Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
"Wah pengantin baru dah nongkrong kesini nih! Dah malam pertama belum?" tanya Hardi seraya ngeledek.
"Masih tanggal merah." ucap Hasyim asal.
"Gagal dong jebol gawang! Gimana seru gak nikah?" tanya Hardi kepo.
"Nikah sana biar tau rasanya." kata Hasyim.
"Perempuan merepotkan. Enak begini sendiri alias Jomblo, bebas!" ucap Hardi.
Hasyim duduk dengan mengeluarkan rokok dari saku celananya lalu memantik dengan korek. Mereka cukup lama ngobrol lalu terdengar suara adzan.
"Aku pergi dulu ya!" pamit Hasyim.
"Mau kemana? Buru² amat!" tanya Hardi.
"Taubat Bro."
"Ha?" ucap Hardi sambil garuk² kepala yang tidak gatal.
***
Usai shalat Hasyim berdoa.
"Ya Allah... Aku bertaubat kepadamu, semoga aku bisa jadi suami yang baik buat isteriku. Aku memang tidak mencintai dia, bahkan aku menikahinya hanya terpaksa karena ibu, aku ingin lepas dari jeratan orang tuaku yang selalu mengekangku. Ampuni aku ya Allah! Aamiin." Doa Hasyim dalam hati dengan tulus.
"Dari mana kak?" tanya Hana setelah Hasyim masuk ke dalam rumah.
"Dari masjid. Sudah shalat?" Hana hanya mengangguk lalu berdiri menyambut suaminya.
"Kakak mau makan sekarang?" tanya Hana mengikuti arah suaminya ke dalam kamar.
"Sebentar dulu. Istirahat dulu sebentar!" jawabnya seraya merebahkan badannya di atas kasur.
"Ok kak, nanti kalau lapar panggil saja aku, aku didepan televisi kak."
"Iya yank." jawabnya masih fokus dengan hp.
Hana keluar lalu duduk di sofa depan televisi.
"Hasyim mana?" tanya ayah Limin.
"Dikamar yah, sedang istirahat."
"Memangnya dari mana dia?"
"Dari masjid yah!" jawab Hana jujur.
"Kasih tau suamimu itu Hana, supaya kurangi nongkrong sama rokoknya! Apa itu begitu terus dia kerja." saran ayah pada menantunya.
"Iya ayah." jawab Hana singkat.
"Kak Hasyim merokok." gumam Hana sambil manggut². "Baru tau aku!" gumamnya lagi.
"Sana makan, ajak suamimu!" perintah ibu Setia.
"Iya bu, kak Hasyim masih istirahat. Nanti saja kami makan."
"Makan yang banyak biar gemuk!" ucap ayah Limin, pasalnya body mereka besar². Hahaha.
"Untung kak Hasyim body nya tinggi jadi bagus. Ups." gumam Hana dalam hati lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Hasyim, ajak isterimu makan!" panggil ibu Setia.
"Iya bu." sahut Hasyim dari dalam kamar.
Kemudian Hana makan bersama Hasyim berdua didapur.
"Hasyim, kamu jangan dulu pindah ke pondok karena belum ada satu minggu disini! Atau sepuluh hari lah paling lama." ujar Kakek Hasyim yang tiba² muncul.
"Kenapa begitu kek?"
"Iya karena begitu aturan suku Jawa, ikuti saja! Pamali kalau melanggar adat." ucap kakek.
"Iya kek." jawab Hasyim singkat. Usai makan mereka duduk² santai sambil cerita.
"Jadi Hana masih kuliah S2?" tanya ayah.
"Iya ayah, baru selesai olah data dan rencana mau bimbingan sebelum seminar hasil." jelas Hana.
"Bagus itu! Itu suamimu suruh juga kuliah lagi." perintah ayah Limin, Hana hanya tersenyum menanggapinya.
"Bagaimana mau lanjut S2, S1 saja baru selesai!" sahut ibu Setia.
"Justru bagus kalau baru selesai kemudian langsung lanjut bu, otaknya masih fresh." jawab Hana pelan tapi masih didengar semuanya.
"Iya kalau gitu, kalau dianya aja malas bikin habis uang saja! Dia itu masuk kuliah tahun 2011 atau 2012 gitu, ibu juga lupa. Lastri saja sudah selesai duluan dia lambat!" jelas ibu Setia tentang Hasyim ke menantunya.
"Lama juga kak Hasyim kuliah." hanya mampu diucapkan dalam hati oleh Hana.
"Ambil jurusan apa Hana?" tanya ayah Limin lagi mengalihkan pembicaraan.
"Manajemen Pendidikan Islam ayah!"
"Sudah semester berapa? Kok sudah meneliti?" tanyanya beruntun.
"Semester tiga ayah." jawab Hana singkat.
"Nanti mau kerja atau bagaimana kalau sudah S2?" tanyanya lagi.
"Nanti dipikirkan lagi ayah, karena setelah menikah belum kami bicarakan masalah itu!" jawab Hana jujur.
"Iya. Bagus kalau kerja supaya bisa bantu suami." ucap ayah Limin. Hana hanya mengangguk saja.
"Lah kenapa pale ibu mertua tidak kerja, berarti tidak bantu suami dong! Entahlah, bodo amat." gumam Hana dalam hati.
