Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰
------------------------
"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"
Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?
"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"
Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.
Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Sah
Satu Minggu kemudian ...
Berkali-kali Ifa meyakinkan diri bahwa ini adalah hal yang terbaik. Calon suaminya paham agama semoga saja bisa bersikap selayaknya orang yang paham agama.
Ifa berusaha tetap tersenyum melihat adik dan ummah Sinta masuk kedalam kamar.
"Assalamualaikum kakak. Masyaallah kakak sangat cantik."
Seru Harfa berjalan cepat mendekati Ifa. Mata Harfa nampak berbinar melihat Ifa sudah cantik dengan gaun pengantin melekat di tubuhnya.
"Masyaallah putri ummah cantik sekali."
Puji ummah Sinta membuat Ifa lagi, tersenyum palsu.
"Selamat putri ummah sudah jadi istri nak Akmal."
Deg!
Ingin rasanya Ifa menangis namun sekuat tenaga Ifa menahannya. Ifa tak mau membuat orang tuanya sedih.
Saking melamun nya tadi membuat Ifa tak sadar jika beberapa menit lalu ia sudah sah menjadi istri Akmal.
"Kita keluar ya, semua sudah menunggu."
Ifa mengangguk lemah di bantu berdiri oleh Harfa dan ummah Sinta.
Jantung Sinta berdebar kencang. Sinta tak menyangka dia akan menikah dengan orang baru di kenalnya. Bahkan Sinta belum tahu sikap dan sifat calon suaminya. Larat, sekarang sudah menjadi suami Ifa.
Semua mata tertuju pada Ifa yang menuruni anak tangga di dampingi Harfa dan ummah Sinta.
Ifa nampak cantik membuat Akmal tak berkedip menatapnya. Sungguh pesona Ifa sangatlah membuat kaum Adam terpesona.
Gadis tomboy yang jarang dandan sekali di dandani begitu mempesona.
"Salim, nak."
Saking gugup dan tegangnya Ifa sampai gak sadar jika sudah ada di hadapan Akmal. Ifa tidak berani mengangkat pandangannya langsung saja mencium punggung tangan Akmal sekilas. Ifa ingin menarik tangannya kembali tapi Akmal menahannya membuat Ifa ingin marah tapi Ifa sadar dimana posisinya.
Sebuah benda lembut menyentuh kening Ifa membuat mata Ifa memerah. Rasanya Ifa ingin menangis tapi tak mungkin Ifa menghancurkan semuanya. Ifa tak mungkin mempermalukan keluarga besarnya.
Semua keluarga nampak terharu menyaksikan hari bahagia Ifa.
Seluruh keluarga besar Al-karim hadir di sana.
Acara ijab kabul di adakan di kediaman rumah Adam Hawa. Itulah kenapa hanya ada seluruh keluarga saja di sana. Sedang acara resepsi pernikahan di adakan di hotel salah satu milik perusahaan.
Begitu beruntungnya laki-laki yang mendapatkan Ifa. Bahkan Abi Farel tak sedikitpun memberatkan Akmal dalam hal apapun.
Semua di tanggung oleh keluarga Ifa.
Setelah acara sakral itu semua keluarga makan-makan sebelum mereka pergi ke acara resepsi pernikahan Ifa dan Akmal.
Sebuah mobil sudah siap mengantar Ifa dan Akmal terlebih dahulu ke hotel agar Ifa dan Akmal istirahat sejenak sebelum acara resepsi pernikahan di langsungkan setelah magrib.
Terasa canggung di dalam mobil membuat Ifa hanya bisa memalingkan wajah menatap keluar jendela.
Hingga mobil yang mengantar sepasang pengantin itu tiba di hotel yang langsung di sambut hangat oleh orang-orang di sana.
"Mari nyonya ikut kami?"
Ucap salah satu penjaga membuat Ifa langsung mengangguk.
"Maaf tuan. Anda ikut dengan kami."
"Sial!"
Umpat Akmal dalam hati. Niat mau berdua dengan Ifa gagal total karena ruangan mereka ternyata berbeda. Akmal berusaha tersenyum mengikuti penjaga ke ruang yang berbeda untuk persiapan.
"Sabar Akmal, gadis itu sebentar lagi milik mu."
Gumam Akmal tersenyum seringai merebahkan tubuhnya di ranjang empuk.
Persiapan laki-laki dan perempuan sangat berbeda itulah kenapa Ifa dan Akmal di pisah agar para Mua leluasa juga mempersiapkan Ifa tanpa canggung ada Akmal.
Ifa sedikit lega karena mereka beda kamar. Setidaknya Ifa bisa menenangkan diri. Ifa menatap pantulan dirinya di balik cermin.
"Ya Allah, Ifa sudah jadi seorang istri. Apa yang harus Ifa lakukan akan pernikahan tanpa cinta ini."
