Demi menjaga nama baiknya sendiri Aylin sampai rela terjerat dosennya yang galak.
"Pak Aland = Sialand." Aylin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDG Bab 26 - Selalu Berhasil Membuatnya Bergejolak
Aylin masuk ke dalam rumahnya dengan begitu riang, masih pula memeluk bunga mawarnya di depan dada.
Namun alangkah terkejutnya Aylin ketika di ruang tengah dia bertemu dengan Kiara dan sang kakak ipar-Naina. Baru sadar jika bunga yang dia bawa begitu mencolok. Untung saja gelang pemberian sang dosen tertutup baju panjangnya, jadi tidak begitu terlihat.
Aylin memang memilih baju olah raga setelan panjang, celana panjang dan baju lengan panjang pula.
"Aylin, sudah pulang, sini duduk dulu," panggil kak Naina. Dia ingin mendengar cerita Aylin malam ini, sebab adik iparnya itu terlihat begitu bahagia.
Rona yang terpancar di wajahnya seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Karena itulah dia penasaran, pria seperti apa yang mampu menyentuh hati sang adik ipar.
Dipanggil oleh sang kakak tentu Aylin menurut, dia duduk di samping Kiara. Jadi mereka bertiga duduk berdampingan.
Kiara dan kak Naina langsung menatap Aylin yang malam ini jadi pusat perhatian.
"Kamu makan malam bersama teman-temanmu menggunakan baju ini? sangat tidak cantik," celetuk kak Naina.
Aylin mencebik dan Kiara terkekeh sendiri.
"Aku tadi kembali lagi ke hotel untuk mengambil dasi Kak Dean yang tertinggal, tapi kamu sudah tidak ada, kamu pergi kemana?" tanya Kiara kemudian.
"Menemui Joana, dia ada di kamar samping."
"Oh, ponselmu ditinggal aku pikir kemana."
Aylin hanya tersenyum kikuk, kini dia punya keahlian baru, yaitu berbohong. Joana adalah salah satu teman sekelasnya, tidak terlalu dekat tapi hubungan mereka baik dan Kiara pun mengenalnya juga.
"Kamu dapat bunga dari siapa? Apa William?" tanya kak Naina tak kalah antusias, selama acara wisuda tadi Aylin dan William sering digoda oleh teman-temannya, jadi kak Naina pikir memang benar Aylin memiliki hubungan dengan pria tampan tersebut.
"Tidak, ini bukan dari William, aku beli sendiri tadi," kilah Aylin.
"Beli sendiri?" tanya Kiara dan kak Naina secara bersamaan, merasa curiga dan tidak percaya dengan jawaban Aylin tersebut.
"Iya! Tadi ada penjual bunga, jadi aku kasihan, terus aku beli!" balas Aylin, jadi bicara menggebu-gebu saat sedang gugup seperti ini.
"Mana ada penjual bunga yang terlihat kasihan, penjual bunga itu kaya-kaya," balas Kak Naina, ngeyel.
"Hih! Ya sudah kalau tidak percaya!" balas Aylin.
"Jangan teriak-teriak, nanti bayi kak Naina kaget," sahut Kiara, kak Naina saat ini memang tengah mengandung, sekitar 1 bulan lagi dia akan melahirkan.
"Jujur saja Ay, kamu dapat bunga ini dari seorang pria kan?" tanya kak Naina lagi, malah meledek.
"Bukan Kak! Aku beli sendiri."
"Bohong."
"Kak Nainaaa!" kesal Aylin.
"Aduh berisik, ayo kita tidur saja," sahut Kiara, telinganya seperti ingin pecah mendengar perdebatan kedua wanita itu.
Mom Aresha yang sudah masuk ke dalam kamar sampai ke luar lagi menuju ruang tengah.
"Ada apa sih? Malam-malam begini berisik sekali," tanya mom Aresha, dia lihat Aylin sudah pulang dan langsung memeriksa jam, masih setengah 9, berarti aman.
"Lihat Mom, Aylin dapat bunga dari pacarnya," ucap kak Naina, makin menggoda Aylin.
"Tidak Mom! ini aku beli sendiri! Aku beli sendiri!" balas Aylin pula.
Dan mom Aresha hanya mampu menutup telinganya menggunakan telunjuk.
Kak Nickolas kemudian keluar dari ruang kerjanya dan menuju ruang tengah juga. "Ayo kita tidur sayang," ucap Nick, langsung memeluk pinggang sang istri untuk meninggalkan kegaduhan tersebut.
"Iya Sayangh," balas Naina yang selalu manja dengan sang suami.
"Kalian istirahat lah juga," titah mom Aresha pada Aylin dan Kiara, kedua gadis itu mengangguk patuh.
Masuk ke dalam kamarnya, Aylin meletakkan bunga mawar ini di atas ranjang. Rasanya malam ini pun ingin tidur bersama bunga tersebut.
Iseng-iseng Aylin memeriksa ponselnya, diam-diam mengharapkan ada pesan masuk dari sang dosen. Tapi ternyata tidak ada satupun notifikasi dari pria itu. Justru banyak pesan dari grup kelasnya.
Seraya tiduran Aylin membaca semua pesan tersebut, beberapa teman ada yang mulai meminta maaf jika selama ini pernah melakukan kesalahan.
