yang sedang dia hadapi bersama keluarganya.
Di sini bu Yeni akan berusaha membantu Husna untuk menyelesaikan permasalahannya itu, karena dia merasa Husna ini memang dijebak. Bu Yeni akan mulai serius menangani kasus ini dan mendalami semua permasalahannya, bahkan bu Yeni ingin bertemu dengan kedua orang tua Husna agar benar-benar tahu kejadian yang sebenarnya secara rinci.
JIKA DI VISUALISASIKAN KIRA-KIRA SEPERTI INI