Hi hi haaayyy... selamat datang di karya kedua akuu... semoga suka yaaa 😽😽😽
Audrey dipaksa menggantikan adiknya untuk menikah dengan seorang Tuan muda buangan yang cacat bernama, Asher. Karena tuan muda itu miskin dan lumpuh, keluarga Audrey tidak ingin mengambil resiko karena harus menerima menantu cacat yang dianggap aib. Audrey yang merupakan anak tiri, harus rela menggantikan adiknya. Namun Asher, memiliki rahasia yang banyak tidak diketahui oleh orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu mantan
“Callie, kau... Dan Devan?” Audrey tercengang saat melihat mantan kekasihnya bersama Callie yang tampak bergandengan mesra sambil menatap sinis ke arah Audrey dan Asher.
“kenapa, kau terkejut, Audrey? Oh... lya, sekalian aku mau mengabarkan, Jika hari ini aku dan Devan akan membeli cincin pertunangan!” ujar Callie sambil tersenyum, lebih tepatnya senyum mengejek.
“Kau wanita bodoh, sepertinya kau lebih pantas dengan si cacat ini.” Brianna terkekeh pelan merasa bangga saat memperlihatkan siapa calon menantu anaknya.
“Ya... Si cacat dan si dungu, terlihat begitu goals!” sahut Devan.
“Hahaha...!” mereka bertiga tertawa bersama dengan pandangan hina kepada Audrey dan Asher.
Audrey mengepalkan tangannya menahan emosi, “kalian... Berhenti menghina Suamiku!” Audrey berjalan hendak menarik rambut Callie. Namun tubuhnya di hadang oleh Asher dengan satu tangannya yang terulur.
“Kamu mengenal pria ini, Audrey?” tanya Asher sambil melirik dengan ekor mata kepada Audrey.
Audrey menatap ke arah Asher sambil mengangguk dengan cepat. “Ya... Dia mantan tunanganku, Devan. Aku tidak tahu mengapa, satu hari sebelum kita menikah, dia memutuskan hubungan kita. Aku tidak menyangka jika dia ternyata sudah berselingkuh dengan adik tiriku,” jawab Audrey.
“Hei... Jalang, siapa yang kamu katakan berselingkuh, hah? Dari awal aku memang tidak tertarik dengan wanita cupu dan membosankan sepertimu, Audrey!” Devan meraih pinggul Callie. Mencoba menunjukkan kemesraannya. “Karena dari dulu, aku hanya mencintai Callie,” ucap Devan.
Callie tersenyum penuh cemooh. “Karena apa? Karena kamu memang tidak layak menjadi Nyonya Devan!” imbuh Callie.
“Ya, karena tampaknya... kau dan si lumpuh ini memang sangat serasi!” Brianna menimpali.
Audrey merasa semakin terbakar oleh kebencian. Dia menggigit bibirnya dengan kuat, berusaha menahan amarahnya. “Jangan pernah sekali-kali kamu menyebut Asher seperti itu! Dia adalah pria yang lebih baik dari pada kalian semua!” Audrey berteriak dengan tegas, matanya memancarkan api kemarahan.
Asher menyentuh lengan Audrey dengan lembut, mencoba menenangkan wanita itu. “Biarkan saja mereka bicara apa yang mereka inginkan, Audrey. Kita tidak perlu memperdulikan kata-kata mereka. Ayo pergi dari sini, mereka tidak layak mendapatkan perhatian kita. Karena sekumpulan anjing lebih suka menggonggong jika mereka tidak mengenal orang dan tidak mendapatkan tulang.” Ajak Asher.
Audrey memandang Nathan dengan pandangan tidak tega jika Asher harus menerima hinaan dari adik dan ibu tirinya.
“Dorong!” perintah Asher.
Audrey mengangguk lemah, dia kemudian mendorong kursi roda suaminya. Namun, Devan menahan kursi roda yang hendak melaju itu dengan kakinya. Pria angkuh itu mencondongkan wajahnya tepat di depan wajah Asher.