Semua teman-temannya banyak yang mengucapkan permintaan maaf pada William.
Aylin akhirnya ikut mengirim pesan dalam obrolan grup tersebut.
'Aku juga ingin meminta maaf pada kalian semua, terutama William, Nora dan Sella. Semoga setelah ini hubungan kita jadi lebih baik, tak ada perselisihan lagi.' tulis Aylin dan dikirim, dia merasa tak rendah diri meski mengucapkan kata maaf lebih dulu.
Sekarang mereka telah tumbuh semakin dewasa, rasanya mengakhiri semua perdebatan adalah yang terbaik.
Nora di rumahnya sana juga merasa terenyuh saat membaca pesan yang dikirim oleh Aylin. Hari ini memang sangat bersejarah bagi mereka semua, setelah tiga setengah tahun menempuh pendidikan bersama-sama dan kini akan berpisah dengan kehidupan masing-masing.
Meskipun mereka berdua akan bekerja di perusahaan yang sama, tapi rasanya akan tetap banyak yang berubah.
Sella juga merasa sedih sendiri saat membaca pesan Aylin, tapi dia tak punya keberanian untuk menjawab lebih dulu. Sella ingin tahu bagaimana respon Nora.
'Maafkan aku juga Aylin, selama ini aku selalu mengganggumu, aku selalu menciptakan persaingan diantara kita,' balas Nora akhirnya.
Mereka saling mengucapkan kata maaf disaksikan oleh seluru teman-temannya dalam obrolan tersebut.
'Akhirnya kalian damai juga, aku senang melihatnya.' balas yang lain.
'Haruskah kita buat perayaan?'
'Tidak-tidak, besok aku mulai sibuk dengan pekerjaan.' sahut yang lain dan membuat semua orang tertawa.
Aylin di dalam kamarnya pun terkekeh juga. Sampai akhirnya satu pesan masuk dari pak Aland membuat Aylin tergugu.
Ada desiran di dalam hati yang tiba-tiba muncul, dengan perasaan gugup dia membuka pesan tersebut.
'Besok pagi aku akan menjemputmu.' tulis Aland.
Aylin mencebik bukan karena kesal, tapi menahan bibir agar tidak tersenyum.
'Iya, bertemu di tempat biasa,' jawab Aylin.
Dari rumah Aylin akan memesan taksi, di persimpangan jalan sana baru dia akan pindah ke mobil sang dosen.
Jangan tanya kenapa seperti itu, karena hubungan mereka memang masih rahasia.
Tak ada lagi pesan yang mereka kirim, namun begini saja sudah mampu membuat Aylin tidur dengan tersenyum. Di samping ada bunga mawar merah yang tak ingin dia jauhkan.
*
*
Pagi datang.
Sebenarnya cuaca sedikit mendung, namun bagi Aylin hari ini tetap saja terlihat cerah. Dia menyelesaikan sarapan lebih dulu. Pamit pergi dengan taksi.
Dan sampai di persimpangan jalan dia langsung pindah ke mobil pak Aland.
BRAK! Aylin menutup pintunya dengan kuat.
"Maaf, apa aku membuat Bapak menunggu lama?" tanya Aylin.
"Lumayan, harusnya aku dapat kompensasi karena selalu menunggu." balas Aland, dia tersenyum saat melihat Aylin masih memakai gelang yang kemarin dia beri.
Aylin mencebik, kompensasi apa! Batinnya menggerutu.
Aland yang gemas lantas mengusap puncak kepala Aylin dengan lembut. Gadis itu memang berontak, namun sejujurnya dia merasa senang.
Aland lantas mulai melajukan mobilnya, sampai berhenti di basement kantor Diamond Group.
"Turunlah sendiri, aku akan langsung ke kampus. Hari ini ada jam pagi," kata Aland.
"Siang nanti ke kantor?"
"Tidak juga, hari ini full di kampus."
"Oh, nanti aku pulangnya bagaimana?"
"Ku jemput lagi."
"Ya sudah," balas Aylin sedikit ketus, entah kenapa rasanya tak suka jika ada perpisahan diantara mereka.
"Kamu tidak ingin menciumku?" tanya Aland saat melihat Aylin hendak keluar.
Ditanya seperti itu, Aylin langsung menoleh ke belakang dan mengecup bibir sang dosen.
Cup!
Satu kecupan lalu dia keluar, bagi Aylin ciuman mereka memang seperti ini, karena sampai kapanpun pak Aland tak akan pernah menciumnya.
Kadang Aylin juga jadi penasaran sendiri, kadang ingin sekali saja pak Aland menciumnya.
Tapi entahlah, Aylin tak mau memikirkan tentang hal itu.
Sementara Aland sebenarnya pagi ini sudah benar-benar bertekad untuk membalas ciuman sang kekasih, tapi Aylin terlalu cepat mengecupnya. Tiba-tiba sudah keluar dan menutup pintu dengan kuat.
BRAK!!
"Astaga, Aylin," gumam Aland, tak habis pikir dengan gadis tersebut. Selalu berhasil membuatnya bergejolak seperti ini.
Dengan bibir tersenyum kecil, Aland terus memperhatikan kepergian Aylinnya.