Raika, telah lama hidup dalam kesendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksanya untuk bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah; sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.
Cerita ini mengisahkan: Perjalanan Raika bertahan hidup di kehancuran dunia dengan malam yang tak kunjung selesai. Setelah bertemu seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, yang telah ada selama ratusan tahun.
Menjanjikan: Sebuah novel penuhi aksi, perbedaan status, hukum rimba, ketidak adilan, dan pasca-apocalipse.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Apa yang terjadi pada diriku?
Kilasan Masa Lalu.
Di perkotaan yang telah hancur, seorang anak berusia tujuh tahun, berjongkok menatap bunga biru di sisi bangunan.
"Papa, kenapa bunga ini bisa tumbuh di sini?" tanya gadis itu, menatap seorang pria berambut hitam (33) yang sedang membawa rusa hasil buruan.
Pria itu mendekat. "Apa kamu mau memetiknya, Raika?"
Raika menggelengkan kepala. "Kalau aku petik, nanti malah mati."
"Sini biar aku coba," katanya sambil mencabut bunga itu.
"Bodoh! Apa yang Papa lakukan?" ia menatap tangan ayahnya dan terdiam saat melihat bunga itu berada di dalam pot botol.
"Ini, bagaimana?"
Gadis itu hanya terdiam dengan pipi merah menatap bunga di tangannya.
"Raika, ayo," ujar ayah, melihat Raika yang melamun.
"Ba-baik," ia berlari.
Mereka berjalan berdua di jalanan sepi. Cahaya bulan biru memantul ke setiap sudut bangunan yang telah menjadi reruntuhan.
Sesampainya di tempat peristirahatan---sebuah bangunan terbengkalai yang masih berdiri kokoh dengan lumut di setiap sisinya.
Mereka berdua memanggang rusa di atas bangunan itu, disinari oleh bulan yang menyala terang.
"Papa, apa benar di atas langit ada bulan lain selain biru?"
"Apa kamu tidak percaya?"
"Hihi, Papa memang aneh, yang jelas nggak ada bulan lain selain biru," kata Raika, tertawa kecil karena menganggap cerita yang sering ayah ceritakan hanyalah bohongan.
Mendadak, pandangan Raika berubah-ubah kadang menampilkan ayahnya bersibak darah dan kadang menampilkan ayahnya yang sekarang sedang memanggang daging rusa.
"Pa-Papa?"
BUST
Raika terbelalak saat tangan ayah yang di penuhi luka dan darah mengusap pipinya. Beberapa bayangan manusia berwarna hitam menatapnya, sebagian lagi tertawa bising di sekitar. Perkataan keluar dari mulut sang ayah. Namun, ia tidak dapat mendengarnya dengan jelas.
Raika yang sangat tertekan; berteriak hingga membuat dunia perlahan menjadi buram.
Akhir Kilasan.
Raika perlahan membuka mata, ia mencoba terduduk sambil menahan sakit di kepala. Air mata terjatuh tanpa ia sadari ...
Saat melihat ke sekitar, matanya terbuka lebar menyadari bahwa ia berada di dalam kawah seluas 320 meter dengan abu dan asap berterbangan di mana-mana.
***
"Apa yang terjadi? Apa ... aku masih hidup?" bergumam.
Jauh dari tepi kawah ada beberapa orang Eldritch yang sedang memantau dari atas. Salah satu dari mereka melihatku.
"ADA ORANG DI SANA!" teriaknya pada rekan yang lain.
Aku tidak tahu kenapa, tapi instingku mengatakan untuk lari secepat mungkin. Aku berusaha mempercepat langkah, meski tubuh ini masih terasa berat, pandanganku terkadang buram disertai dengan denyutan pada kepala yang terasa ingin pecah.
Aku mengecoh perhatian mereka dengan memasuki asap tebal, berharap menyamarkan diriku dari penglihatan para Eldritch.
