"Rangga, gue suka sama lo!"
Mencintai dalam diam tak selamanya efektif, terkadang kita harus sedikit memberi ruang bagi cinta itu untuk bersemi menjadi satu.
•
Rangga Dinata, sosok pemuda tampan idola sekolah & merupakan kapten tim basket di sekolahnya, berhasil memikat hati sosok wanita cantik yang pintar dan manis—Fira. Ya itulah namanya, Fira si imut yang selama ini memendam perasaannya kepada kapten basket tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Realita yang menghantui
Hubungan Fira dan Rangga semakin dekat dari hari ke hari. Apa yang dulu terasa seperti mimpi yang tak terjangkau kini seolah menjadi bagian dari keseharian Fira. Sesi belajar di perpustakaan berubah menjadi momen yang selalu dinanti-nantikan Fira. Bukan hanya tentang matematika lagi, tetapi tentang percakapan ringan, tawa yang mereka bagi, dan kehangatan yang mulai menyelimuti mereka berdua.
Namun, seiring dengan kedekatan yang semakin terjalin, perasaan Fira pun semakin sulit ditahan. Ia tak lagi hanya sekadar kagum atau tertarik; ia jatuh cinta, dan perasaannya semakin dalam setiap harinya. Meski begitu, Fira tetap tak berani menyatakannya. Setiap kali ia berhadapan dengan Rangga, ia selalu berusaha menutupi apa yang ada di hatinya dengan senyum dan canda, takut merusak apa yang telah mereka bangun.
Di sisi lain, Fira juga mulai merasakan tekanan dari lingkungan sekitarnya. Teman-temannya mulai memperhatikan kedekatan antara dirinya dan Rangga. Desas-desus pun mulai beredar, meskipun tidak ada yang benar-benar berani bertanya langsung. Namun, Fira bisa merasakan tatapan penuh rasa ingin tahu ketika mereka berdua terlihat bersama.
Suatu sore setelah sesi belajar matematika selesai, Fira dan Rangga memutuskan untuk berjalan-jalan di taman dekat sekolah. Matahari sudah hampir tenggelam, dan suasana terasa begitu tenang. Rangga tampak lebih santai daripada biasanya, seolah ada beban yang baru saja lepas dari pundaknya.
"Lo seneng nggak, Fir, selama ini bisa bantuin gue belajar?" tanya Rangga tiba-tiba, memecah keheningan.
Fira menatapnya sambil tersenyum. "Tentu aja seneng. Lo kan udah jadi murid gue yang paling rajin," candanya, meski di dalam hatinya, Fira tahu bahwa belajar bukanlah satu-satunya alasan mengapa dia begitu menikmati setiap waktu bersama Rangga.
Rangga tertawa kecil, tapi kemudian wajahnya berubah serius. "Gue juga seneng. Malah gue ngerasa lebih dari itu."
Perkataan Rangga membuat Fira terdiam. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat, dan hatinya tak bisa berhenti berharap. Apakah mungkin Rangga merasakan hal yang sama? Apakah semua ini hanya perasaannya saja, atau ada sesuatu yang lebih dalam hubungan mereka?
"Lebih dari itu?" tanya Fira dengan hati-hati, berusaha menahan harapannya agar tidak terlalu tinggi.
Rangga menoleh padanya, dan untuk pertama kalinya, ada sorot mata yang berbeda dalam tatapan Rangga. “Gue nggak pernah bilang ini ke siapa pun, tapi selama beberapa bulan terakhir, lo jadi orang yang penting buat gue, Fir.”
Perkataan Rangga membuat seluruh dunia Fira terasa berhenti. Ia ingin membalas, ingin mengatakan bahwa perasaan itu sama, bahkan mungkin lebih kuat. Namun, kata-kata terasa seperti tersangkut di tenggorokannya. Sebelum dia sempat mengatakan apapun, Rangga melanjutkan.
"Gue nggak tahu ini cuma perasaan gue atau lo juga ngerasain hal yang sama. Tapi gue mau jujur. Fira, gue suka lo."
Perkataan itu terjatuh di antara mereka seperti bom waktu. Detik-detik setelahnya terasa seperti keabadian bagi Fira. Bagaimana mungkin ia bisa merespon hal itu? Selama ini, Fira selalu berpikir bahwa perasaannya akan tetap menjadi rahasia. Ia tak pernah membayangkan bahwa Rangga, sosok yang begitu ia kagumi, akan merasakan hal yang sama.
"Rangga..." suara Fira terdengar pelan, hampir berbisik. "Gue juga suka lo."
Rangga tersenyum lega, seolah beban berat yang selama ini ia bawa akhirnya terangkat. Dia mendekat sedikit, menyentuh tangan Fira dengan lembut. “Gue seneng denger itu.”
