NovelToon NovelToon
Day Without Daylights

Day Without Daylights

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Epik Petualangan / Hari Kiamat / Trauma masa lalu
Popularitas:812
Nilai: 5
Nama Author: Ahril saepul

Raika adalah seorang anak yatim piatu yang telah lama sendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksa Raika bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah: sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.

Saat pertama kali mengikuti raid, tanpa sengaja Raika memakan jantung Wanters yang membuatnya tak sadarkan diri ... ketika Raika membuka mata, ia terkejut berada di tengah kawah yang sangat luas dengan asap dan debu di mana-mana, seperti hasil sebuah ledakan.

Cerita ini mengisahkan; perjalanan Raika bertahan hidup di dunia yang tergelapi malam abadi. Setelah bertemu dengan seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, tapi apa mereka bisa? Bukankah Wanters sudah ada selama ratusan tahun. "Mustahil! ...."

---

Upload Bab: Senin, Rabu, Jum'at / 20:00

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Apa yang terjadi pada diriku?

POV 3.

Kilasan Masa Lalu.

Di perkotaan yang telah hancur, terlihat seorang anak berusia tujuh tahun, berjongkok menatap bunga biru di sisi bangunan.

"Papa, kenapa bunga ini bisa tumbuh di sini?" tanya gadis itu, menatap seorang pria berambut hitam (33) yang sedang membawa rusa hasil buruan.

Pria itu mendekat. "Apa kamu mau memetiknya, Raika?"

Raika menggelengkan kepala. "Kalau aku petik, nanti malah mati."

"Sini biar aku coba," katanya sambil mencabut bunga itu.

"Bodoh! Apa yang Papa lakukan?" ia menatap tangan ayahnya dan terdiam saat melihat bunga itu berada di dalam pot botol.

"Ini, bagaimana?"

Gadis itu hanya terdiam dengan pipi merah menatap bunga di tangannya.

"Raika, ayo," ujar ayah, melihat Raika yang melamun.

"Ba-baik," ia berlari menuju ayah.

Mereka berjalan berdua di jalanan yang sepi. Cahaya bulan biru memantul kesetiap sudut bangunan yang telah menjadi reruntuhan.

Sesampainya di tempat peristirahatan---sebuah bangunan terbengkalai yang masih berdiri kokoh dengan lumut di setiap sisinya. Mereka berdua memanggang rusa di atas bangunan itu, disinari oleh bulan yang menyala terang.

"Papa, apa benar di atas langit ada bulan lain selain biru?"

"Apa kamu tidak percaya?"

"Hihi, Papa memang aneh, yang jelas nggak ada bulan lain selain biru," kata Raika, tertawa kecil karena menganggap cerita yang sering ayahnya ceritakan hanyalah bohongan.

Mendadak, pandangan Raika berubah-ubah kadang menampilkan ayahnya yang bersibak darah dan kadang menampilkan ayahnya yang sekarang sedang memanggang daging rusa.

"Apa yang terjadi? Papa?"

BUST

Raika terbelalak saat tangan ayah yang di penuhi luka dan darah mengusap pipinya. Beberapa bayangan manusia berwarna hitam menatapnya, sebagian lagi tertawa bising disekitar. Ayah-Raika mengucapkan sesuatu namun ia tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

Raika yang sudah sangat tertekan mendadak berteriak hingga membuat dunia perlahan menjadi buram.

Akhir Kilasan.

Raika perlahan membuka matanya, ia mencoba terduduk sambil menahan sakit di kepala, air mata terjatuh tanpa ia sadari ... saat melihat ke sekitar, matanya terbuka lebar menyadari bahwa ia berada di tengah kawah seluas 320 meter dengan abu dan asap berterbangan di mana-mana.

POV 1

"Apa yang terjadi? Apa ... aku masih hidup?" bergumam.

Jauh dari tepi kawah ada beberapa orang Eldritch yang sedang memantau dari atas. Salah satu dari mereka melihatku.

"ADA ORANG DI SANA!" teriaknya pada rekan yang lain.

Aku tidak tahu kenapa, tapi instingku mengatakan untuk lari secepat mungkin. Aku berusaha mempercepat langkahku meski tubuh masih terasa berat, pandanganku juga terkadang buram disertai dengan denyutan di kepala yang terasa sakit. Aku mengecoh perhatian mereka dengan memasuki asap yang cukup tebal, berharap menyamarkan diriku dari penglihatan mereka.

Empat mobil terbang berputar di atas, lampu sorot mereka mengiris asap seperti bilah pisau. Aku melirik ke atas, ke pinggiran kawah yang tampak jauh, dan berpikir.

