Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: "Cinta dalam Diam" – POV Dani
Di ruang rumah sakit yang sunyi, Dani duduk di sebelah ranjang istrinya, Dahlia, yang masih terbaring lemah setelah kecelakaan itu. Hatinya dipenuhi kekhawatiran, namun, di balik ketakutan itu, ada rasa lain yang menguasainya sejak pertemuannya kembali dengan Aisha.
Dani: (dalam hati) "Dahlia, aku tahu kamu pasti kuat dan bisa menjaga anak kita, karena kamu yang selalu meyakinkan aku."
Memegang tangan Dahlia dan menciumnya, lalu mengusap perut besar istrinya dan menciumnya juga.
Dani: "Anak Papa pasti kuat, sama seperti Mamamu, terima kasih telah mau berjuang."
Dani memandang Dahlia dengan tatapan penuh sayang, tetapi pikirannya tak bisa lepas dari sosok Aisha. Mengapa harus bertemu lagi sekarang? Mengapa harus di saat aku sudah berumah tangga? batinnya berkecamuk, mencoba mencari alasan di balik perasaannya yang muncul kembali. Hatinya terasa dihimpit, di satu sisi ada Dahlia yang sudah menjadi istrinya, namun di sisi lain, ada cinta yang ia pendam begitu lama untuk Aisha, cinta yang belum pernah benar-benar hilang.
Dani: (dalam hati)“Aisha… aku selalu mencintaimu."
Ia tahu, selama bertahun-tahun, ia hanya bisa menatap Aisha dari jauh, dengan status sahabat sebagai tameng, berusaha menekan perasaannya. Tetapi, melihat Aisha lagi, bahagia dan seolah telah melupakan masa lalu mereka, itu membuat hatinya perih.
***
Kenangan Masa SMA Bersama Aisha.
Dani termenung, mengingat saat-saat ia dan Aisha bersama di masa SMA. Mereka adalah sahabat yang tak terpisahkan. Bahkan, Dani masih ingat percakapan-percakapan kecil mereka, penuh canda dan tawa yang dulu membuat harinya selalu terasa lengkap.
Dani: "Sha, aku bawa buku tambahan buat tugas desain." Saat mereka duduk di kantin. Aisha tersenyum lebar, wajahnya berseri.
Aisha: "Ya ampun, Dan, kamu tuh kayaknya lebih ngerti dari aku soal desain. Harusnya aku yang bantu kamu, bukannya kamu yang selalu bantuin aku."
Dani: (terkekeh) "Bukan masalah ngerti atau enggak. Aku suka aja bantuin kamu, Sha."
Aisha menatapnya penuh rasa terima kasih. Mereka saling melengkapi dalam hal akademik. Setiap kali Dani merasa kesulitan dengan tugas ekonomi, Aisha selalu siap membantu, dan begitu pula sebaliknya.
Suatu ketika, Aisha didekati oleh teman sekelas mereka, Andre, yang mulai menunjukkan ketertarikan. Namun, tanpa sepengetahuan Aisha, Dani diam-diam merasa cemburu. Saat melihat Andre mendekati Aisha, Dani langsung datang menghampiri.
Dani: "Hei, Sha! Andre ngajak kamu keluar ya? Tapi kan kamu janji sama aku belajar buat ulangan besok."
Mencoba menjaga nada suaranya tetap santai meski ada sedikit rasa cemburu.
Andre tersenyum kecut dan akhirnya mundur. Setelah itu, Dani dan Aisha menghabiskan waktu bersama seperti biasa. Aisha tak pernah tahu, Dani sengaja 'melindunginya' dari pria-pria lain, karena di dalam hatinya, Dani menganggap Aisha lebih dari sekadar sahabat.
Dani juga teringat saat salah satu pacarnya dulu melabrak Aisha.
Nadine: (tatapan tajam) "Aisha, kamu itu sahabat kan, tapi kenapa Dani lebih pilih belajar sama kamu daripada jalan sama aku?"
Aisha terkejut, tak mengerti kenapa dirinya jadi sasaran amarah.
Aisha: (mencoba menenangkan) "Aku… aku cuma sahabat Dani, gak lebih." jawab Aisha canggung, mencoba menenangkan Nadine.
Namun, ketika Dani mendengar kabar itu, ia langsung memutuskan Nadine tanpa penjelasan panjang.
Dani: "Maaf, Nadine. Kalau kamu gak bisa terima persahabatan aku sama Aisha, kita mending putus aja."
