Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Perkenalan Keluarga Arya
Malam itu, setelah kembali dari pertemuan dengan Dani dan Dahlia, Aisha duduk di ruang tamunya bersama Arya dan Sintia. Suasana terasa hangat dan santai, berbeda dari ketegangan beberapa jam sebelumnya. Aisha, dengan segelas teh hangat di tangan, mulai menceritakan pengalamannya bertemu Dahlia dan Dani.
"Aku merasa lega," ujar Aisha, menatap kosong ke arah jendela. "Dahlia adalah wanita yang sangat baik. Aku bisa merasakan ketulusan dan kekuatannya, meski dia mungkin menyimpan sedikit rasa cemburu."
Sintia tersenyum, menyandarkan diri di sofa. "Aku bangga padamu, Aisha. Kamu menghadapi situasi itu dengan kepala dingin dan sikap yang dewasa. Tidak semua orang bisa seperti itu."
Arya, yang duduk di samping Aisha, mengangguk setuju. "Aku juga bangga padamu. Kamu menunjukkan bahwa kamu wanita yang luar biasa. Itu tidak mudah, tapi kamu melakukannya dengan elegan."
Aisha tersenyum, matanya menatap Arya dengan lembut. "Terima kasih, Arya. Dukunganmu sangat berarti bagiku. Aku hanya berharap Dahlia bisa melanjutkan hidupnya dengan lebih tenang setelah ini."
Arya menggenggam tangan Aisha, membuat Sintia tersenyum kecil sambil pura-pura sibuk memainkan ponselnya. "Kalau begitu," Arya memulai dengan nada serius, "bagaimana kalau kita melangkah ke tahap berikutnya? Aku ingin kamu bertemu keluargaku, Aisha."
Aisha terkejut, matanya melebar. "Bertemu keluargamu? Apa tidak terlalu cepat?"
Arya tersenyum, ekspresinya tenang namun penuh keyakinan. "Tidak ada yang terlalu cepat kalau aku yakin. Minggu depan, aku akan mengatur semuanya. Aku ingin kamu mengenal keluargaku, dan mereka mengenalmu."
Sintia, yang mendengar itu, langsung berseru dengan semangat. "Akhirnya! Aku sudah menunggu momen ini. Jangan khawatir, Aisha. Aku akan membantumu mempersiapkan segalanya. Kamu harus tampil sempurna di depan keluarga Arya!"
Aisha tertawa kecil, tapi di dalam hatinya, ia merasa gugup.
***
Minggu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dari sore hari, Sintia sibuk membantu Aisha berdandan. Rambut Aisha ditata rapi, makeup-nya elegan namun tidak berlebihan, dan ia mengenakan gaun panjang berwarna peach yang dipadukan dengan high heels senada. Saat semuanya selesai, Sintia memandang Aisha dengan puas.
"Kamu terlihat luar biasa!" seru Sintia. "Arya pasti akan jatuh cinta lagi melihatmu."
Arya tiba beberapa menit kemudian untuk menjemput Aisha. Saat ia melihat Aisha, langkahnya terhenti sejenak. Matanya terpaku, dan untuk beberapa detik ia hanya berdiri diam, menatap wanita di depannya.
"Arya?" panggil Aisha, menyentuh tangan Arya lembut. "Kenapa diam saja? Kita harus pergi."
Arya tersadar, tersenyum lebar. "Maaf. Kamu terlalu cantik malam ini. Aku sampai lupa bagaimana cara bicara."
Aisha tersipu malu, sementara Sintia terkikik kecil di belakang mereka.
Setelah perjalanan singkat, mereka tiba di mansion keluarga Yudistira. Bangunan megah dengan arsitektur modern itu dikelilingi taman luas yang tertata rapi.
"Kamu tidak perlu khawatir," bisik Arya, menoleh ke arah Aisha. "Keluargaku orang-orang yang ramah. Mereka akan langsung menyukaimu."
Aisha mengangguk, meskipun hatinya masih berdebar kencang. "Aku hanya tidak ingin mengecewakan mereka. Kamu tahu, aku tidak seperti wanita lain yang mungkin pernah mereka bayangkan untukmu."
Arya berhenti berjalan sejenak dan menatap Aisha dengan lembut. "Jangan berpikir seperti itu. Kamu adalah yang terbaik untukku, dan aku yakin keluargaku akan melihat itu juga."
Setelah beberapa langkah lagi, pintu besar mansion terbuka. Amanda Yudistira, ibu Arya, menyambut mereka dengan senyuman hangat. "Selamat datang, Aisha. Kami sudah menunggu," katanya dengan suara lembut yang menenangkan.
"Terima kasih, Tante," jawab Aisha dengan sopan, menundukkan kepala sedikit.
