Alice Catlyn, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran ejekan perundungan di sekolah, menemukan pelipur lara dalam sosok seseorang yang selalu hadir untuknya. ketulusan dan kepedulian orang itu membuat Alice diam-diam jatuh cinta. Namun perasaannya tetap tersimpan rapat, tak pernah di ungkapkan.
beberapa tahun kemudian, Alice berubah menjadi pribadi yang ceria dan penuh semangat. Di tengah kehidupannya yang baru, ia bertemu dengan seorang pria berhati dingin dan penuh misteri. tatapan tajam dan wajah datar pria itu tak mampu menyembunyikan cinta mendalam yang ia rasakan untuk Alice
Kemanakah hati Alice akan berlabuh? kepada seseorang yang dicintainya atau seseorang yang mencintainya?
Ikuti perjalanan cinta Alice yang penuh dengan Lika liku, dalam"Cinta Terakhir Alice". sebuah kisah yang menyentuh hati tentang pilihan dan takdir cinta.
Note: kisah ini terbagi menjadi 2 season, season pertama di masa sekolah SMA dan season kedua di masa dewasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nda apri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencintainya lebih dari sekedar teman
Sore hari,
Setiap kali pulang sekolah, Alice selalu menyempatkan diri untuk bertemu dan mengunjungi teman-teman jalanan nya. sudah menjadi rutinitas dalam hidup Alice untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Hari ini Alice membawakan dua kotak berisi buku pelajaran untuk anak-anak jalanan. sebelumnya Alice meminta kepada papah nya untuk menyiapkannya tadi pagi.
nasib mereka sangat berbeda dengan Alice yang masih bisa bersekolah. Karena itu, Alice ingin membantu mereka yang tidak bisa bersekolah agar bisa mendalami ilmu pelajaran.
"Al, ada apa dengan tanganmu?" tanya Rania kepada Alice, karena sedari tadi pandangan Rania melihat luka yang ada di tangan Alice.
Alice yang tadinya sedang merapihkan buku seketika menghentikan kegiatannya sejenak. dan berusaha menyembunyikan telapak tangannya.
"Tidak apa-apa."jawab Alice berusaha menutupi
saat ini hanya ada Alice dan Rania saja, sementara anak-anak jalanan yang lain sudah pergi melanjutkan kegiatannya masing-masing setelah selesai belajar.
Rania meraih tangan Alice
"oh astaga..." Rania melebarkan matanya ketika melihat luka bakar yang berada di telapak tangan Alice.
**
"siapa yang sudah melakukan semua ini kepada mu Al? ini pasti sangat sakit sekali."ucap Rania sembari mengobati luka Alice menggunakan kotak p3k
"Tidak ada yang melakukannya, hanya saja aku ceroboh dan terjatuh."
"oh ayolah, aku tau kamu berbohong." ujar Rania "katakanlah siapa yang melakukannya?"desaknya
Alice menghembuskan nafas pelan."Rey dan yang lainnya." akhirnya Alice mengaku
"sesuai dugaan ku pasti mereka yang melakukannya." geram Rania, ya sebelumnya Alice selalu menceritakan apa yang di alaminya di sekolah kepada Rania. karena hanya Rania lah sahabat sekaligus teman bercerita Alice.
Alice hanya terdiam melihat lukanya yang sudah di beri perban oleh Rania.
"apakah Danzel tahu tentang hal ini?" kata Rania
Alice menggeleng pelan
"Kenapa kamu tidak memberitahunya?"
"Tidak Rania, aku tidak ingin memperkeruh suasana. jika aku memberitahu hal ini kepada Danzel, bisa saja mereka saling bertengkar hanya karena diriku."
"Tetapi mereka sudah sangat keterlaluan Al! tak hanya menyakiti mental saja, sekarang mereka telah menyakiti fisikmu dengan kekerasan."
"Setidaknya kamu harus melaporkan hal ini kepada kepala sekolah atau kepada ayahmu, agar menuntut nya." sambung Rania
"Tidak perlu."jawab Alice menggeleng pelan
"Tapi-
"Sudahlah, percaya lah aku baik-baik saja. dan terimakasih atas kekhawatiran mu kepada ku." sela Alice menatap Rania
Rania menghela nafas kasar
"Hm baiklah." kata Rania mengalah
"oh ya terimakasih juga sudah mengobati luka ku."kata Alice
Rania tersenyum."sama-sama."
