Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan yang berubah
Pernikahan Andin dan Rian berjalan sebagaimana mestinya. Namun sejak pertengkaran di ruang kerja saat itu mereka tidak saling menyapa, apalagi melakukan hubungan ranjang.
Pernikahannya sudah berjalan tiga bulan dan hari ini adalah hari pertama di bulan ke empat.
Andin merasa putus asa dengan pernikahannya yang begitu dingin. Baik dikantor ataupun di rumah sikap Rian begitu dingin dengannya.
Pagi ini Andin sudah siap mau berangkat ke kantor. Andin mengeringkan rambutnya sambil duduk di kursi di depan meja rias.
Rian yang selesai mandi, mengambil pakaiannya di dalam lemari pakaian dan menggunakannya di dalam kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, Rian sudah tampak tampan dan berwibawa.
Andin melepas handuk dari atas kepalanya lalu masuk kedalam kamar mandi untuk meletakan kembali handuk.
Langkah Andin yang tidak seimbang menyebabkan badannya kehilangan keseimbangan dan menabrak Rian yang berdiri di depan pintu kamar mandi sehingga terjatuh di atas tubuhnya.
Mata mereka bertemu dan terkunci. Bibir pink yang di miliki Andin menjadi satu-satunya tujuan lirikan mata Rian.
Namun dengan cepat Rian berdehem dan mereka membenarkan posisi mereka.
"Bisa tidak kamu itu berhati-hati ketika berjalan?" tanya Rian dengan nada dingin.
"Maaf..." ucap Andin singkat lalu pergi ke depan meja rias dan menyisir rambutnya.
"Aku duluan ke kantor, karena ada yang mau aku urus, nanti kamu nyusul saja" ucap Rian lalu meninggalkan kamar mereka.
Andin menoleh kearah punggung yang sudah menghilang di balik pintu.
"Aku tidak tahu ternyata perasaan Ara sangat penting bagi mu" Andin bermonolog kepada dirinya.
Sesampainya di kantor Andin di sapa oleh beberapa karyawan, Andin berjalan dengan kepercayaan diri yang tinggi dan dengan tebaran senyuman keramahan.
Andin mengetuk ke ruangan Ardy sebelum dia membawakan beberapa map untuk Rian.
"Andin... sudah sampai? Sepertinya hari ini kamu akan lembur." ucap Ardy dengan senyuman khasnya.
"Apa kita ada proyek baru pak?" tanya Andin sopan.
"Bukan proyek baru, hanya saja pak Rian hari ini tidak bisa masuk ke kantor, jadi semua pekerjaannya akan di alihkan ke kamu dan aku" ucap Ardy dengan santainya.
'Kemana beruang kutup itu?' Pikir Andin.
"Apa pak Rian sakit?" tanya Andin ingin mencari tahu keberadaan Rian suaminya.
"Sepertinya pak Rian masih menjalin hubungan dengan nona Ara meski dirinya sudah beristri. Aku sudah mengingatkannya seperti perintah tuan besar tapi sepertinya sulit" ucap Ardy sambil matanya tertuju kearah file-filenya.
Ardy tidak melihat wajah Andin yang mulai meredup mendengar informasi dari dirinya.
"Jika begitu saya kembali bekerja pak" ucap Andin sopan lalu melangkah keluar dari ruangan Ardy.
Mata memerah dan dadanya sesak. Bagaimana tidak terasa sesak, Rian telah bohong kepadanya.
Andin duduk di kursinya dengan tatapan kosong. Matanya tertuju pada pintu ruangan Rian.
"Apa begitu berat menjalini hubungan pernikahan denganku walau hanya 4 bulan. Aku menyerah Rian" ucap Andin yang tidak terasa tetesan air keluar dari matanya.
"Aku pikir kamu bisa melupakannya, tapi aku salah... Aku yang menjadi penghalan hubungan kalian. Aku sadar hubungan yang melibatkan perasaan tidak bisa di paksakan. Aku menyerah Ri...." isak Andin sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri.
Ardy yang ingin menyerahkan beberapa file kepada Andin, melihat dengan jelas bertapa terpuruknya Andin saat itu.
"Apa yang terjadi Andin?" tanya Ardy yang berada di hadapannya.
Andin menatap Ardy dengan mata yang sudah memerah.
"Aku sepertinya sedang tidak baik-baik saja, aku bisakan izin hari ini?" tanya Andin dengan mata menunduk.
