Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Ujian pun sudah selesai dan saatnya sekolah SD Budi Darma melaksanakan penerimaan raport hasil ulangan mereka. Begitu pun dengan para wali murid yang datang untuk mengambil dan melihat nilai anak mereka masing masing. Kecuali Aqilla yang tidak di temani oleh orang tuanya. Papa nya masih sibuk bekerja sedangkan sang mama sudah dapat di pastikan lebih memilih menemani Adnan yang akan mendapatkan peringkat juara 1 kelas setiap tahunnya.
Pengambilan raport di laksanakan di kelas masing-masing setelah melakukan upacara dan mengumumkan juara umum. Meskipun Adnan hanya mendapatkan juara kelas tapi sudah cukup membuat Miranti bangga kepadanya.
"Aqilla orang tua kamu kemana,emangnya tidak ada yang nemenin kamu?" Tanya seorang wanita yang merupakan orang tua dari teman sebangku Aqilla.
"Enggak ada Tante,tahun lalu papa yang ikut ambil raport tapi sekarang papa lagi sibuk kerja,sedangkan mama di kelas 4 nemenin Abang aku Tante,"jawabnya.
Wanita itu pun merasa kasihan dengan Aqilla,pasalnya cuma anak itu lah yang tidak di dampingi orang tua. Lantas ia pun berinisiatif untuk menjadi wali nya saat pengambilan raport. Ia sudah berbicara kepada anaknya yaitu Sari dan anaknya pun setuju.
"Kamu jangan sedih yaa sayang,Tante aja nanti yang wakilin orang tua kamu kedepan,anggap aja Tante ini mama kamu" ucapnya tulus.
"Beneran gak papa tan, emang Sari gak marah kalau aku pinjem mamanya nanti?"tanya nya polos.
"Gak papa, Sari juga kan temen kamu jadi yaa gak papa dong sayang."
"Wahhh makasih yaa Tante, Sari aku seneng deh jadi aku gak sendirian nanti pas ambil rapot. Tapi Tante jangan marah yaa kalau nilai ku jelek,soalnya mama suka marah kalau lihat nilai ku makanya gak mau nemenin"ujarnya sendu.
"Enggak dong kenapa harus marah,nilai itu hanya lah angka. Tidak semua kesuksesan kita di masa depan nantinya di lihat dari nilai yang kita dapatkan. Jika kita mau berusaha dan bekerja keras pasti kita akan sukses dengan cara kita sendiri. Tante yakin kalian semua akan bisa membuat orang tua bangga dengan cara kalian sendiri. Jadi kamu jangan patah semangat, pelajari dan asah terus sampai kamu menemukan kemampuan kamu sendiri sayang."
Aqilla kembali tersenyum mendengar nasihat dari wanita itu,yang mana tak pernah sekalipun di ucapkan oleh mamanya untuk menyemangati dia. Bahkan ia yang seharusnya menikmati masa kecilnya dan bermain sepuasnya malah di tuntut untuk menjadi dewasa sedari dini.
Acara pun sudah selesai dan ada kemajuan dari Aqilla. Nilai nya naik dan ia berhasil menempati urutan 15 besar. Itu adalah kemajuan yang bagus karena selama ini ia selalu berada di peringkat akhir dari 25 siswa. Semua orang sudah bersiap untuk pulang, Aqilla berniat untuk menemui mama dan Abang nya di ruang kelas 4 untuk pulang bersama. Namun sesampainya di sana ia hanya melihat ibu guru yang sedang merapikan mejanya dan berkata bahwa mereka sudah pulang.
Dengan lesu ia berjalan kaki sendiri pulang ke rumahnya karena pak supir yang biasa menjemput pun sudah pulang bersama Miranti dan Adnan. Padahal Aqilla sudah merasa senang tadinya karena ingin menunjukkan kepada Miranti mengenai nilainya.
Sesampainya di rumah ia langsung mencari keberadaan Miranti walaupun bajunya masih basah oleh keringat dan tenggorokan yang kering. Aqilla terus mencari ke seluruh ruangan namun tidak menemukan mamanya dan kedua saudaranya itu.
"Mbok,mama kemana ya kok aku cari dari tadi gak ketemu?"dia bertanya kepada mbok Darmi karena tak kunjung menemukan mamanya.
"Ibu sama den Adnan dan den Alvaro langsung pergi lagi tadi habis pulang dari sekolah. Kayak nya sih mau jalan jalan gitu deh non. Lah mbok kira non qilla ikut toh tadi."
"Ohh gitu yaa mbok,aku baru pulang tadi aku jalan karena ditinggal sama mama. Kok mama gak ajak aku juga ya mbok. Aku kan gak pernah di ajak jalan bareng mama paling kalau ada papa aja baru di ajak."mata Aqilla mulai berkaca-kaca.
"Ndak usah di pikirin non,nanti kalau papa non pulang ajak jalan atau makan di luar kan lebih seru. Jangan murung gitu nanti cantiknya ilang. Ngomong-ngomong gimana hasilnya non pasti nilainya bagus toh."ucap mbok Darmi mengalihkan pembicaraan.
"Iyaa mbok,nilai aku bagus naik jadi 15 besar makanya aku tadi cari mama mau ngasih tau. Nanti aja deh kalau gitu ngasih taunya pas makan malam sekalian sama papa"
"Wah bagus itu non,pasti papa sama mama seneng deh denger nya. Yaudah non mandi aja dulu abis itu makan pasti laper kan".ujarnya yang langsung di turuti oleh Aqilla.
^^^^^
Malam pun tiba semua anggota keluarga sedang berkumpul di meja makan. Adnan tak hentinya berceloteh mengenai prestasi nya tadi yang di sambut senyum sumringah dari Miranti. Aqilla yang ingin memberitahu pun tak dapat bicara karena terus saja ucapannya di potong oleh Adnan.
"Bagus kalau kamu dapat juara lagi pertahankan dan jangan sombong terus belajar lebih giat lagi."ujar sang papa.
"Iyaa dong pa, Adnan kan pinter pasti bisa juara terus. Udah gitu tadi aku di belikan mainan banyak sama mama sebagai hadiah. Kalau kamu qilla pasti kamu rangking terakhir lagi kan?"tanya Adnan dengan tatapan meremehkan.
"Nggak kok pa,ma nilai aku naik aku masuk 15 besar gak kayak tahun lalu. Jadi qilla dapet hadiah juga kan ma kayak bang Adnan?"Aqilla menatap ibunya penuh harap.
"Halah baru dapet nilai segitu aja udah sok kamu. Enak aja minta hadiah,masih kalah jauh sama Adnan. Makanya jangan main aja yang kamu pikirin."dengan ketus Miranti mengatakan itu yang membuat qilla langsung tertunduk.
"Nggak kok sayang,udah bagus kamu bisa dapet segitu. Tahun depan pasti naik lagi,jangan sedih yaa nanti papa yang beliin mainan nya sekalian kita liburan nanti pas weekend. Gimana kamu mau kan?"bujuk sang papa.
Miranti menatap tajam ke arah suaminya dan mencebik kasar. Ia tak suka jika Teguh selalu memanjakan Aqilla. Baginya Aqilla hanyalah anak bodoh tak bisa di banggakan dan tak pantas mendapatkan kasih sayang. Teguh tak menghiraukannya ia tetap fokus membuat anak gadis semata wayangnya itu tersenyum kembali. Tak mau membuat mental anaknya semakin down karena ulah ibu kandung nya sendiri.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.