Elara Estelle putri seorang pengusaha yang terabaikan dipaksa menikah dengan Alistair Magnusson seorang tuan muda lumpuh di tengah ejekan keluarganya elara menyembunyikan identitasnya sebagai dokter terkenal ketika rahasia masa lalu terungkap elara merencanakan balas dendam sambil belajar arti cinta dan penerimaan dalam pernikahan yang tak terduga.
penasaran?? yuuk lanjut bacanya ➡️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bellis_perennis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Di sebuah restoran eksklusif dengan ruang pribadi elara dan alistair duduk saling berhadapan tidak ada tanda-tanda kegugupan atau kesan hangat di antara mereka elara hanya merasa ini adalah pertemuan bisnis lain yang harus dia jalani sedangkan alistair meski tetap tenang di kursi rodanya sebenarnya cukup tertarik dengan keberanian dan sikap dingin calon istrinya ini.
Keduanya duduk dalam keheningan alistair menatap elara yang langsung memfokuskan diri pada makanannya dengan lahap tanpa merasa canggung sedikit pun seolah-olah dia tidak makan seharian alistair tersenyum tipis sedikit terhibur.
"Apakah kau mau pesan sesuatu lagi..Elara?" alistair menawarkan dengan nada tenang.
Elara berhenti sejenak melihat alistair kemudian menggeleng sambil menelan makanannya "terima kasih tapi ini sudah cukup".
Alistair mengangguk pelan sebagai jawaban "baiklah...semoga cara makanku tidak mengganggumu" elara menambahkan ucapan nya singkat meski wajahnya tampak sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran.
"Tidak..sama sekali saya tidak terganggu dengan cara makanan mu" jawab Alistair tersenyum kecil "kau tampak sangat menikmati makan mu Itu… bagus".
Tanpa banyak kata elara kembali fokus ke makanannya hingga akhirnya dia selesai dia menghela napas puas meneguk airndan meletakkan serbetnya.
"Jadi, apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan?" tanya Elara tanpa basa-basi menatap Alistair lurus.
Alistair mengangguk lalu mengeluarkan sebuah amplop dari dalam jaketnya "aku tidak akan membuang-buang waktumu jadi langsung ke intinya". alistair menyodorkan surat perjanjian pada Elara "ini perjanjian pernikahan kita Aku ingin kau membacanya sebelum menandatangani".
Elara dengan senang hati mengambil surat itu dan membaca isinya dengan teliti dili dalam perjanjian itu tertulis jelas bahwa pernikahan mereka hanyalah formalitas elara tidak akan diminta untuk memenuhi peran seorang istri pada umumnya mereka akan hidup terpisah dan memiliki kebebasan masing-masing. Alistair tidak akan ikut campur dalam urusan pribadi elara dan sebaliknya elara juga tidak diharapkan untuk mengurus atau merawatnya keduanya akan menjalani hidup masing-masing dengan syarat bahwa pernikahan ini akan bertahan demi penampilan di mata publik dan keluarga.
Setelah selesai membaca elara langsung mengambil pena dan menandatangani perjanjian itu tanpa ragu sedikit pun.
Alistair terkejut melihat betapa cepatnya Elara mengambil keputusan dia mengerutkan alis lalu bertanya "kau tidak ingin bertanya apa pun? Apakah kau yakin dengan semua ini?".
Elara menatap Alistair dengan ekspresi tenang "tentu saja perjanjian ini menguntungkan bagi kita berdua aku bisa keluar dari keluarga Estelle dan bebas dari tekanan mereka aku tidak peduli dengan peran istri penurut yang selama ini diharapkan dariku dan aku pikir kau juga akan mendapat keuntungan dari peraturan ini"
Alistair menaikkan alis, penasaran "keuntungan apa yang kau maksud?"
"Dengan begin...kau juga tidak perlu merasa terbebani atau diharapkan untuk menjadi suami yang sempurna "jawab Elara datar "aku tahu pernikahan ini bukan keinginan kita dan aku yakin kau juga ingin kebebasan tanpa dihakimi atau dianggap… tidak kompeten kan?”