"Baiklah... Selesaikanlah masalahmu. Mau aku antar?" tanya Ardy yang tidak ingin melihat Andin kenapa-kenapa karena terlihat begutu rapuh.
"Aku bisa pulang sendiri" ucap Andin lalu meraih tasnya dan melangkah keluar kantor.
Andin berjalan menuju taman yang berada tidak jauh dari kantornya. Andin sudah merasakan perasaan yang ia artikan adalah sebuah kenyamanan dengan Rian namun sayangnya perasaan itu sulit di ekspresikan karena Rian yang begitu dingin kepadanya.
Ponsel Andin berdering mendakan panggilan vidio dari nomor yang tidak ia kenal.
Andin mengangkat panggilan itu. Bertapa terkejut Andin melihat Rian yang tertidur dengan pakaian yang acak-acakan. Ara tertawa lantang melihat ekspresi sedih di wajah Andin.
"Kamu pikir aku bodoh?" tanya Ara dengan tatapan tajam.
"Lihatlah dia yang kelelahan di samping aku? Begitu hot dan besarnya punyanya!" ucap Ara dengan tawanya pasalnya Ara melakukan panggilan vidio dengan posisi tiduran tanpa busana dengan Rian yang berpakaian acak-acakan di sampingnya.
Andin tidak berkomentar, dirinya langsung menelepon Ardy dan meminta Ardy melacak ponsel Rian.
"Kenapa Andin?" Tanya Ardy ketika dia sudah memberikan lokasi dimana Rian.
"Aku harus menyelamatkan suamiku" ucap Andin dalam chat sehingga membuat mata Ardy melotot membacanya.
Andin langsung ke hotel dimana Rian berada. Andin menanyakan Rian menginap di kamar nomor berapa kepada resepsionis.
Andin langsung menuju kamar tersebut dengan cepat dan langsung di ketuknya pintu kamar tersebut.
Ara tanpa curiga langsung membukakan pintu kamar itu dan terkejut melihat Andin yang menerobos masuk.
Di bukanya selimut yang menutupi tubuh Rian dan dia menggosok dadanya merasa lega karena Rian masih menggunakan celana lengkap dengan ikat pinggang yang masih rapi.
"eh... Kamu wanita gila kenapa nerobos masuk kekamar orang, dasar tidak tahu sopan santun" ucap Ara kesal melihat Andin menerobos masuk.
"Aku ingin menyelamatkan suamiku dari wanita ular sepertimu" ucap Andin dingin.
"Kamu pikir kami belum ngapa-ngapain? Kamu tidak lihat lingerie yang aku pakai?" tanya Ara yang berusaha mempengaruhi Andin.
"Aku tahu siapa suamiku, karena dia milikku" ucap Andin dingin lalu dengan sigap memukul wajah Ara dengan satu pukulan yang berhasil mengeluarkan darah dari mulut.
"Dasar gila... Aku laporkan kamu ke polisi, cepat atau lambat kamu akan di penjara" umpat Ara kesal.
Andin menundukan badannya menjambak rambut Ara hingga wajahnya menongak ke atas dan membuat mulut sang empu terbuka.
"Ah... Sakit" Teriak Ara namun tidak bisa di dengar siapapun karena pintu telah tertutup kembali setelah terbuka.
Andin memasukan bubuk obat ke mulut Ara sehingga suka atau tidaknya zat tersebut tertelan oleh Ara.
"Apa yang kamu lakukan" ucap Ara yang marah karena telah di cekokin obat yang tidak ia ketahui apa.
"Aku akan mengabulkan permintaanmu, dari pada kamu berdrama seolah tidur dengan suamiku" ucap Andin lalu meninggalkan Ara menuju Rian.
Ara dengan cepat bangkit dari duduknya karena tamparan Andin tadi.
Namun penglihatannya mulai berbayang pertanda kesadarannya mulai menurun.
Andin menelepon pengawalnya untuk mengangkat Rian yang berada di dalam kamar. Andin membawa masuk seorang OB yang telah ia bayar untuk tidur dan puasi Ara. Andin juga memasang kamera tersembunyi di dalam kamar karena di yakin Ara telah memasang jebakan yang sama.
Setelah penggeledehan dan memastikan cctv hotel yang tidak ada rekaman apapun tentang Rian barulah Andin mengundurkan diri ikut menuju rumah utama dimana Rian di antarkan oleh para pengawal.