Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.
Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.
Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.
Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.
Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .
ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Hari hari telah berganti. Pagi datang dengan cerah sang Surya, secerah hati Srikandi yang telah bersiap dengan pakaian kerjanya yang rapi.
"Tumben kamu tidak sarapan sambil lari lari?"
Srikandi tertawa tergelak, begitupun tuan Anggoro. Suara nyonya Sinta yang sedang merajuk terdengar lucu bagi mereka.
"Baru sekali loh, Ma, aku sarapan buru buru kaya kemarin itu? Kok seolah aku tiap hari gitu aja?" sahut Srikandi sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut. "Dan Kandi janji, itu yang pertama dan terakhir. Setelah ini Kandi gak akan gitu lagi."
Tring
Notif pesan masuk ke ponsel nya membuat Srikandi meletakkan sendoknya.
Nyonya Sinta mendengus. pasti setelah ini putrinya itu akan meninggalkan meja makan.
Terlihat nama Arjun di layar. Belum ingin membuka pesan, Srikandi meletakkan kembali ponselnya, membuat nyonya Sinta heran. Tapi wanita paruh baya itu tersenyum senang.
Acara makan pagi bersama keluarganya lebih penting dari sekedar membalas pesan dari pria yang telah dengan lancang ingin bermain main dengannya. Begitu pikir Srikandi.
Di seberang telepon
Arjun mengernyitkan kening. Sudah lima menit berlalu, tetapi Srikandi belum membuka pesannya. Padahal centang dua, yang artinya ponsel Srikandi dalam mode on.
"Apa sih yang sedang dilakukan cewek itu? Gak biasanya dia lelet buka pesan?" gumam Arjun. Pria itu merasa sedikit heran. Sudah sejak lima hari yang lalu, Srikandi terkesan cuek. Padahal biasanya selalu gercep jika dia mengirim pesan.
"Ah mungkin dia masih molor di atas tempat tidur, namanya juga anak mami. Ha ha ha." Arjun tergelak dengan pemikirannya sendiri.
"Tapi dia kan kerja? Apa mungkin dia sedang dibriefing sama atasannya. Wajar sih, anak manja macam dia mana beres kerjaannya." Lagi lagi Arjun tergelak sendiri.
Tring
Arjun bergegas membuka ponselnya, tetapi kecewa ternyata bukan balasan chat dari Srikandi yang masuk, melainkan Rengganis. Cewek yang beberapa waktu ini dia kencani di belakang Srikandi.
"Sayang, ada model tas terbaru. Semua temanku sudah memilikinya. Belikan untukku ya?"
Pesan dari Rengganis, diikuti gambar sebuah tas branded di bawahnya.
Arjun mendengus kesal. Dia ingin berhemat dengan hanya menengadahkan tangan pada Srikandi, tapi malah seperti diperas oleh Rengganis. Selalu ada saja harga yang diminta oleh wanita itu, sebagai ganti atas kenikmatan yang sejatinya mereka nikmati bersama.
"Aku harus mulai menjaga jarak dari rubah betina itu, kalau tidak bisa-bisa apa yang sudah susah payah aku kumpulkan dari hasil meminta pada Srikandi akan terkuras habis." Gumam Arjun.
Selama ini Arjun memang selalu meminta ini dan itu kepada Srikandi. Sesuatu yang sama sekali sebenarnya tidak dia butuhkan. Untuk apa? Untuk bisa dia uangkan lagi suatu saat nanti. Karena sesuatu yang dibelikan oleh Srikandi selalu sesuatu yang tentu tidak main-main harganya.
"Tapi bagaimana jika aku sedang horny. Ah andaikan saja Srikandi seperti Rengganis, mungkin aku tak perlu mencari pelampiasan lain. Huff, dasar cewek sok suci, menyebalkan sekali dia. Kalau bukan karena uangnya yang banyak, mana mau aku pacaran dengan cewek seperti dia."
Arjun terus menggerutu sambil sesekali menoleh layar ponselnya berharap pada balasan pesan dari Srikandi. Sudah seminggu dia tak bertemu Srikandi. Dan Srikandi juga tak pernah menghubunginya. Ini cukup meresahkan hati.
Di tempat Srikandi.
Wanita itu bahkan tak ingat jika tadi dia menunda untuk melihat pesan yang dikirim oleh Arjun, yang niatnya tadi hanya ditunda sebentar sampai acara sarapan keluarga selesai. Akan Tetapi nyatanya wanita itu melupakannya, mungkin karena menganggap itu sebagai sesuatu yang tidak penting.
Bahkan wanita itu kini sedang duduk manis di kursi kebesarannya, berkutat dengan berkas-berkas penting perusahaan.
"Apa Shika ada?" Terdengar suara dari arah pintu. Dan Srikandi tahu betul itu suara siapa. Bertanya tapi langsung menyelonong masuk, entah pelajaran sopan santun dari mana yang dianut oleh Yudistira dulunya.