Gumam Ifa mendesah pelan. Ifa merasa pusing yang luar biasa. Entah kenapa akhir-akhir ini Ifa mudah sekali pusing.
"Assalamualaikum, kakak."
Ifa buru-buru menghapus air matanya mendengar suara lembut yang begitu Ifa sayangi.
"Waalaikumsalam, ummah."
"Kenapa tidak istirahat? bentar lagi sore harus bersiap lagi."
"Kakak gak ngantuk ummah. Tanggung juga."
"Ya sudah. Ummah berharap kakak bahagia dengan pernikahan ini."
"Insyaallah ummah. Doa kan saja."
"Tentu sayang. Ummah berharap Akmal bisa membahagiakan kamu. Seperti mana abi. Dia laki-laki yang paham agama yang insyaallah bisa membimbing kakak."
"Aamiin."
"Kakak berharap begitu ummah. Semoga saja dia laki-laki seperti Abi."
Namun Ifa hanya bisa bicara dalam hati. Ifa tak mungkin merusak suasana bahagia ummah nya dengan protes dia. Semuanya sudah terlanjur juga. Ifa sekarang hanya bisa menerima jalan takdir yang di depan mata.
"Maaf ummah. Kakak mandi dulu, ya."
"Iya sayang, sana mandi."
Jika sebagian daerah pasti setiap pengantin di larang mandi. Katanya pamali. Tapi, semua kata pamali itu tidak berlaku bagi sebagian orang. Ifa butuh mandi, jika tidak badannya tidak enak. Apalagi Ifa sudah merasakan badannya terasa berat.
Sudah selesai mandi, Ifa sholat ashar karena kebetulan adzan ashar sudah berkumandang.
Sudah selesai sholat tak lama ummah Sinta masuk kembali. Kali ini tidak sendiri melainkan dengan beberapa orang yang akan membantu Ifa berganti pakaian.
"Makan dulu kak. Takut nanti lapar."
"Terimakasih ummah."
Sebelum di rias Ifa makan terlebih dahulu. Karena nanti malam pasti akan banyak tamu yang hadir. Ifa butuh kekuatan.
Apalagi semua karyawan perusahaan hadir. Belum lagi rekan bisnis.
Sudah selesai makan baru Ifa di rias. Butuh waktu lama untuk sekedar merias wajah.
"Pakai bajunya nanti saja setelah sholat magrib."
Cetus Ifa membuat semuanya menurut. Walau acara ini hal yang mungkin bersejarah bagi Ifa. Tapi, Ifa tak mungkin meninggalkan kewajibannya. Walau sebagian ulama ada yang mengatakan hukumnya boleh di jamak.
Sudah selesai sholat magrib Ifa mulai di sulap bak putri. Ifa benar-benar cantik membuat semua mua terkagum-kagum.
"Nona anda begitu cantik."
Puji salah atau Mua membuat Ifa hanya tersenyum tipis menanggapinya.
Ifa pada dasarnya memang sudah cantik. Semakin cantik dengan riasan yang di beri.
Gaun kali ini lebih berat dari gaun sebelumnya yang Ifa pakai pas ijab kabul.
Semua persiapan sudah tinggallah Ifa di bawa ke aula. Kali ini bukan ummah Sinta dan Harfa yang mengantar melainkan Abi Farel.
Ifa menggenggam tangan Abi Farel begitu kuat.
Abi Farel mengerti putrinya pasti gugup. Tak tahukah jika itu bukan gugup melainkan Ifa ingin berbalik, berlari kabur dari acara ini.
"Jangan tegang, sayang."
Abi Farel mengiring Ifa dengan perasaan bangga. Berharap pernikahan putrinya bahagia. Berharap Akmal bisa membahagiakan Ifa.
Tentu, orang yang faham agama pasti tahu hukum memperlakukan seorang istri.
Di depan sana Akmal tersenyum lebar menyambut kedatangan Ifa. Abi Farel menyerahkan tangan Ifa pada Akmal.
"Saya serahkan putri tercinta saya pada kamu. Bahagia dia, perlakukan dia dengan baik. Jangan sekali-kali kamu menyakitinya. Kamu meminta putri saya dengan baik-baik maka perlakukan dia sebagai Rasulullah memperlakukan istri nya."
Ucap Abi Farel membuat Ifa tak bisa tak menahan air matanya. Sendari tadi Ifa sudah menahannya tapi ucapan sang Abi membuat Ifa lemah.
"Terimakasih Abi, insyaallah saya akan menjaga dan membahagiakan putri Abi."
Ucap Akmal tegas menerima tangan lembut bak sutra itu.
"Jangan menangis, dek."
Ucap Akmal menghapus air mata Ifa. Membuat semua orang nampak terharu melihatnya.
Mereka terlihat seperti saling mencintai satu sama lain.
.....
Di sudut ruangan, seseorang menatap sendu Ifa. Tangannya mengepal erat dengan mata memerah.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih .....
Datang untuk nya...