Saat itu, Dani memilih bersama Aisha, meski harus mengorbankan hubungan lainnya. Nadine dan hampir semua mantannya sangat membenci Aisha, karena berfikir mendominasi Dani, tidak memberikan waktu lebih banyak pada hubungan cintanya, selalu menjadi obat nyamuk.
***
Pikirannya kembali ke pertemuan tak terduga dengan Aisha di rumah sakit. Rasa bahagia dan kesedihan bercampur jadi satu. Saat Aisha dan Arya datang membantunya saat kecelakaan, Dani merasa cemburu melihat perhatian Arya pada Aisha. Namun, saat itu, dia hanya bisa memasang senyum tipis, mencoba menutupi perasaannya.
Di rumah sakit, Dani berusaha bersikap biasa saat bertemu Aisha.
Dani: (berusaha tetap tenang) "Aisha... terima kasih ya. Kalau bukan karena kamu dan Arya, mungkin aku gak akan bisa bawa Dahlia ke rumah sakit tepat waktu."
Aisha: (tersenyum hangat) "Gak usah sungkan, Dan. Kita kan sahabat. Aku juga tidak menyangka ternyata wanita itu adalah istrimu, selamat ya."
Kata-kata Aisha membuat hati Dani bergetar. "Sahabat… ya, kita cuma sahabat." Dani berusaha menelan kenyataan itu, meski hatinya berteriak, ingin sekali mengubah status tersebut menjadi lebih dari sekadar sahabat. Tapi kenyataan bahwa ia sudah memiliki Dahlia membuatnya mundur.
Di sisi lain, saat mereka mengobrol, Arya terlihat mendampingi Aisha dengan penuh perhatian. Saat melihat Arya memegang tangan Aisha, Dani merasakan perih yang mendalam.
Dani: (dalam hati) "Kalau saja waktu itu aku berani mengungkapkan perasaanku, mungkin sekarang aku yang di posisi Arya."
Ketika Aisha meninggalkan ruang perawatan, Dani kembali termenung.
Dani: (melamun) "Apakah cinta yang kupendam ini benar-benar hanya untukku sendiri? Apakah aku harus terus menahan perasaan ini dan membiarkan Aisha bahagia dengan Arya?"
***
Dani memandang Dahlia yang masih tertidur lelap. Dahlia adalah sosok yang penuh perhatian dan penyayang, seseorang yang membantunya berdamai dengan hatinya setelah Aisha pergi. Ia teringat bagaimana Dahlia yang pertama kali mengutarakan perasaannya, yang memberinya keberanian untuk mencoba membuka hati. Dani berpikir saat itu bahwa ia mungkin tidak akan bertemu Aisha lagi, jadi ia memutuskan untuk memberi kesempatan pada Dahlia dan berusaha mencintainya sepenuh hati.
Namun, bayangan Aisha tak pernah sepenuhnya hilang. Ketika akhirnya ia bertemu kembali dengan Aisha, perasaannya kembali bergemuruh. Sekarang, rasa bersalah menghantuinya setiap kali ia memandang Dahlia.
Dani: (dalam hati) “Aku tak pernah benar-benar melupakanmu, Aisha.”
Sore hati di rumah sakit Dani menunduk di sisi Dahlia yang terbaring. Hatinya terasa semakin berat. Pertemuan kembali dengan Aisha membuatnya semakin yakin bahwa perasaannya pada Aisha tidak pernah pudar.
Dani: (berbisik) "Kalau saja dulu aku berani mengatakan yang sebenarnya, mungkin kita tak akan berada dalam situasi seperti ini."
Bayang-bayang cinta pertama yang tak terucap itu membuat Dani kini dihantui pilihan yang sulit. Tetap setia pada Dahlia, atau menghadapi kenyataan bahwa cintanya pada Aisha tak pernah benar-benar hilang.
Dani menatap langit-langit kamar, penuh keraguan.
Dani: “Apakah aku bisa terus hidup dengan cinta yang tersimpan ini?”
Perasaan Dani yang campur aduk antara cinta, tanggung jawab, dan kesetiaan. Rasa cinta Dani untuk Aisha masih begitu kuat, menciptakan dilema yang menyentuh hati di setiap batinnya.
Tanpa Dani tahu, ternyata Dahlia mendengar semua yang ia ucapkan, betapa sakitnya saat ini hati Dahlia. Tapi ia berusaha menahan dan tidak mengeluarkan air matanya di depan suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.