Srikandi tetap fokus pada berkas-berkasnya, tidak terlalu mempedulikan kedatangan pria itu. Atau mungkin karena telah terbiasa hingga dia tidak lagi merasa terganggu.
Ngomong-ngomong, Shika. Panggilan yang sangat manis. Hanya Yudistira saja yang memanggilnya seperti itu dan entah kenapa dia menyukainya.
"Bunga yang cantik untuk pacar yang cantik!"
Sebuah buket bunga cantik yang terulur di depan wajahnya membuatnya mendongak. Mengalihkan fokus dari laptop kesayangannya
Mengulurkan tangan untuk menerima, mawar merah dan tulip ungu. Bunga itu lagi. Jadi apakah benar ini adalah ungkapan hati Yudistira.
Mungkin waktunya dia berpikir ulang. Tidak ada salahnya menerima pria di hadapannya ini, yang nyata-nyata menghujaninya dengan segala perhatian. Ketimbang menoleh ke arah belakang dan mencoba menjalani sesuatu dengan Arjun. Parasit yang ternyata tak bisa dipegang ucapannya.
"Bunga yang sangat cantik, terima kasih." Seulas senyum manis tersungging di sudut bibirnya.
Yudistira mengernyit heran. Tidak biasanya Srikandi bersikap manis. Kemana ketus jutek dan cueknya pergi?.
"Apa kau baik baik saja?" tanyanya.
"Aku?" Srikandi mendongak sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Aku kenapa?" Merasa heran, tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan oleh Yudistira.
"Ah tidak. Tapi entahlah, aku seperti melihatmu baru bangun dari tidur panjang. Tapi itu bagus, aku suka!"
"Aku memutuskan untuk menerimamu sebagai LELAKI CADANGAN!" ucap Srikandi.
"Aku tahu. Dan aku sudah bisa menduga hari ini pasti akan datang." sahut Yudistira dengan percaya dirinya.
"Tapi jika suatu saat aku tahu kau mengkhianati kepercayaan yang aku beri, aku pastikan kau akan hancur!" ucap Srikandi lalu fokus kembali pada laptopnya setelah meletakkan buket bunga di sisi meja.
Hanya sekilas saja, tapi Yudistira melihat sorot kemarahan yang begitu membara dari dua mata Srikandi. Tangannya terkepal. Rahangnya mengeras. Sorot matanya memerah, "Apa terjadi sesuatu? Apa yang telah dilakukan oleh pacar aslimu?" tanyanya kemudian.
Srikandi kembali mendongak, apa pria ini cenayang? Atau dia yang terlalu kentara.
"Aku baru lima hari tidak datang secara langsung, dan sesuatu yang besar telah terjadi pada pacarku? Waow. prok prok prok.." Yudhistira berbicara sambil bertepuk tangan.
Srikandi menelan ludahnya, tampaknya dia memang tak bisa menyembunyikan sesuatu dari mata Yudistira.
"Aku tidak tahu apa yang dia lakukan di belakangku, tetapi aku mendengar pembicaraannya dengan teman-temannya, kalau ternyata selama ini aku hanyalah sebuah piala, yang dia menangkan dari hasil taruhannya dengan teman-temannya."
"Kurang ajar!" Yudistira berbicara sambil menahan gemeletuk giginya.
"Menurut kamu hukuman apa yang pantas untuk dia yang telah menghianati aku. Selama ini walaupun aku tidak suka sama dia, tapi aku berbuat baik padanya. Memenuhi apa yang dia minta."
"Akan tetapi ternyata dia hanya sebatas mempermainkan aku. Aku tidak suka orang yang kurang ajar. Hukuman apa yang layak untuk orang seperti itu?"
Melihat Srikandi berbicara dengan rautnya yang datar, seakan tanpa rona di wajahnya, membuat Yudhistira meraba raba. Seperti apa wujud asli dari wanita yang telah membuatnya tergila gila ini.
"Hukuman pancung patutlah untuk dia. Itu bahkan belum sebanding dengan kejahatannya." jawab Yudistira lugas.
"Kamu gila ya? Kamu pikir ini kasus korupsi atau narkoba? Menyesal aku minta ide dari kamu. Tidak akan ada jalan keluar." Srikandi membanting bolpoin yang ada di tangannya. Jawaban Yudhistira membuatnya kesal.
"Kamu salah, justru kalau itu hanya kasus narkoba atau korupsi aku masih bisa mengampuninya. Uang bisa dicari lagi, narkoba bisa diberantas. Tetapi dia Jika dia melakukan korupsi pada hatimu, aku tak akan merelakannya. Aku pasti akan menghancurkannya. Menyakiti hati pacarku adalah dosa terbesar di muka bumi!"
Srikandi melihat kilat kemarahan di mata Yudistira. Kenapa jadi dia yang marah, dirinya yang disakiti Kenapa Yudistira yang emosi?
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
tapi sekarang mending, satu doang yg tembus. telkomsel. selain itu jangan harap ada jaringan.