“Hei, cacat. Apa kau pikir pria miskin dan tidak berguna sepertimu dapat membeli perhiasan di toko ini? Pergilah, sebelum kamu mempermalukan dirimu sendiri di depan Istri tololmu,” ucap Devan angkuh.
Audrey merasakan gemetar di tubuhnya saat melihat Asher yang merasa tersinggung. Dia takut jika suaminya akan terpancing emosi oleh kata-kata Devan. Namun, Asher dengan tenang mengeluarkan sebuah senyuman.
“Tidak perlu khawatir, Devan. Aku tidak perlu memumpukan perhiasan hanya untuk membuktikan nilai diriku. Cinta dan pengorbanan adalah perhiasan terbaik yang dapat aku berikan kepada istriku,” kata Asher dengan mantap.
“Asher...,” ucap Audrey pelan saat mendengar perkataan Asher.
Hati Audrey begitu tersentuh mendengar kata-kata itu. Meski mereka sedang dihina, Asher tetap memilih untuk menjaga martabat mereka berdua tanpa meladeni provokasi dari Devan.
“Cuih!” Devan membuang ludahnya ke samping saat mendengar kata-kata menjijikkan yang keluar dari mulut Asher. “Jangan berlagak, kau cacat! Apakah kau ingin bersaing denganku, hah!” hardik Devan menantang.
Brianna meraih tangan Devan. “Calon menantu, untuk apa kita berlama-lama dengan orang-orang yang tidak berguna ini? Bagaimana kalau calon menantu menunjukkan siapa yang harus berlutut di sini?” bisik Brianna.
Callie mengangguk, mengiyakan ucapan ibunya. “lya, Sayang, bukankah kamu sudah berjanji jika aku dapat memilih perhiasan yang aku inginkan?”
Devan tersenyum sombong sambil menatap tajam ke arah Asher. “Jangan hanya ber-omongan besar! Jika kamu ingin bersaing, ayo buktikan! Jika kamu kalah...” Devan menyodorkan sepatunya. "Jilat sepatuku!"
"Aku tidak keberatan," jawab Asher dengan suara tegas.
Audrey mencengkram bahu Asher. Merasa ketakutan jika Nathan harus menjatuhkan dirinya hanya untuk membelanya. "Asher, tidak perlu. Kita pulang saja. Tolong, jangan biarkan mereka menginjak-nginjak dirimu-"
Asher mengangkat tangannya. Memberikan kode agar Audrey jangan banyak bicara. Sementara Brianna yang melihat wajah Audrey memucat pun menatap tajam.
"Audrey, siap-siap untuk menjilati sepatu calon menantuku! Jangan terlalu percaya diri dengan orang lumpuh, miskin dan angkuh yang cuma bisa menyusahkanmu!" cibir Brianna.
"Kau pikir aku takut, hah! Kau itu hanya bisa berkuasa di depan ayahku! Kemari, biar kurobek mulutmu!" Geram Audrey yang melangkah ke arah Brianna.
Asher menahan tangan Audrey. “Cukup, Audrey!”
Kata-kata Asher menghentikan langkah Audrey yang hendak mendekati Brianna. Audrey menatap Asher dengan tatapan memohon agar dia bisa meladeni provokasi Brianna.
Namun, Asher memegang tangan Audrey dengan erat, memberikan isyarat bahwa dia akan menangani situasi ini dengan bijak.
Dengan dada kembang-kempis, Audrey menatap tajam kepada Brianna. Sedangkan Callie, dari tadi wanita itu tampak bergelayut manja pada lengan Devan, “Sudahlah, ayo kita buktikan saja!” ucap Callie.
Devan, Callie dan Brianna berjalan menuju etalase toko perhiasan. Mereka berdua berhenti di depan etalase yang penuh dengan berlian dan emas mewah.
