Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 26
"Ehh... Apa? Aku tidak nampak di layar Formasi Virsus. Benarkah itu, Bu?" Ning Wie terkejut mendengarnya.
"Iya Wie'er kau tidak ada. Kau menghilang setelah di hempas oleh ledakan gunung merapi itu. Ibu dan Ayah bahkan semua orang berpikir kau sudah di transformasi kembali. Tapi kau tidak tiba juga di aula Paviliun Spirit sampai akhirnya batas waktu ini"
"Ehh... Ada kejadian yang seperti itu. Aih... Aku baru tahu! Emm, itu berarti keberhasilanku memiliki dua jenis Spirit tidak ada yang tahu. Haha.. Mereka hanya tahu aku memiliki Spirit satu Spirit saja yaitu Burung Pheonix Api Merah." Pikir Ning Wie. Dan tentu saja bocah itu senang dan gembira sekali atas informasi itu yang di dapat.
"Aih... Ini luar biasa. Spirit Pheonix Es- ku akan menjadi senjata rahasia. Hehe... Apa lagi elemen Es ku jelas lebih kuat dari elemen api. Wow.., ini akan menjadi kejutan yang sangat mematikan." Kata hati Ning Wie puas. Hal ini membuatnya makin percaya diri.
"Kami begitu panik dan kwatir, kalau wie'er sampai di transportasi ke tempat lain. Karena semua kerajaan di Benua Biru melakukan Integrasi Spirit pada saat yang sama. Dan kalau itu sampai terjadi, bagaimana kau akan kembali pulang, Wie'er?." Ning Ling memandang intens anaknya. Sedangkan yang di pandang tidak menunjukkan reaksi apa pun.
Ning Ling melanjutkan lagi ucapannya. "Atau yang lebih menakutkan lagi. Kamu terjebak di dalam ruang hampa, Wie'er! " Ia bergidik hanya membayangkannya saja.
"Hehe... Syukurlah semua itu tidak terjadi. Aku sudah kembali. Ibu lihatkan tidak ada yang kurang dari diriku. Ayooo kita temui ayah. Beliau pasti senang melihat diriku."
Ning Wie melepaskan diri dari pelukan ibunya. Tak lupa menghapus bekas air mata yang ada di wajah ibunya. Setelah itu Ning Wie pun menarik tangan ibunya agar mengikutinya segera meninggalkan aula Paviliun Spirit.
Dan ternyata bukan hanya Ning Wie dan Ning Ling yang meninggalkan Aula Paviliun Spirit tetapi juga beberapa kandidat lain beserta orang tuanya.
Pada saat Ning Ling dan Ning Wie tiba, keadaan pelataran Paviliun Spirit sudah tidak seramai satu jam sebelumnya. Sudah banyak orang yang meninggalkan pelataran. Mereka lebih memilih merayahkan keberhasilan anggota keluarganya itu di rumah makan atau kedai minum.
Walau pun begitu masih ada juga yang mau merayakan keberhasilan itu tetap di pelataran Paviliun Spirit dengan teman dan kenalannya, bahkan dengan musuhnya juga.
Patriak Klan Ning Bing juga harus ikut andil dalam menyemarakkan keberhasilan dari anggota Klan Ning nya walau hatinya risau. Ia berusaha senyum dan tertawa bersama yang lainnya. Walau sekali-kali dia menoleh ke belakang. Melihat ke arah aula Paviliun Spirit.
Besar harapannya, istrinya itu segera kembali bersama dengan Putri tunggalnya Ning Wie. Tiap menoleh ke belakang hatinya selalu was-was ada rasa takut bila anak tunggal kesayangannya itu tidak akan kembali lagi.
Ingin rasanya Ning Bing menyusul istrinya ke aula Paviliun Spirit. Tapi sebagai Patriak Klan Ning, dia harus menekan egonya, dia harus menempatkan kepentingan Klan di atas kepentingan nya pribadi. Dia wajib bersama anggota Klan Ning yang lainnya.
"Mm... Mm... Pamaan Bing mana hadiah buat Lia 'er?" Putri dari ketua agung Ning Long itu menengadahkan tangan kanannya kepada Patriak Ning Bing. Gadis itu tidak perduli dengan pelototan ayahnya.
