Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Flashback On
"Hasyim, besok kamu kemana?"
"Mungkin di rumah bu. Kenapa bu?" tanya Hasyim.
"Kapan kamu wisuda nak?"
"Bulan dua belas bu." jawabnya singkat.
"Besok ibu mau ketemu sama calon isteri kamu, kamu maukan ibu jodohkan?" tanya ibu Setia semangat.
"Terserah ibu saja."
"Ya sudah besok ibu temui dia dulu!" ibu Setia dan Hasyim kembali melanjutkan aktivitas masing².
Flashback Off
***
Beberapa bulan kemudian tiba saatnya Hasyim Wisuda, tepatnya pada bulan Desember 2016. Wisuda dihadiri oleh ayah Limin, ibu Setia, Lastri, dan Abdul.
"Gak seru ini, calon mantu belum bisa ikut foto wisuda." gerutu ibu Setia.
"Biar mi bu, sabarlah dulu! Nanti kalau mereka sudah ketemu baru bisa dipastikan mau atau tidak mereka dijodohkan." ucap ayah Limin. Ayah Limin memang kurang setuju Hasyim dijodohkan dengan Hana karena harapan ayah Limin supaya bisa menyatukan Hasyim dengan keluarganya.
"Iya yah." jawab ibu pasrah. Seusai wisuda mereka makan² bersama di rumah makan serba Ada.
Di tempat lain.
Hana disibukkan dengan mata kuliah yang padat serta tugas yang banyak, begitu juga dengan tugas temannya yang dia bantu. Namun, karena pekerjaan tersebut Hana tidak terlalu memikirkan untuk meminta uang pada ayah dan ibunya.
"Halo bu. Apa kabar ibu?"
"Ibu baik nak." ucapnya dengan suara serak khas orang sudah menangis.
"Ibu kenapa? Sudah nangis? Ada apa bu?" tanya Hana beruntun karena khawatir.
"Jaga dirimu dan adik² ya nak!"
"Iya bu. Aku akan jaga diri dan adik². Emang ibu mau kemana?"
"Kalau ada waktu pulanglah nak." ucap ibu Ramlah tanpa menjawab pertanyaan anaknya.
"Baik bu, insya Allah selesai pekerjaan Hana akan langsung pulang, mungkin dua atau tiga hari lagi ibu!"
"Iya nak." Ujar ibu sambil tersenyum. "Ibu tutup dulu ya nak!"
"Ya bu. Ibu jaga kesehatan ya!" nasehat Hana. Sesuai menelfon Hana jadi cemas, kenapa ibu bicara seperti itu? Hana cukup peka!
***
Beberapa hari kemudian Hana mengajak Hasna untuk pulang ke Mahalona. Tibanya di rumah ternyata ibunya sakit!
"Ibu, ya Allah. Ibu sakit apa?" tanya Hana khawatir.
"Ibu gak apa² nak."
"Rambut ibu rontok kak, ibu sudah jarang ngapa²in, ibu lebih banyak istirahat kak." jelas Husna yang baru datang dari belakang rumah dengan membawa kunyit.
"Emang ibu sakit apa?" tanya Hana pada ibunya.
"Ibu hanya capek kak, perlu banyak istirahat saja!" Dusta ibu pada Hana.
"Sana istirahatlah Hana dan Hasna." sambung ayah Ahmad.
"Iya ayah." Hana, Hasna, bahkan Husna ikut keluar menuju kamar masing², meski kecil tapi nyaman.
***
"Ibu, sebaiknya jujur pada anak² karena sakit ibu sudah parah. Semoga ibu bisa segera sembuh ya! Ibu harus semangat." jelas ayah.
"Ibu udah gak apa² yah, gak usah bilang² mereka nanti mereka khawatir." ucap ibu sambil tersenyum manis. Ibu memang sudah sakit² hanya baru ketahuan saat parah (komplikasi), ibu selalu menolak jika dibawa ke Rumah Sakit.
Tanpa mereka sadari Hana mendengar omongan ibu dan ayahnya karena hendak kembali ke kamar ibu untuk mengambil hpnya yang tertinggal.
"Ibu, jadi sakit ibu sudah parah?" Hana masuk langsung memeluk ibunya sambil menangis. Ayah berdiri lalu keluar karena ingin memberikan ruang kepada ibu dan anak untuk bercerita.
"Hana, ibu harap kamu jaga adik² kamu ya nak! Kalau sudah ada laki² yang cinta sama kamu, yang serius melamar kamu maka terimalah nak. Ini ada kalung ibu buat kamu nak, kamu ambillah!" ibu memberikan kalung emasnya sepuluh gram kepada Hana, sambil memberikan wasiat kepada Hana. Hana hanya mengangguk sambil menangis sesenggukan.
"Sudah, nanti adik kamu dengar! Kamu sebagai kakak harus kuat ya!" Hana kembali mengangguk.
Beberapa hari kemudian, Hana berencana pamit untuk kembali ke Palopo bersama Hasna tetapi Allah berkehendak lain. Malam harinya ibu Ramlah menghembuskan nafas terakhirnya dirumahnya tepat pukul 00.00. Semua berduka!
"Ibu. Huuuaaa ibu." tangis Hana pecah.
Hasna dan Husna pun menangis sesenggukan tanpa suara.
"Hana, tenanglah nak! Ibumu sudah tenang bersama Allah nak." Ujar Mak Sulis tetangga Hana yang paling baik.
"Hana, sabar ya! Kami juga sedih, kamu harus ingat masih ada ayah dan adik²mu nak!" ucap Mb Eni tetangga sebelahnya lagi. Hana mulai tenang, lalu dia bangkit.
"Aku mau lihat ibu, aku kuat kok." Hana hendak berdiri ditahan oleh ibu² disana. "Hana kuat, Hana gak apa² kok tante." ujar Hana lagi.
Mereka melepaskan Hana untuk melihat jenazah ibunya untuk terakhir kalinya.
"Hana hapus air matamu nak, ambillah air wudhu terlebih dahulu." ayah Ahmad berucap sambil berkaca² matanya menahan tangis.
Hana menuju kamar mandi lalu berwudhu, banyak tetangga yang datang turut berduka meski di tengah malam hari. Hana kembali ke kamar!
"Ciumlah kening ibumu nak, tapi jangan sampai ada air matamu yang membasahi wajahnya ya!" peringat ayah. Hana mengangguk lalu mencium kecing ibu, pipi dan hidungnya untuk terakhir kalinya.
"Ibu, aku sangat menyayangimu. Tenanglah disana ibu, bersama Allah swt., bertemu para kekasih Allah bu. Al-Fatihah. Aamiin." gumam Hana dalam hati.
"Ibu Ramlah orang baik, ramah, dan tulus. Beliau sukses membesarkan anaknya menjadi sholehah. Semoga Allah mengampuni dosa ibu. Al-Fatihah." gumam Mak Sulis dalam hati. Beliau adalah tetangga dan juga teman baik ibu Ramlah.
Pagi hari tepat pukul 10.00 jenazah ibu Ramlah dimakamkan. Keluarga ibu Ramlah sudah datang semua termasuk kakak dan adiknya. Pemakaman dilakukan setelah dilakukan rangkaian seperti memandikan, mengkafani, men sholati, dan menguburkan.
Teman² Hana datang satu mobil bus kampus turut berbela sungkawa.
"Sabar ki Hana, semoga almarhumah diterima disisi Allah."
"Aamiin." ucap mereka kompak. Acara tahlilan pun diadakan pada malam harinya selama tujuh malam.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