'Bagaimana caraku untuk naik ke atas sana?'

Di saat itu juga, badan terasa lemas kembali, membuatku tersungkur dan muntah darah. Rasa sakit terasa kembali di bagian perut seperti dikoyak sesuatu. Urat-uratku menonjol serasa ingin keluar. Aku hampir kehilangan kesadaran kembali. Namun, aku berusaha menahannya hingga akhirnya, rasa sakit itu mulai mereda. Nafas berat kukeluarkan dengan keringat di mana-mana, panas disekitar membuatku tidak yakin untuk bisa keluar dari sini.

'Apa aku menyerahkan diri pada mereka? Tapi ....'

Saat otakku sibuk mencari jalan keluar, sebuah mobil terbang merendah dari kejauhan, mendekat dengan cepat. Aku memiliki rencana untuk memanfaatkannya supaya bisa keluar dari tempat ini.

Aku bergegas menyembunyikan diri kedalam asap yang lebih tebal. Tepat saat ia hampir melewatiku, aku melompat dengan cekatan, meraih besi di bawahnya. Kendaraan itu berguncang hebat, terhuyung-huyung di udara. Aku menggenggam erat, tubuhku berayun dengan kecepatan tinggi.

Saat mendekat dengan tepian kawah, aku melepas genggaman dan melompat. Kakiku mendarat dengan selamat, sesegera mungkin bergerak cepat ke dalam hutan.

Dedauan yang lebat dan bayang-bayang menyembunyikanku, aku berharap mereka tidak bisa menemukanku di sini.

Namun, hembusan angin terasa di belakang, sigap aku bersembunyi dibalik pohon berusaha menyembunyikan diri dari pantauannya. Dua mobil melesat dengan cepat melewatiku.

Dirasa sudah aman, aku bergegas mengambil langkah seribu untuk pergi dari tempat itu.

Dalam pelarianku, lagi-lagi rasa sakit itu kembali muncul. Aku beristirahat di salah satu pohon, menahan rasa sakit yang mengguncang tubuh kembali. Di saat kondisiku yang tengah merintih kesakitan, mendadak muncul sesosok Wanters tingkat 2 dalam posisi menodongkan tangan tajamnya tepat di depan mataku. Aku berusaha mendorong kakiku untuk menghindarinya. Entah apa yang terjadi, tubuhku terpental ke samping membentur pohon dengan keras. Aku perlahan melihat ke arahnya, yang tengah berlari kembali.

Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tubuhku seketika dipenuhi garis-garis biru, seperti Wanters. Di saat itu juga meski dalam keadaan sakit, refleks aku menggerakkan tubuh, tanpa disadari pandanganku menatap tubuh belakang Wanters dalam kondisi terbalik, aku terkejut, tanpa sengaja mengacungkan tangan.

BUM

Tubuh besarnya seketika berlubang diikuti dengan beberapa pohon di hadapanku.

Aku terjatuh, dan merasakan rasa sakit yang telah mereda.

"Apa yang terjadi pada tubuhku?" menatap garis-garis di tangan dan kaki.

Aku bergegas lari kembali mengingat apa yang kulakukan tadi mungkin dapat terlihat oleh mereka.

***

Kota Hancur: Zona Merah.

15 jam setelah kejadian tadi.

Menghela napas setelah membantai Wanters tingkat satu yang terus berdatangan. Aku berjalan mendekati Arcis yang tergeletak di tanah.

'Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi setiap Arcis yang aku pegang akan terserap masuk ke dalam tubuhku. Garis-garis ini juga bisa kukendalikan. Namun, apa dampak buruknya terhadap tubuhku?'

Menghela napas. Berjalan ke atas bangunan untuk beristirahat dari gempuran Wanters.

Aku berencana akan mengambil sniper yang tertinggal di kawah setelah beristirahat. Semoga saja mereka sudah pergi dari sana.

Terduduk bersandar ke-dinding, menatap bulan biru yang menyala terang.

End Bab 4

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka,
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.
Born
semangat Thor 💪
Ind
semangat kak 😊💪
🅷🆈🅰🅽🅳🅰🐿️
aku sudah mampir kak, saling dukung ya🙏 iklan 1🙏
Orpmy
bagus banget
EMBER/FIGHT: Terima kasih kakak.
total 1 replies
Orpmy
keren
Ind
udah ngantuk,besok tak lanjut lagi yah,semangat pokonya
ica
semangat berkarya!!!
mari saling mendukung untuk seterusnya😚🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!