***
Malam harinya
"Hana, besok mau k pergi kerja. Kalau kamu bosan dirumah kamu bisa datangi kosmu. Adikmu ada dikos kan?" tanya Hasyim.
"Iya kak. Besok aku dirumah saja sampai kakak pulang, biar adik yang berkunjung kesini kak." ucap Hana.
"Ok. Terserah kamu saja Hana yang penting sudah ku ingatkan."
"Iya kak. Tidak masalah! Terima kasih." ucap Hana tulus.
"Hana, bolehkah?" tanya Hasyim.
"Maksud kakak apa?" tanyanya polos.
"Bolehkah kalau nama panggilan kamu diganti? Begitu juga aku!" tanyanya. Padahal awalnya bukan itu yang dia inginkan, tetapi Hana tidak peka! "Hahaha, sabar kak Hasyim." Ucap Author.
"Tentu kak. Kakak mau dipanggil apa?"
"Gimana kalau Yank, supaya sama?" tanya Hasyim.
"Boleh kak." jawab Hana sambil tersenyum. Bagaimana Hasyim tidak tergoda, dia laki² normal dan Hana memakai pakaian tidur yang seksi.
"Ayo tidur, besok aku harus kerja!" ajak Hasyim.
"Hasyim, antar dulu kakekmu ke rumah om nak!" panggil ibu Setia.
"Kenapa lagi itu!" gumam Hasyim pelan, lalu dia bangkit dari pembaringan nyamannya. "Kenapa gak bermalam saja kek??" tanya Hasyim.
"Kakekmu ingin bermalam disana sebelum pulang!" Hasyim mengangguk lalu mengambil kunci motornya dan berjalan keluar rumah untuk mengeluarkan motor dari garasi.
"Ini jam berapa sih kek? Kenapa gak bermalam saja?" tanya Hasyim.
"Besok lusa kakek mau pulang jadi pengen bermalam ditempat lain dulu Hasyim. Baru juga jam sembilan."
"Ayo kek." ajaknya. Kakek naik diboncengan Hasyim dengan berpegangan besi motor dibelakang.
"Tadi kakek mau minta tolong Abdul tapi dia bilang lagi sibuk main game, jadi ibumu bilang biar kamu yang antar." jelas kakek yang merasa kasihan dengan pengantin baru sudah diganggui terus. Hasyim hanya mendengar saja dan masih fokus dengan jalanan.
"Aku langsung pulang ya kek, om!" pamit Hasyim setelah sampai mengantar kakek dirumah omnya.
"Sudah menikah dan belum sama saja, bentar² suruh ini, bentar² suruh itu! Belum pernah masuk gawang lagi." gerutu Hasyim saat pulang kerumah.
"Hay Hardi. Ngapain?" tanya Hasyim ketika tiba didepan rumah Hardi.
"Video call cewek Bro!" bisiknya pada Hasyim.
"Tumben." Hasyim hanya mengedikan bahu lalu melanjutkan langkah untuk pulang ke rumah.
"Huf ternyata Hana sudah tidur." gumam Hasyim ketika masuk dalam kamarnya.
***
Hasyim kembali bekerja setelah cuti menikah.
"Cie... Pengantin baru sudah kerja! Emang gak honeymoon?" tanya pak Kahar.
"Yang penting udah gol pak, biarpun dirumah atau dimana sama saja!" ledek bu Lia.
"Emang sudah gol?" tanya pak Kahar. "Muka masih kusut." ucapnya.
"Kasih gol cepat Hasyim, nikmat tau! Hahaha." ledek bu Lia sambil tertawa ngakak.
"Kalian ini, masalah pribadi itu! Tapi boleh juga dibagi²." ucap bu Darma.
"Parah ini ibu." sahut pak Kahar. "Gaya kuda bagus Hasyim." lanjutnya.
"Hahahaha." mereka semua tertawa.
"Semua gaya saya coba pak." jawab Hasyim asal. "Rasanya aja belum tau, gimana mau tau gayanya!" gumamnya pelan.
Tring
'Jemput saya dikantor, kita mau survey lapangan!' masuk chat dari sang ayah.
'Baru k duduk ini yah, bisa sopir yang lain disana kita suruh yah!' tawar Hasyim.
Tring tring tring
'Halo. Iya pak.' saat Kahar mengangkat telfon.
'Ada kegiatan apa dikantor situ?' tanya ayah Limin.
'Masih sementara absen pak, belum ada kegiatan yang urgen pak. Ada apa pak?' tanyanya sopan.
'Kamu suruh Hasyim ke kantor saya, disini butuh sopir karena mau ada kegiatan di luar kantor.' jelasnya.
'Baik pak.' telfon ditutup lalu dia samperin Hasyim. "Sana ke kantor Bos, butuh sopir." ujar pak Kahar ketus.
"Siapa sih Har?" tanya bu Lia.
"Pak Limin, siapa lagi yang suruh² Hasyim. Bos besarnya!" ledek pak Kahar.
"Oh. Biarlah jadi anak berbakti. Sana Hasyim nanti kamu kena imbasnya kalau lambat!" perintah Bu Lia.
Hasyim bangkit dari duduknya lalu meninggalkan kantor menuju kantor ayah Limin.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