“Sayang, mana yang kamu inginkan?” tanya Devan sambil menunjuk ke berlian-berlian yang memantulkan sinar terang.
Callie tersenyum licik, “Aku ingin yang paling mahal dan paling spektakuler, Devan. Intan berlian terbesar yang ada di toko ini.”
Devan mengangguk, merasa puas dengan permintaan Callie. Dia kemudian berbicara pada penjaga toko untuk memilihkan berlian terbesar.
Sementara itu, Audrey dan Asher tetap berdiri di belakang, sambil menatap tiga orang di hadapan mereka yang terlihat sedang bergembira.
“Ini Tuan, intan berlian terbesar yang ada di toko kami,” kata penjaga toko sambil memberikan kotak kecil berisi berlian kepada Devan.
Callie yang melihat intan berlian itu langsung terkagum-kagum. “Wah, betapa indah dan spektakuler! Aku sangat menyukainya,” kata Callie sambil mengambil kotak kecil itu dari tangan Devan.
Brianna ikut tersenyum puas melihat pilihan Callie. “Anakku memang selalu tahu apa yang terbaik,” ucap Brianna dengan bangga.
“Apakah anda menginginkan yang ini, Tuan?” tanya karyawan toko itu.
Devan menatap ke arah Callie. “Apakah kamu mau yang lainnya lagi, Sayang?”
Callie melirik ke arah Audrey lalu tersenyum manja kepada Devan. “Honey, aku mau sepuluh berlian yang termahal,” rengeknya manja kepada Devan.
“Tentu, sayang, aku akan membelikan untukmu,” jawab Devan.
Devan kembali berbicara kepada karyawan toko tersebut untuk memilih perhiasan kualitas terbaik. Sementara Asher, hanya tetap tenang dengan wajah yang datar.
“Asher, kita pulang saja,” bisik Audrey merasa cemas sambil kedua tangannya menopang pada bahu Asher.
Asher menepuk-nepuk tangan Audrey. Jangan memperlihatkan wajah menyedihkanmu kepada mereka. Apakah kau tidak yakin denganku?”
Audrey menggigit bibir bawahnya. Dia menatap ke arah Brianna dan Callie, namun tatapan hinaan yang diterima oleh Audrey dari adik tiri dan ibu tirinya.
“Kemas semua! Aku ingin tunanganku terlihat berkilau dengan berlian-berlian ini. Tidak sama dengan si miskin cacat yang sok menjadi pahlawan untuk wanita bodoh seperti istrinya!” ucap Devan sambil memberikan black cardnya kepada karyawan tersebut.
“Baik, tunggu sebentar, Tuan,” ucap karyawan itu sambil menggesek kartu yang diberikan oleh Lucas.
Beberapa menit kemudian. “Tuan, maaf, sepertinya, mulai saat ini, anda tidak perlu lagi membeli perhiasan di toko kami,” ucap karyawan tersebut sambil memberikan kartu Devan kembali.
Devan tercengang, dia menatap heran kepada karyawan di hadapannya. “Apa maksudmu? Aku adalah orang paling berkuasa di kota ini. Bagaimana bisa aku tidak diizinkan membeli perhiasan di toko ini, hah!” Devan memekik.
Tentu saja Devan menjadi murka. Sebab, toko itu adalah toko perhiasan berkualitas nomor satu di kota tersebut.
“Maaf, nama anda sudah masuk dalam daftar hitam toko kami. Karena anda bersikap lancang kepada orang yang paling penting di toko kami,” ucap karyawan tersebut.
Devan menarik kerah baju karyawan itu, “Siapa yang paling penting di kota ini selain grup Eufronio, Hah!” hardik Devan penuh Emosi.
Asher menjentikkan jarinya. Dan para keamanan toko tersebut pun berdatangan menghampiri Asher. Audrey tercengang melihat apa yang terjadi.
“Ada apa ini?” Callie dan Brianna terlihat begitu panik.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/