Di belakang Amanda berdiri Aditya Yudistira, ayah Arya, dengan aura wibawa yang kuat, dan Azka Yudistira, adik laki-laki Arya yang terlihat dingin namun penasaran.
Aisha yang bergantian ke arah Aditya dan bersalaman, "Aisha, saya Aditya, Papa Arya. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu. Arya sering menceritakan tentang kamu."
Aditya yang menerima bersalaman dengan Aisha. "Senang bertemu dengan Bapak. Terima kasih sudah menerima saya di sini."
Azka, yang berdiri sedikit di belakang, memandang Aisha dengan tatapan penuh evaluasi. "Kakak akhirnya membawa seseorang ke rumah," gumamnya. "Aku pikir hari ini tidak akan pernah datang."
Arya terkekeh. "Diam, Azka. Jangan merusak! Atau uang jajanmu kakak potong!"
Azka tersenyum tipis dan menunduk sedikit pada Aisha. "Aku Azka, adik Arya. Selamat datang."
Aisha tersenyum lembut. "Terima kasih, Azka. Senang bertemu denganmu."
Mereka langsing menuju meja makan di mansion yang besar, dihiasi lilin dan bunga segar. Semua hidangan terlihat mewah, namun suasana awal makan malam cukup sunyi, hanya diiringi suara alat makan yang berbenturan dengan piring. Aisha berusaha tetap tenang, meskipun ia merasa diawasi oleh keluarga Arya.
Setelah makan malam selesai, mereka pindah ke ruang tamu yang lebih santai. Amanda menuangkan teh untuk semua orang, sementara Aditya membuka percakapan.
"Jadi, Arya, apa ini pilihanmu?" tanya Aditya dengan nada serius.
Arya duduk lebih tegak, lalu menggenggam tangan Aisha di depannya. "Pa, Ma, aku membawa Aisha ke sini karena dia adalah wanita yang ingin aku habiskan hidupku bersamanya. Aku ingin meminta restu kalian untuk melangkah lebih jauh."
Amanda tersenyum lembut, sementara Aditya mengangguk kecil. "Kami percaya pada keputusanmu, Arya. Tapi seperti yang kamu tahu, setiap keputusan besar datang dengan tanggung jawab."
Aditya menatap Aisha dengan serius. "Aisha, keluargaku memiliki prinsip bahwa setiap anggota keluarga harus mandiri sebelum sepenuhnya menjadi bagian dari keluarga ini. Apakah kamu siap untuk itu?"
Aisha mengangguk tanpa ragu. "Saya mengerti, Pak. Dan saya siap belajar serta menghadapi tantangan apa pun bersama Arya."
Azka, yang duduk sambil memegang cangkir tehnya, tiba-tiba berkata, "Aku suka dia. Kak Arya tidak pernah membawa siapa pun sebelumnya. Jadi, kalau dia membawamu kesini Kak, itu berarti kamu spesial. Aku setuju."
Aisha tersenyum kecil, merasa sedikit lega dengan komentar Azka.
Amanda akhirnya angkat bicara. "Aisha, aku percaya Arya membuat keputusan yang tepat. Dan aku akan sangat senang jika kamu menjadi bagian dari keluarga ini."
Aditya menambahkan, "Kalau begitu, ada satu syarat cepat menikah. Aku tidak ingin menunggu terlalu lama. Arya, jika kamu serius, kami ingin pernikahan segera dilaksanakan."
Arya tersenyum lebar, lalu menatap Aisha dengan penuh cinta. "Tentu, Pa. Aku setuju."
Aisha, meskipun terkejut, akhirnya tersenyum dan mengangguk. Keluarganya itu kini mengucapkan rasa syukur. Untuk waktunya, tentu saja keluarga Arya harus berkunjung ke kelaurga Aisha.
Setelah pertemuan selesai, Arya membawa Aisha ke balkon mansion yang menghadap ke taman luas dengan lampu-lampu kecil berkelap-kelip.
"Aisha," Arya memulai, menggenggam tangan Aisha erat. "Malam ini, keluargaku sudah memberikan restu. Tapi aku ingin mendengar langsung darimu. Maukah kamu menikah denganku?"
Aisha tersenyum, air matanya mengalir. "Arya, aku tidak pernah menyangka akan menemukan seseorang sepertimu. Jawabannya adalah ya. Aku mau menikah denganmu."
Arya tersenyum lebar, mengeluarkan cincin dari saku jasnya, lalu memasangkannya di jari manis Aisha. "Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku, Aisha."
Mereka saling berpelukan di bawah langit malam, sementara di kejauhan, keluarga Arya tersenyum melihat kebahagiaan mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.