Empat mobil terbang berputar, lampu sorot mereka mengiris asap; seperti bilah pisau. Aku melirik ke atas, ke pinggiran kawah yang tampak jauh ...
'Bagaimana caraku naik ke atas sana?'
DUG
Rasa sakit terasa kembali di bagian perut seperti dikoyak sesuatu. Urat-uratku menonjol serasa ingin keluar. Perasaan mual, memuntahkan darah dari mulut hingga kesadaran ini hampir hilang untuk ke dua kalinya.
Namun, setelah beberapa waktu aku menahan akhirnya rasa sakit itu mulai mereda. Nafas berat ku keluarkan dengan keringat di mana-mana. Panas di sekitar membuatku tak yakin bisa keluar dari sini.
'Apa aku menyerahkan diri pada mereka? Tapi ....'
Saat otakku sibuk mencari jalan keluar, sebuah mobil terbang merendah di kejauhan; mendekat dengan cepat. Aku memiliki rencana untuk memanfaatkannya supaya bisa keluar dari tempat ini.
Aku menyembunyikan diri kedalam asap yang lebih tebal. Tepat saat ia hampir melewati ku, aku melompat dengan cekatan, meraih besi di bawahnya. Kendaraan itu berguncang hebat, terhuyung-huyung di udara. Aku menggenggam erat, tubuhku berayun dengan kecepatan tinggi.
Saat mendekat dengan tepian kawah, aku melepas genggaman dan melompat. Kakiku mendarat dengan selamat, sesegera mungkin bergerak cepat ke dalam hutan.
Dedaunan yang lebat dan bayang-bayang menyembunyikan ku, berharap mereka tidak bisa mengejar sampai sini.
Namun, hembusan angin terasa di belakang, sigap aku bersembunyi di balik pohon berusaha menyembunyikan diri dari pantauannya. Dua mobil melesat dengan cepat melewati ku.
Dirasa sudah aman, aku bergegas mengambil langkah seribu untuk pergi dari tempat itu.
Dalam pelarian, rasa sakit itu kembali muncul. Aku beristirahat di salah satu pohon, menahan sakit yang mengguncang tubuh kembali.
Di saat kondisiku yang tengah merintih kesakitan, mendadak muncul Wanters tingkat 2 dalam posisi menodongkan tangan tajamnya tepat di depan mataku. Refleks aku mendorong kaki untuk menghindarinya. Entah apa yang terjadi, tubuhku terpental ke samping membentur pohon dengan keras.
Perlahan mataku melihat ke arahnya, yang tengah berlari kembali.
Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi--- tubuhku seketika dipenuhi garis-garis biru, seperti Wanters. Di saat itu juga meski dalam keadaan sakit, aku menggerakkan tubuh untuk menghindar ...
Tetapi, entah apa yang terjadi; aku menatap tubuh belakang Wanters dalam kondisi terbalik ke tanah. Terkejut, tanpa sengaja mengacungkan tangan.
BUMM
Tubuh besarnya seketika berlubang diikuti beberapa pohon di hadapanku.
Terjatuh, merasakan sakit yang telah mereda.
"Apa yang terjadi?" menatap garis-garis di tangan dan kaki.
Aku bergegas lari kembali mengingat apa yang kulakukan tadi mungkin dapat mengundang mereka.
***
Kota Hancur: Zona Merah.
15 jam setelah kejadian itu.
Nafasku berantakan setelah membantai Wanters tingkat satu yang terus berdatangan.
Berjalan mendekati Arcis yang tergeletak di tanah.
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi; setiap Arcis yang tersentuh olehku, akan terhisap masuk ke dalam tubuh. Garis-garis ini juga bisa ku kendalikan. Namun, apa dampak buruknya?
Menghela napas.
Berjalan ke atas bangunan untuk beristirahat dari gempuran Wanters.
Aku berencana akan mengambil sniper yang tertinggal setelah beristirahat. Semoga saja mereka sudah pergi dari sana.
Bersandar kepada dinding. Menatap bulan biru yang menyala terang.
End Bab 4
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.