Alistair tertawa kecil sedikit kagum "kau benar-benar berbeda dari wanita lain yang pernah kutemui".
Elara tersenyum tipis tanpa menunjukkan tanda-tanda tersanjung "dan aku tak butuh pujian untuk itu jadi. .apa lagi yang ingin kau bahas?"
Alistair tersenyum "tidak ada hanya itu aku hanya ingin memastikan bahwa kau mengerti dan setuju dengan syarat-syarat perjanjian ini"
Elara menatap Alistair dengan tatapan mantap "jadi, jika semua sudah jelas kapan pernikahan ini akan dilaksanakan?"
"Dua hari lagi"... jawab Alistair singkat.
"Bagus "ujar Elara sambil mengangguk! "semakin cepat selesai maka semakin baik".
Keduanya terdiam sejenak sebelum akhirnya alistair menatap elara dengan penuh rasa penasaran "Boleh aku bertanya sesuatu yang pribadi"
Elara menatapnya dengan tatapan waspada. "Tergantung pertanyaannya"
Alistair tersenyum samar. “Apa yang sebenarnya membuatmu sangat tidak peduli dengan semua ini apakah karena keluargamu?"
Elara menarik napas dalam dan menghela napas pelan matanya sedikit gelap. "mungkin begitu mungkin juga karena aku sudah cukup lelah menghadapi dunia yang selalu menuntut lebih dariku Aku tidak lagi peduli pada apa yang orang pikirkan atau harapkan dariku".
Alistair mengangguk memahami "aku juga merasa lelah dengan segala tuntutan dan ekspektasi yang datang dari semua arah mungkin kita sebenarnya mirip"
Elara tersenyum tipis, tapi tidak menjawab setelah beberapa detik dia berdiri "Kalau begitu aku akan kembali bekerja terima kasih untuk pertemuan ini".
Alistair mengangguk "terima kasih sudah menyetujuinya tanpa ada keributan aku pikir perjanjian ini akan jadi awal yang baik bagi kita".
Elara menatapnya sekali lagi sebelum berbalik dan pergi. Tanpa kata perpisahan yang berlebihan, tanpa janji-janji manis hanya kesepakatan formal antara dua orang yang sama-sama mencari kebebasan dalam dunia yang penuh tekanan dan harapan berlebihan.
Hari-hari telah berlalu tidak terasa besok adalah acara pernikahan elara dan alistair.
Malam itu, elara baru saja tiba di rumah keluarga Estelle saat dia melangkah menuju tangga untuk pergi ke kamarnya suara teriakan ibunya Miranda terdengar menggelegar dari ruang tamu.
"Elara..dari mana saja kau?" Miranda melotot penuh amarah "besok adalah hari pernikahanmu kau seharusnya berada di rumah bukannya pulang selarut ini..!!" padahal, jam baru menunjukkan pukul 9 malam namun Miranda sudah memperlakukannya seolah-olah dia pulang larut malam dan mengacaukan persiapan.
Elara tetap berdiri di tempat mendengarkan amarah ibunya tanpa emosi seolah-olah kemarahan itu hanyalah angin lalu sebelum dia sempat membalas, arabelle muncul dari tangga atas berpura-pura prihatin pada kesehatan ibunya.
"Ibu... jangan marah-marah besok adalah hari besar kita dan kesehatan ibu harus terjaga" ucap Arabelle dengan nada manis menahan senyum sinis "bukankah tidak pantas kalau ibu terus marah-marah malam ini ?" meskipun dalam hatinya arabelle belum rela bahwa Elara akan memiliki posisi terhormat sebagai menantu keluarga Magnusson dia berpura-pura bersikap baik seolah-olah tidak merasa tersaingi.