"Haha... Maaf! Maaf paman sampai lupa." Patriak Ning Bing langsung menyuntikkan energi Qi pada cincin ruangnya. Tiba - tiba saja di tangannya sudah ada sebuah hanfu cantik warna hijau.
"Ini.., khusus paman beli buat kamu. Dan ini juga sebagai tambahannya." Patriak Ning Bing selain memberi hanfu juga memberi uang koin emas sebanyak lima koin emas.
"Ahh... Indahnya. Terima kasih, Paman!." ucap Ning Lia senang dengan tersenyum lebar.
Apa yang dilakukan oleh Ning Lia jejaknya langsung diikuti juga oleh Ning Siang. "Aku juga Paman! Masa cuman Ning Lia saja. Hehe... Aku juga mau!"
Patriak Ning Bing tersenyum lebar, "Tentu saja bagian untukmu ada Siang'er! Pamanmu ini tidak lupa! Jangan kuatir."
Ning Bing langsung memberikan hantu cantik warna kuning kepada Ning Siang tidak lupa juga dengan koin emas sebanyak 5 koin sama jumlahnya dengan yang diberikan kepada keponakannya Ning Lia
Patriak Klan Ning itu bukan hanya memberi hadiah pada keponakannya saja tapi juga pada generasi muda Klan Ning yang lain yang telah terlahir menjadi kultivator saat ini. Dan itu hadiah yang Ia berikan secara pribadi.
Karena generasi muda klan yang berhasil menjadi kultivator, Klan Ning yang akan memberikan hadiahnya sebab semua itu sudah ada dalam anggaran pasti dari kas Klan.
" Terima kasih, Patriak!" Ucap mereka serentak saat menerima hadiah berupa uang koin sebanyak dua koin emas.
Patriak Ning Bing itu hanya meanggukkan kepala saat menerima ucapan dari anak - anak yang akan menjadi harapan masa depan bagi Klan Ning nya.
Uang yang beredar di masyarakat kerajaan Jing adalah Koin Tembaga, Koin Perak dan Koin Emas. Satu koin perak sama dengan seratus koin tembaga. Dan satu koin emas sama dengan seratus koin perak.
"Ehh... Mana Ning Wie? Aku koq tidak melihat dirinya?" Ucap Ning Lichan baru menyadari anak Patriak Klan tidak ada bersama mereka.
"Apaa? Dia tidak ada. Kemana dia? Apa dia tidak mau merayakannya bersama dengan kita? Ihh... Sombongnya. "
Ning Siang yang berdiri tidak jauh langsung menyauti ucapan nyinyir temannya. " Saudariku Wie' er belum kembali."
" Ehh... Apa? Belum kembali. Koq bisa! Aneh.. Bukannya dia di transportasi saat terjadi ledakan gunung merapi." Ning Chan menimpali ucan Ning Siang.
" Iya benar itu. Aku melihatnya di layar sejak ledakan gunung sudah tidak nampak lagi Ning Wie di sana." Cicit Ning Yulong.
Ucapan Ning Chan dan Ning Yulong di angguki oleh yang lainnya. Karena memang itulah yang mereka ketahui. Lagian mereka juga tidak terlalu memperhatikan orang lain karena mereka lebih fokus pada dirinya sendiri. Mereka itu teman bermain dan usianya tak jauh dengan Ning Wie. Dan kejadian yang menimpa Putri Patriak hanya diketahui oleh orang dewasa saja.
Sementara Patriak yang gelisah bukan hanya disadari oleh ketua agung dan Panutua Satu Klan Ning tetapi juga anggota yang lainnya. Karena kini semua orang tahu bahwa anak tunggal Ketua Agung belum juga kembali setelah mereka kumpul bersama- sama di pelataran Paviliun Spirit.
"Patriak, pergilah! Susullah istrimu!" ucap Ketua Agung tidak tega sama saudaranya.
"Baiklah!" Ucap Ning Bing. Dengan tatapan matanya dia mengucapkan terima kasih pada saudaranya itu.
DEEEG
Baru juga melangkahkan kaki satu langkah, Mata tajam Ning Bing menangkap siluet bayangan isrti dan anaknya di kejauhan.
WHUUUUS HAP------
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...