Fira merasa dunianya berubah total dalam sekejap. Semua rasa takut dan khawatir yang selama ini menghantuinya hilang begitu saja. Di bawah langit senja yang indah, Fira merasakan kehangatan yang luar biasa mengisi hatinya. Mereka berdua duduk di sana, tanpa kata-kata, hanya menikmati kebersamaan yang terasa begitu sempurna.
Namun, di tengah kebahagiaan itu, Fira tahu bahwa semuanya tidak akan selalu semudah ini. Ada banyak hal yang masih harus mereka hadapi, baik dari teman-teman mereka, dari lingkungan sekolah, maupun dari diri mereka sendiri. Namun untuk saat ini, Fira memilih untuk tidak memikirkannya. Dia hanya ingin menikmati momen ini—momen ketika hatinya akhirnya menemukan tempat yang tepat.
Keesokan harinya, Fira datang ke sekolah dengan perasaan campur aduk. Setelah pengakuan perasaan mereka kemarin, segalanya terasa berubah. Ia tak lagi merasa canggung atau gugup ketika melihat Rangga. Namun, di sisi lain, ada perasaan tidak nyaman yang mulai menggelayuti hatinya.
Saat Fira duduk di bangku kelasnya, Dinda mendekatinya dengan wajah penuh rasa ingin tahu. “Fir, gue denger lo deket banget sama Rangga. Bener, kan?”
Pertanyaan itu seolah menjadi sinyal bahwa gosip sudah mulai menyebar di antara teman-teman mereka. Fira terdiam sejenak, tidak tahu bagaimana harus menjawab. Ia tak ingin membicarakan hal ini dengan sembarangan, terutama dengan orang lain yang mungkin hanya ingin tahu tanpa peduli.
"Ya... bisa dibilang gitu, Din," jawab Fira dengan hati-hati.
Dinda tersenyum lebar, jelas terkejut tapi juga senang mendengar kabar itu. "Gila lo! Gue enggak nyangka banget. Rangga tuh cowok paling populer di sekolah, dan sekarang lo pacaran sama dia? Gimana ceritanya?"
Fira tersipu malu, merasa risih dengan cara Dinda merespon. Ia tak pernah ingin hubungannya dengan Rangga menjadi pusat perhatian. Sebenarnya, dia lebih suka jika semua ini tetap menjadi hal pribadi di antara mereka berdua.
“Bukan pacaran, Din. Kita cuma deket aja,” jawab Fira sambil mencoba meredam desas-desus yang mulai menyebar.
Namun, yang Fira tak sadari adalah gosip tentang dirinya dan Rangga sudah meluas lebih cepat daripada yang dia bayangkan. Di sepanjang koridor, dia bisa merasakan tatapan teman-teman yang menyorot penuh rasa ingin tahu setiap kali ia berjalan. Beberapa kali ia mendengar bisikan-bisikan ketika namanya disebut bersama dengan nama Rangga.
Dan di tengah semua itu, Fira merasakan sesuatu yang lebih mengganggu: kecemburuan dari beberapa siswi lain. Seperti yang Dinda katakan, Rangga adalah sosok yang populer, dan banyak yang mengaguminya dari jauh, sama seperti Fira dulu. Namun kini, mereka melihat Fira sebagai orang yang berhasil mendekati Rangga, dan hal itu memicu ketidaknyamanan di antara sebagian dari mereka.
Sore itu, setelah sekolah usai, Fira bertemu Rangga seperti biasa. Namun, kali ini suasananya berbeda. Mereka duduk di taman, tetapi Rangga terlihat lebih tenang dan pendiam daripada biasanya.
“Lo kenapa?” tanya Fira, merasa ada yang tidak beres.
Rangga menatapnya sejenak, lalu menghela napas. “Gue denger dari beberapa orang kalau lo jadi bahan omongan di sekolah. Gue minta maaf kalau ini semua bikin lo nggak nyaman.”
Fira terdiam, hatinya sedikit terenyuh mendengar Rangga menyadari hal itu. "Gue tahu ini bakal terjadi, Rangga. Tapi gue nggak nyangka kalau semua orang akan bereaksi secepat ini."
Rangga mengangguk, lalu menggenggam tangan Fira dengan lembut. “Gue juga nggak nyangka. Tapi lo harus tau, gue nggak peduli sama apa yang orang lain pikirin. Yang penting sekarang adalah kita, bukan mereka.”
Fira tersenyum mendengar kata-kata itu. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa kata-kata Rangga tidak akan serta-merta menghilangkan semua masalah yang akan datang. Kebenarannya adalah, semakin besar perhatian orang lain terhadap hubungan mereka, semakin sulit bagi Fira untuk menjalani hari-harinya dengan tenang.
Meski begitu, untuk sekarang, ia memilih untuk mempercayai Rangga. Mungkin realita memang akan terus menghantui, tapi Fira yakin bahwa selama mereka saling mendukung, semua masalah bisa dihadapi bersama.
Bab 4 selesai. Semoga kamu menikmati kelanjutan ceritanya!