Elara mengangkat alis tetap tenang sambil memandang keduanya dia sudah terbiasa menghadapi sikap dingin dan ketidakpedulian keluarga ini dalam pikirannya dia selalu yakin bahwa dia bukan bagian dari keluarga Estelle baik secara wajah maupun postur tubuh dia tidak memiliki kemiripan sedikit pun dengan Miranda ataupun George hanya Arabelle yang mewarisi ciri-ciri fisik keluarga Estelle sementara Elara berbeda ditambah lagi kecerdasan Elara sangat menonjol sejak kecil sehingga dia kerap diincar oleh perguruan tinggi terkemuka.
Setelah Miranda dan Arabelle selesai berbicara elara akhirnya membuka suara dengan nada dingin yang hampir tanpa emosi "apakah kalian sudah selesai bicara?" Elara menatap ibunya dan Arabelle bergantian "jika sudah aku ingin mengingatkan kalian bahwa pernikahanku ini tidak ada hubungannya dengan kalian Keluarga Magnusson yang menyiapkan segalanya dan kalian hanya perlu datang saja".
Miranda dan Arabelle terdiam sejenak terkejut dengan ucapan elara yang begitu tegas miranda, dengan wajah yang masih kesal hendak memotong ucapan elara namun elara melanjutkan tanpa memberinya kesempatan.
"Selain itu aku baru saja bertemu dengan calon suamiku Alistair Magnusson" lanjut elara dengan nada datar sambil menatap ibunya tanpa rasa takut "sekarang.. tolong minggir aku ingin istirahat".
Kata-kata elara membuat miranda dan arabelle tertegun mereka sama sekali tidak menyangka bahwa alistair akan mau bertemu dengan elara dalam pikiran mereka alistair pastilah membenci pernikahan yang mendadak ini bahkan mungkin meremehkan elara namun, pernyataan elara baru saja mengguncang pemikiran mereka.
Arabelle yang masih merasa tidak puas mencoba memastikan lagi "apa benar Alistair yang mengajakmu bertemu.. elara ??".
Elara menatap arabelle dengan wajah acuh lalu berkata dengan datar "kalau kau tidak percaya kau bisa bertanya sendiri pada keluarga Magnusson" tanpa menunggu reaksi dari Arabelle atau ibunya elara melangkah pergi dengan tenang menuju kamarnya di lantai atas.
Saat punggung elara menghilang di balik tangga kemarahan miranda kembali memuncak dia mendesah kesal menatap Arabelle dengan tatapan frustrasi "anak itu semakin berani" gumamnya dengan nada geram.
Arabelle yang juga merasa terganggu segera mendekati ibunya dan mulai meracuni pikirannya "ibu...kita tidak bisa membiarkan alistair jatuh cinta pada elara bayangkan jika mereka menjadi dekat suatu hari elara bisa saja mengadukan kita pada Alistair tentang bagaimana perlakuan kita selama ini kita bisa dalam masalah besar".
Miranda mengerutkan kening, berusaha meredam rasa kesalnya "aku tahu arabelle... tapi percayalah jika elara berani mengadu aku sendiri yang akan membuatnya menyesal pernah dilahirkan" dia mengucapkan kalimat itu dengan penuh kebencian, seolah-olah elara adalah aib yang harus dihilangkan.
Arabelle tersenyum licik merasa puas dengan reaksi ibunya dalam hatinya dia merasa aman karena baginya posisi elara tidak akan pernah mengancam kedudukannya bahkan Arabelle sudah merencanakan untuk menarik perhatian sebastian Magnusson adik dari alistair dia yang tampan dan sukses dengan sedikit rayuan dan waktu yang tepat dia yakin akan mampu menjadi bagian dari keluarga Magnusson yang lebih normal dan tidak cacat seperti Alistair.
Arabelle menatap ibunya dengan pandangan penuh keyakinan "ibu aku akan memastikan keluarga ini tidak pernah kehilangan kehormatannya aku tau apa yang harus kulakukan".
Miranda mengangguk setuju hatinya tenang melihat kepercayaan diri putrinya yang lebih dia anggap berharga daripada elara bagi miranda elara hanyalah alat untuk mendapatkan keuntungan bukan keluarga dia tidak pernah menginginkan elara menjadi bagian dari keluarganya.