"oh ya bagaimana hubunganmu dengan Danzel?"lanjut Rania mengganti topik obrolan
Alice sedikit tertawa kecil ketika mendengar pertanyaan Rania."kau bertanya tentang hubungan, seolah-olah aku memiliki sesuatu yang spesial dengan Danzel."
"maksudku bagaimana perasaanmu terhadapnya, apakah masih sama?"ulang Rania
Alice menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan."perasaan ku tidak akan pernah berubah."
"apakah tidak sakit berpura-pura menjadi temannya, sedangkan kamu mencintainya lebih daripada sekedar teman?"tanya Rania dengan khawatir
Alice tersenyum lembut. "Aku berani menaruh rasa kepadanya, maka aku juga harus berani menerima rasa sakit itu."
"Kenapa kamu tidak mencoba mengatakan perasaan mu kepada nya? ya, walaupun memang sedikit aneh saat seorang perempuan lebih dulu mengungkapkan rasa. Tetapi di zaman sekarang, banyak juga yang sudah melakukannya." saran Rania memberikan semangat
Alice terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Rania. "aku takut, Rania. Takut kehilangan dia sebagai teman. Lagipula, mungkin dia tidak memiliki perasaan yang sama."
Rania mengangguk mengerti. "Baiklah Alice, apapun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu."
Alice tersenyum hangat
**
Malam hari,
tok....tok....tok....suara ketukan pintu terdengar dari kamar milik Alice
"Masuk saja, pintunya tidak dikunci."Teriak Alice dari dalam yang sedang sibuk membaca sebuah novel di ranjang empuknya
Pintu terbuka dan seseorang melangkahkan kakinya memasuki kamar Alice
"Papah..." sapa Alice tersenyum, memperbaiki posisi tidurnya dengan bersandar pada ujung tempat tidur
"putri papah belum tidur rupanya?"
"Sebentar lagi pah, masih belum mengantuk."
"ada apa papah kesini?'sambungnya
"Tidak apa-apa, papah hanya ingin memastikan apakah kamu sudah tertidur apa belum."
"oh ya bagaimana hari ini?"lanjut papah Alice
"Sama seperti biasanya, baik aman dan terkendali."jawab Alice selalu berusaha menyembunyikan peristiwa pembullyan nya dari sang papah.
"yasudah kalau begitu, segera beristirahatlah nak." ucapnya mencium lembut kening Alice dan menarik selimut untuk menyelimuti Alice
Tetapi sebelum itu, Pandangan papa Alice mengarah pada sebuah perban yang masih membalut telapak tangan putrinya itu.
"Ale, ada apa dengan tanganmu? kamu terluka?" tanyanya dengan nada khawatir sembari menyentuh pelan luka Alice
"emm..i-iya pah, tadi aku tidak sengaja terjatuh."bohong Alice
"Benarkah Ale? kamu yakin tidak sedang membohongi papah?"
"iya pah benar, papah tidak percaya padaku?"alih Alice
"Tidak bukan begitu, hanya saja papah merasa kamu selalu menyembunyikan sesuatu dari papah."
Deg!
"Se-sesuatu apa pah?"tanya Alice
Papah Alice yang bernama Erlangga itu menghembuskan napas kasar."Selama ini papah merasa khawatir kepadamu nak, papah takut kamu menjadi bahan korban perundungan dan ejekan karena penampilanmu."
"Bukankah sudah sejak dulu papah selalu menyarankanmu agar merubah penampilan seperti anak-anak remaja zaman sekarang. Kamu sudah memiliki segalanya Alice, kamu bisa membeli barang mewah dan berdandan seperti mereka."tutur Erlangga, suaranya lembut namun tegas
Alice hanya tersenyum lembut. "Pah, Aku bisa memastikan jika aku baik-baik saja. papah tidak perlu khawatir seperti ini, aku bisa menjaga diriku dan aku tau yang terbaik untuk diriku sendiri."
"Dan soal penampilan, sejak dulu aku masih tetap ingin berpenampilan sederhana. aku tak peduli pada penilaian orang ataupun hinaan mereka, yang terpenting aku nyaman berpenampilan seperti yang aku inginkan."
Erlangga menghela napas panjang dan mengusap lembut rambut Alice."Baiklah kalau itu membuatmu nyaman. Tapi ingat, papah selalu ada untukmu, apapun yang terjadi."
"jangan takut untuk mengadu kepada papah, jika kamu mengalami perundungan." sambungnya
"Terimakasih pah."jawab Alice merasa lega dengan dukungan papahnya meskipun rasa sakit akibat perundungan masih mengendap di hatinya.
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih